MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tim Dosen Prodi Pendidikan Ners STIKES Widyagama Husada Malang program pengabdian kepada masyarakat. Temanya : Prevensi Infertilitas Melalui Edukasi dan Skrining Sindrom polikistik ovarium (PCOS). Mereka adalah Ika Arum Dewi Satiti, S.Kep Ners., M.Biomed, Ari Damayanti W., S.Kep., Ners., M.Kep dan Rizqiana Dita Ekasari, S.Kep., Ners., M.Kep.
Dalam program ini tim dosen STIKES Widyagama Husada bekerja sama dengan SMK Negeri 13 Malang. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswi SMK Jurusan Keperawatan dan didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat STIKES Widyagama Husada.
Ika Arum Dewi Satiti, S.Kep Ners., M.Biomed menjelaskan, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengurangi angka kejadian infertilitas dan balita malnutrisi di kemudian hari dengan melakukan deteksi dini kondisi PCOS pada remaja wanita. Skrining PCOS yang dilaksanakan mencakup beberapa gejala yaitu : perubahan siklus mentruasi, obesitas, dan timbulnya rambut/ bulu berlebih.
“Sedangkan upaya edukasi yang diberikan berupa gambaran proses terjadinya infertilitas/kemandulan pada wanita yang mengalami PCOS. Kegiatan ini diikuti oleh 60 siswi SMKN 13 Kota Malang , yang dilaksanakan pada periode Juli-Agustus 2024,” katanya.
Arum menjelaskan, infertilitas adalah kondisi medis yang menggambarkan ketidakmampuan pasangan suami-istri untuk hamil setelah berusaha mencapai kehamilan. Seseorang dikatakan mengalami infertilitas apabila tidak kunjung hamil hingga satu tahun atau lebih.
Sindrom polikistik ovarium (PCOS) merupakan salah satu dari masalah kesehatan reproduksi yang paling sering terjadi pada wanita remaja. “Sindrom polikistik ovarium (PCOS) adalah kondisi kompleks yang didiagnosis dengan adanya dua dari tiga kriteria. Yakni kelebihan kadar hormon androgen, gangguan ovulasi, dan gambaran sel telur yang berbentuk kista-kista kecil,” terangnya.
Tahap awal kegiatan ini adalah skrining gejala PCOS yang menjadi keluhan utama para siswi. Instrumen skrining yang dikembangkan mengacu pada penelitian Karla et.al (2023), yakni deteksi gangguan Menstrual (siklus menstruasi yang tidak nirmal), Metobolic (obestitas) dan Misfit Masculinity (tumbuh rambut/bulu berlebih).
Solusi berikutnya adalah edukasi tentang infertilitas, bahaya PCOS dan perubahan perilaku untuk megatasi PCOS pada siswi. Perubahan perilaku yang diterapakan kepada siswi adalah, pola aktifitas dan pola nutrisi sehat untuk system reproduksi remaja. Sebagai tambahan pihak institusi juga menyediakan kalender reproduksi khusus remaja putri yang akan diserahkan kepada pihak UKS sekolah, untuk mempermudah deteksi PCOS secara mandiri.
Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berupa meningkatnya pengetahuan siswi tentang infertilitas dan PCOS sebanyak 52 persen. Kemudian terdeteksinya gejala PCOS pada siswi yakni 20 persen siswi mengalami gangguan metabolic, 30 persen siswi mengalami perubahan siklus menstruasi dan 20 persen siswi mengalami pertumbuhan bulu/atau rambut berlebih.
Siswi yang mengalami tanda gejala PCOS telah mendapatkan buku panduan perubahan pola nutrisi sebagai upaya modifikasi gaya hidup yang bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul. Setelah satu bulan mengikuti anjuran perubahan pola nutrisi 60 persen siswi mengalami perbaikan tanda gejala PCOS.
“Setelah dilaksanakan program ini kami berharap program skrining mandiri tetap dilakukan secara mandiri oleh siswi setiap bulannya. Pihak Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) diharapkan juga menggunakan fasilitas yang diserahkan kepada sekolah, berupa kalender mestruasi dan buku panduan pola nutrisi bagi remaja secara rutin sehingga prevalensi infertilitas dapat menurun di kemudian hari,” tuturnya. (imm/adv)