.
Thursday, November 21, 2024

Lolos Sertifikasi JFCA, 16 Peserta TC Fakultas Vokasi UMM Berangkat ke Jepang

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Sebanyak 16 peserta Training Center Fakultas Vokasi UMM berhasil mendapatkan sertifikasi keahlian dari Japan Formwork Contractors Association (JFCA), mitra Fakultas Vokasi UMM dalam program ini.

Sertifikat kompetensi tersebut diserahkan langsung oleh General Manager JFCA Yasushi Oshida beserta dua pengurus lainnya Takemi Saito dan Naoya Shikano. Disaksikan langsung Dekan Fakultas Vokasi UMM, Prof. Dr. Tulus Winarsunu, M.Si, pemberian sertifikat berlangsung di Teaching Factory Fakultas Vokasi UMM, Karangploso.

Prof Tulus, mengungkapkan rasa syukurnya bila pelatihan Bekisting di Vokasi UMM ini memasuki batch kedua. Para peserta telah belajar bahasa dan juga keahlian di bidang Bekisting dan siap bekerja ke perusahaan Jepang.

“Kerja sama ini sudah terjalin lama. Sampai sekarang sudah ada kerja sama dengan perusahaan di 27 provinsi pada 33 prefektur di Jepang. Para peserta pelatihan ini mendapatkan dua sertifikasi langsung, yakni sertifikasi bahasa dan keahlian. Berbekal dua sertifikasi ini mereka sudah siap bekerja di Jepang,” ujarnya.

BERFOTO BERSAMA: Dekan Fakultas Vokasi UMM, Prof. Tulus Winarsunu (tiga dari kanan) berfoto bersama dengan perwakilan JFCA dan peserta pelatihan.

Pelatihan bahasa menjadi hal yang paling ditonjolkan. Kurang lebih membutuhkan waktu selama setengah tahun untuk pelatihan bahasa. Selebihnya para peserta belajar terkait dengan konstruksi, khususnya berkaitan dengan Bekisting.

“Dan 16 peserta ini telah diterima di perusahaan di Jepang. Setelah mendapatkan sertifikasi, mereka tinggal mengurus berkas-berkas dan siap untuk diberangkatkan ke Jepang,” imbuhnya. Pakar Psikologi Industri dan Organisasi tersebut menambahkan, para peserta pelatihan yang mengikuti sertifikasi ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Dengan ketentuan usia maksimal 28 tahun, sudah lebih dari ratusan peserta pelatihan yang dikirim ke perusahaan Jepang. Sementara itu, salah satu instruktur pelatih, Ali Maskan mengungkapkan bahwa para peserta diharuskan lulus N4 terlebih dahulu untuk bisa lanjut ke tahap pelatihan keahlian. Bahasa menjadi sasaran utama bagi peserta pelatihan yang harus dikuasai terlebih dahulu.

BINCANG: Para instruktur pelatihan berbincang bersama Dekan Fakultas Vokasi UMM, Prof. Tulus Winarsunu (tengah)

“Porsinya 60 persen untuk bahasa dan 40 persen untuk praktik keahlian. Jika bahasa sudah dikuasai maka untuk praktiknya akan lebih mudah. Karena standarisasi semuanya menggunakan standar Jepang, mulai dari materi sampai dengan peralatan kami datangkan dari sana langsung,” paparnya.

Para peserta sebelum mendaftar telah melalui berbagai seleksi, baik fisik maupun IQ. Sehingga ia menjamin para peserta yang lolos seleksi pasti akan bisa mendapatkan pekerjaan di Jepang. Lebih lanjut disampaikan, mereka akan dikontrak selama lima tahun. Para peserta dibiasakan dengan berbagai kedisiplinan, lingkungan serta kebiasaan kerja di Jepang.

Salah satu instruktur, Tsuneo Takaishi mengungkapkan salah satu hal wajib yang dilakukan sebelum bekerja adalah menganalisis risiko kecelakaan. Hal tersebut wajib dilakukan sebelum pekerjaan berlangsung.

SIMULASI : Para peserta pelatihan melakukan simulasi kerja seperti di Jepang.

“Jadi di sana ada top leader yang membawahi beberapa perusahaan. Masing-masing pekerja harus melakukan analisis kemungkinan terjadinya kecelakaan. Itu kerja setiap harinya. Sebelumnya mereka juga diajak untuk berolahraga,” paparnya.

Para peserta juga memeriksa kelengkapan bekerja satu sama lain. Keselamatan kerja menjadi hal paling utama yang dikedepankan bagi para pekerja di Jepang. Meskipun begitu, mereka juga tetap menyediakan asuransi.

“Kami tetap menyediakan asuransi untuk antisipasi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Meskipun ada asuransi, kami tidak semena-mena untuk masalah keselamatan para pekerja,” imbuhnya.

Salah satu peserta asal Padang, Habiburrahman mengutarakan bahwa salah satu tantangan terbesar adalah soal kultur dan kebiasaan sehari-hari di Jepang. Salah satunya perihal kedisiplinan, di mana orang Jepang memiliki etos disiplin yang cukup tinggi.

“Tantangan terbesarnya soal kedisiplinan. Jadi bagaimana budaya kita yang seperti ini tentu sangat berbeda dengan mereka. Bahkan ketika masuk jam 8, kami harus sudah standby sejak setengah jam sebelumnya,” terangnya.

Namun ia sangat bersyukur dengan program yang dihadirkan oleh Vokasi UMM ini karena telah menghadirkan para instruktur yang benar-benar memberikan ilmu kepada para peserta secara maksimal. (adm/mar)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img