spot_img
Friday, January 3, 2025
spot_img

Olahraga Prestasi, Bisa Mudahkan saat Seleksi Beasiswa

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Phillip D Dethan Membuka Mata Tentang  Dance Sport

Dance sport masih dianggap sebelah mata. Bahkan kurang mendapat fasilitas. Padahal dance sport  salah satu olahraga prestasi. Phillip D Dethan tinggal di Perum Grand Tlogowaru Asri Kota Malang membuktikannya dengan prestasi. Ia juga  melatih para pelajar untuk menjaring bibit  dance sport yang potensial.

MALANG POSCO MEDIA – Koreografer, Phillip D Dethan  bagai membawa angin segar ekosistem dance sport di Malang. Terutama  bagi kaum muda. Kiprahnya  mengubah  pandangan banyak orang mengenai dance sport,  tidak hanya sekadar penyaluran hobi. Namun juga dapat menjadi atlet dance professional.

“Sekarang dance tidak buat hobi saja. Sekarang sudah masuk PON dan Olimpiade. Teman-teman pelajar lebih dipermudah, tidak seperti zaman saya dulu,” kata pria kelahiran 1987 itu saat ditemui, Senin (7/10) kemarin.

“Kalau sekarang mereka bisa untuk beasiswa masuk ke sekolah, bahkan ada jenjang karir,” sambung Dede, sapaan akrab Phillip D Dethan.

Alumnus Jurusan Teknik Planologi  ITN Malang ini  berusaha merangkul ataupun menjaring dancer yang ada di Malang melalui ekstrakurikuler di sekolah-sekolah. Seperti SMAN 7 Malang, Brawijaya Smart School, dan sejumlah sekolah lainnya.

Dede mengajari dari 20 sampai 40 pelajar di setiap sekolah. Latihannya dilaksanakan setiap hari usai para pelajar pulang sekolah. Ia menyebut  di Malang sangat potensial untuk dancer.

Hanya saja, kata Dede, fasilitas seperti tempat latihan masih belum terlalu tersedia. Dalam kondisi ini banyak yang memilih beralih latihan ke kota-kota besar seperti Jakarta.

“Kalau Malang dancernya sangat potensial. Bahkan sampai internasional dan nasional yang lahir dari Malang. Pindah ke kota besar menjadi koreografer besar,” urai pria yang pernah mengikuti The Big Groove 2013 di Singapura ini.

Di Malang kata Dede, dance sport ini masih dilihat secara setengah-setengah oleh kalangan tertentu.  Bahkan dilihat sebagai  sesuatu yang tidak membanggakan.

“Padahal itu secara income, oke. Secara karir juga, mantap. Cuma karena di Malang orang melihatnya gak terlalu fokus ke situ,” katanya. Dede memang telah melalang buana mengikuti berbagai kegiatan maupun kompetisi dancer dan koregrafi tingkat nasional maupun koreografi.

Selain di Singapura, Dede juga pernah mengikuti koreografer dan dancer untuk konser tunggal Keisya levronka di Kuala Lumpur, Malaysia. Darah seninya mengalir dari keluarganya. Sejak kecil ia sudah dibentuk di lingkungan dance sehingga awalnya belajar secara otodidak.

“Menjadi koreografer itu di tahun 2004. Jadi sudah sekitar 20 tahun. Tapi kalau profesionalnnya mulai sekitar tahun 2011,” urai Dede. Karirnya memang sudah melesat sejak ia masih kuliah.

Dede mengatakan  saat kuliah ia kerap mengajar atau mengisi workshop terkait dance. Pun hingga kini akif sebagai pemateri workshop dan open class hiphop dance lingkup nasional.

“Koreografi itu bisa dilaksanakan secara solo atau tim. Bentukannya banyak style. Tidak ada batasan. Kalau saya konsennya street dance dan hiphop. Tapi kita pelajari semua, tradisional, punk kita pelajari. Karena dia terus berkembang,” papar bapak tiga anak tersebut.

Finalis Indonesia Got Talent 2022 RCTI+ itu menjadi koreografer dan telah mengantarkan pelajar-pelajar Kota Malang berkompetisi di berbagai tingkat. Misalnya di tingkat nasional audisi amazing dance Global TV. Dancer dari Kota Malang lolos audisi dan ditampilkan setiap hari Rabu.

“Yang lagi konsen sekarang itu yang Kemenpora ini. Jadi ada dua olahraga prestasi dan olahraga rekreasi. Saya bawa anak-anak,” tambahnya.

Untuk dua olahraga itu sendiri, Dede berkomunikasi dengan KONI  dan KORMI untuk mengantarkan para tim yang dibentuknya. Lebih lanjut, dijelaskan Dede, menjadi seorang dancer atau koreografer membutuhkan proses latihan yang bertahap.

Tidak serta merta langsung bisa tunjukkan kemudian disaksikan. Ia menyebut seperti yang kini kerap ditemukan di media sosial Tiktok dan YouTube.

“Gampang bisa nari tiba-tiba muncul di Tiktok dan di YouTube. Tapi tidak semua bisa bikin karya koreo karena untuk menuju ke sana itu butuh proses,” kata dia.

Ia mencontohkan, mulai pemilihan gerak dengan musik harus sesuai. “Membuat koreografi Koreo itu bisa muncul darimana saja tergantung bagaimana cara mengobservasi,” tandasnya. (den/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img