MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Upaya agar kesenian tradisional tetap menyala di tengah modernisasi terus dilakukan Dewan Kesenian Kota Batu (DKKB) bersama Dinas Pariwisata Kota Batu. Salah satunya dengan menggelar Festival Jaranan Kota Batu #2 di Sendra Tari Arjuna Wiwaha.
Terbukti dalam Festival Jaranan Kota Batu #2 yang digelar selama dua hari pada 2-3 November tersebut tidak hanya diikuti belasan paguyuban seni Bantengan di Kota Batu dan Malang Barat. Namun juga dihadiri oleh ratusan warga dan wisatawan.
“Festival Jaranan Kota Batu di tahun kedua bisa terselenggara berkat kolaborasi dengan Dinas Pariwisata. Harapannya melalui festival ini menjaga asa pelaku seni jaranan dan pelaku seni tradisi lainnya seperti Glendo Barong, Bantengan serta masih banyak lagi untuk melestarikan seni tradisi di Kota Batu,” ujar Narto kepada Malang Posco Media Sabtu (2/11) sore.
Diungkapnya bahwa seni tradisi di Kota Batu harus tetap menerangi Kota Batu. Apalagi Kota Batu telah meneguhkan diri sebagai kota wisata budaya, sehingga harus lebih sering digelar festival untuk berbagai kesenian tradisi di Kota Batu setiap tahunnya.
“Selain itu melalui festival ini diharapkan menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kota Batu. Kedepan festival ini bisa dimasukkan dalam kalender wisata Kota Batu dengan digelar tingkat provinsi atau nasional. Dengan begitu akan semakin meneguhkan wisata budaya di Kota Batu,” bebernya.
Sementara itu Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Kota Batu, Sintiche Agustina Pamungkas bahwa sinergi dengan DKKB dalam menggelar festival karena ingin melestarikan kesenian jaranan atau kuda lumping Kota Batu. Terlebih kesenian kuda lumping kesenian kuda lumping telah diakui menjadi identitas dan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemendikud.
“Selain itu dengan agenda seni tradisi yang rutin setiap tahunnya ini juga menjadi salah satu daya tarik wisatawan, baik domestik hingga mancanegara. Sehingga tidak hanya melestarikan kesenian daerah, tapi juga menarik kunjungan wisatawan yang berdampak pada perekonomian masyarakat Kota Batu,” paparnya.
Tidak hanya euforia atau seremonial semata, lanjut Ice sapaan akrabnya, melalui festival ini nantinya para peserta yang berhasil menjadi juara akan mewakili Kota Batu ketika ada kegiatan Dinas Pariwisata di luar daerah. Outputnya para pelaku seni atau paguyuban yang berpartisipasi harus menunjukkan atraksi dan kreatifitas agar memiliki peluang besar untuk melebarkan kiprah mereka hingga luar daerah.
“Kedepan kami terus berupaya untuk merangkul semua kesenian tradisional yang ada di Kota Batu. Sehingga festival yang digelar tidak hanya untuk kesenian kuda lumping, namun juga kesenian lainnya seperti Glendo Barong,” harapnya.
Dalam pelaksanaanya kegiatan diikuti oleh 18 paguyuban atau sanggar jaranan dengan dua kategori lomba. Di hari pertama (2/11) adalah Jaran Pegon dengan 8 peserta dari Kota Batu. Hari kedua (3/11) adalah Jaran Dor dengan 10 peserta dari Kota Batu dan Malang Barat. (adv/eri/jon)