MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Lustrum ke V dan Puncak kegiatan Dies Natalis ke 25 SMP Negeri 22 Malang diwarnai dengan kebersamaan dan keakraban bagi seluruh warga sekolah serta alumni dari beberapa generasi. Jumat, (25/10)
Kehadiran para alumni mulai guru, siswa hingga kepala sekolah ikut hadir dalam syukuran dan doa bersama di lapangan sekolah sebagai ucapan rasa syukur di usia yang produktif bagi sekolah yang beralamat di Jalan El Tari Villa Gunung Buring Cemorokandang Kota Malang ini.
“Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang sudah hadir di kegiatan ini. Kami berharap kebersamaan dan silaturahmi ini terus terjalin selamanya,” ucap Kepala SMPN 22 Malang, Tutut Lispriana, M.Pd
Tutut menyampaikan, kehadiran dari alumni warga sekolah ini merupakan bukti bahwa kecintaan mereka terhadap SMPN 22 Malang, juga merupakan motivasi bagi sekolah untuk terus berprestasi dan menjadi lebih baik lagi. Ia juga berterima kasih kepada 20 paguyuban sekolah yang sudah mendukung kegiatan ini dengan ikut berpartisipasi dalam lomba kirab tumpeng.
Menurutnya, 25 tumpeng yang berasal dari paguyuban, alumni siswa, guru dan alumni kepala sekolah mencerminkan simbol kebersamaan dan gotong royong. “Kehadiran beliau-beliau di SMPN 22 Malang merupakan sebuah ilmu bagi kami. Merekalah yang berperan dan memotivasi kami untuk semakin maju hingga saat ini,” imbuhnya.
Rangkaian Dies Natalis ke 25 yang bertemakan ‘Bersinergi Berkarya Bergerak Bersama Wahasaga’ tersebut juga ditandai dengan beberapa kegiatan. Seperti bakti sosial membersihkan tempat ibadah oleh siswa, membagi sembako, lomba ruang kelas bagi paguyuban yang dilaksanakan sehari sebelumnya.
Kemudian, Sabtu, (26/10) hari ini digelar beberapa kegiatan yakni open house, gerak jalan sehat, bazar, cek kesehatan gratis, pameran dan gebyar seni siswa yang terangkum dalam kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Kegiatan P5 tersebut menampilkan beberapa karya dari setiap jenjang. Seperti kelas 7 yang bertemakan Bhinneka Tunggal Ika dengan menampilkan tari adat dan fesyen nusantara. Kemudian kelas 8 dengan kewirausahaan kearifan lokal membuat batik tanpa canting dan kelas 9 membuat rekayasa teknologi pertanian seperti vertical garden tanaman dan lainnya.
“Harapan kami di usia 25 ini, bisa mewujudkan peserta didik yang berbudi pekerti dengan peduli terhadap sesama. Bertakwa dan semakin sukses. Semoga rangkaian kegiatan positif ini bisa lebih meriah lagi dan bermanfaat lebih banyak,” pungkasnya.(hud/adv/lim)