Oleh: Slamet Yuliono
Guru SMP Negeri 1 Turen Kabupaten Malang
Malang Posco Media – Cuplikan dialog antara Bunda (B) dan Murid (M):
B: Lho dadi lek Bunda ngajar sampean gak ngrungokno tah!
M: Gak ngrungokno
B: Gak tau ngrungokno
M: Iyooo….
B: Terus sampean opo gunane sekolah
M: Turuuuu…
B: Turu ndek endi
M: Ndek Pendeman….
B: Pendeman ndek endi
M: Ndek kuburan ndek sentono…
B: Ooo… ndek sentono ndek kuburan tah nak
M: Iyoo …. Iyooooo
Dan seterusnya….
Salam dan bahagia untuk murid-muridku, hari ini kita buka pembelajaran dengan doa semoga apa yang akan kita pelajari mendapat ridho-Nya. Amin. Ucapan salam di atas bertolak belakang dengan potongan dialog pada unggahan dari grup WA berdurasi sekitar satu menit yang sempat viral di atas.
Penulis sebagai guru miris. Sudah sedemikian ‘bobrok kah’ sistem pendidikan dan pembelajaran yang ada di sekolah. Dimana ucapan manis revolusi mental, yang pernah didengungkan sepuluh tahun lalu. Dimana janji sistem pembelajaran akan segera berubah menjadi lebih santun dan cerdas. Dimana letak keelokan kata murid terhadap gurunya. Dimana kemampuan nalar kritis generasi Z menghadapi tantangan jaman yang semakin berat.
Apakah ini yang diharapkan dari sistem pendidikan di negeri kita. Harus merdeka, tidak ada sekat antara guru murid, belajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja asal bahagia.
Bahagia adalah salah satu cara efektif untuk membangun hubungan yang hangat, penuh kasih, dan responsif. Tidak hanya di lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai seorang guru, kita pasti melihat berbagai macam sifat dan karakter murid yang ada di sekolah (madrasah). Mereka dapat mengekspresi kemarahan, sedih, kesal, takut, ataupun bahagia dengan menunjukkan candanya.
Guru dituntut harus memahami semua karakter murid yang ada di kelas dengan melihat berbagai macam keadaan. Tidak hanya menguasai kemampuan pedagogik dan kemampuan bertutur dalam penyampaian materi ajar saja. Guru harus menggunakan keahlian psikologinya dalam mendekati jiwa-jiwa murid, mulai dari yang galau sampai yang halu.
Membuat mereka bahagia dan tertawa adalah salah satu tips yang baik untuk mencairkan suasana tegang di kelas. Tertawa sebagai terapi pikir dan tubuh. Tertawa meningkatkan suasana hati, menurunkan stres dan kecemasan, menambah semangat, hingga membuat kita terhubung dengan murid kita.
Akhirnya tertawa dapat meningkatkan kebugaran fisik dan mental seseorang. Membuat murid bahagia dapat menstimulasi sirkulasi darah dan merelaksasi otot sehingga mengurangi beban fisik akibat stres. Dalam jangka panjang, senyum dan tawa akan meningkatkan sistem imunitas tubuh.
Agar mampu membuat murid tertawa, guru tidak harus memancingnya dengan tawa terlebih dahulu. Guru harus memiliki keterampilan melodrama hingga mampu membantu dan memantau kapan dan mengapa murid harus tertawa. Tertawa itu mudah jika dilakukan sendirian dengan melihat hal-hal yang lucu namun tidak pada saat pemberian materi ajar di kelas.
Oleh karena itu, tertawa secara bersama khususnya di kelas mampu menciptakan ikatan sosial serta meningkatkan kedekatan emosi dengan murid di kelas. Bahkan canda dan tawa mampu menciptakan efek yang lebih besar pada tubuh karena imunitas akan meningkat. Membuat para murid tertawa apalagi bahagia juga akan menghasilkan emosi dan pikiran positif yang mempengaruhi kemampuan kognitifnya dalam memahami dan mengimplementasikan pembelajaran yang bermakna.
Perasaan bahagia dengan cara tertawa akan membantu para murid memahami kesulitan yang mereka hadapi. Kondisi inilah yang membuat mereka mampu membangun ketahanan mental dan meningkatkan kreativitas. Tertawa seharusnya dapat menular satu sama lain, jadi sangat perlu diperhatikan bagi guru ketika bersama murid harus mampu mengucapkan beberapa cerita lucu dan humor agar bisa memancing gelak tawa dari mereka.
Kemampuan ini harus dilatih pastinya membutuhkan waktu panjang. Tertawa bersama-sama penting karena saling memancarkan energi positif dan membuat hati ceria. Dengan keceriaan para murid kembali bisa fokus belajar dengan baik.
Guru harus selalu berlatih dan berproses menjadi lebih baik termasuk melatih beberapa objek yang ada di kelas agar terlihat bisa menjadi bahan humor. Membuat murid tertawa dengan mengambil perspektif lucu dari setiap hal, mulai dari melihat tontonan komedi atau menuliskan hal-hal lucu yang dialami seharian harus terus dikembangkan.
Tidak kalah penting, guru harus selalu memberikan nasihat dan motivasi kepada muridnya agar mereka dapat menyalurkan hobinya dengan baik. Karena hobi juga mampu melatih dan merelaksasikan pikiran mereka sehingga mendapatkan bahan untuk membuat humor dan menciptakan kebahagiaan.
Sebagai pendidik kita juga harus memberikan reward atau hadiah kecil kepada murid agar mereka bisa tersenyum dan tertawa serta merasa dihargai sebagai murid. Hadiahnya tidak selalu yang mahal. Kemampuan guru melatih daya nalar dan sosial seperti bercerita atau menggunakan ice breaking maupun metode lain. Menyebabkan murid tertawa akan dapat mengaktifkan rasa antusias dan memercikkan pikiran kreatif, bukan hanya pada murid secara individu saja namun juga pada murid yang ada di kelas.
Semakin bahagia murid dengan tawa yang mereka dapatkan dari metode dan cara mengajar guru, maka semakin pula kita sebagai guru menjadi idola mereka. Dan pelajaran yang kita sampaikan akan disukai. Lalu sudahkah kita menciptakan suasana kelas yang damai dan membahagiakan dengan Kurikulum Merdeka ini? Semoga!(*)