spot_img
Wednesday, February 5, 2025
spot_img

Lentera di tengah Kemodernan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Kemajuan teknologi telah mengubah cara belajar dan mengajar di era modern ini. Kehadiran teknologi dalam pendidikan seolah menjadi sinar terang yang konon dapat menyediakan segala macam pengetahuan. Murid-murid di sekolah tidak lagi kesulitan untuk menanyakan beragam ketidaktahuan, tinggal klik sana sini maka semua jawaban telah tersedia lengkap.

          Teknologi pendidikan, seperti pembelajaran daring, kecerdasan buatan (AI), dan platform digital, memungkinkan siswa mengakses informasi kapan saja dan di mana saja. Kemudahan dalam mengakses informasi, akan menjadi bumerang bila tanpa panduan dan arahan. Siswa akan mengalami disinformasi, plagiarisme, dan kehilangan kemampuan berpikir kritis.

-Advertisement-

          Untuk mengikis dan meminimalisir kondisi yang ditimbulkan akibat pemanfaatan teknologi ini, tentu dibutuhkan peran guru sebagai mediator dalam memanfaatkan teknologi secara efektif.

Lentera Pengetahuan

          Pada konteks memperkaya pengetahuan, guru bukan lagi hanya penyampai materi, tetapi juga fasilitator yang membantu siswa memilah informasi yang relevan dan valid. Seperti yang ditegaskan oleh Andreas Schleicher, Direktur Pendidikan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) bahwa “Teknologi tidak dapat menggantikan hubungan manusia dalam pembelajaran. Guru adalah penghubung penting yang memberi makna pada informasi.”

          Artinya dalam melakukan eksplorasi pengetahuan, siswa perlu didampingi dan diarahkan oleh guru, difasilitasi dengan media dan sumber belajar digital yang jelas sehingga dapat memperoleh informasi yang tepat dan relevan.

          Guru adalah sumber ilmu untuk siswanya. Selain membentuk kepribadian yang baik pada siswanya, guru mempunyai tugas memindahkan ilmu (transfering knowledge) kepada siswanya. Dalam hal meningkatkan intelektualitas, guru dapat melatih siswa untuk menemukan informasi-informasi dari beragam sumber, menganalisis informasi yang sekiranya memperkaya pengetahuan, membangun argumen yang logis, yang semuanya berkontribusi pada pengembangan kemampuan berpikir kritis.

          Selain itu pembelajaran berbasis masalah yang diintegrasikan dengan pengetahuan umum, serta permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar atau kontekstual. Pembelajaran kontekstual akan dapat melengkapi pengetahuan teoritis yang diperoleh dari buku dan bahan ajar digital.

Lentera Sosial Emosional

          Pada kondisi tertentu, siswa tidak dapat diarahkan untuk belajar dan menambah pengetahuannya. Hal ini disebabkan kondisi sosial emosional siswa yang belum nyaman dan belum siap menerima pembelajaran. Di sini peran guru kembali dibutuhkan. Guru harus memiliki kepekaan rasa, dan menciptakan suasana sebelum pembelajaran dilaksanakan.          Banyak cara yang dapat dilakukan, dapat melalui ice breaking, teknik mindfullness atau teknik melalui pernapasan dan lain-lain. Sekali lagi, mendidik adalah bukan hanya mengajar. Maka mempersiapkan kondisi emosional, memahami kesiapan mental siswa adalah juga tanggung jawab guru.

          Interaksi dalam proses pembelajaran adalah momentum untuk membangun kedekatan emosional antara guru dengan murid. Murid yang merasa dekat dan nyaman dengan gurunya, akan dapat menyerap pembelajaran dengan lebih baik.

          Di tengah perubahan zaman, guru juga berperan sebagai penjaga nilai-nilai moral dan sosial para siswanya. Meskipun teknologi mempermudah hidup, namun teknologi tidak dapat menanamkan empati, kenyamanan, keterbukaan, kejujuran, tanggung jawab sosial atau hal-hal lain yang hanya dapat ditanamkan melalui interaksi manusia.

          Sebuah penelitian oleh Hattie dan Zierer (2018) menunjukkan bahwa hubungan guru dan siswa yang baik memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa, baik secara akademis maupun dalam pembentukan karakter.

Lentera Pemandu Jalan

          Guru adalah lentera yang menerangi jalan para pembelajar. Bimbingan guru selalu dibutuhkan agar murid tidak hanya mengikuti arus modernitas tetapi juga memahami nilai-nilai yang mendasari kemajuan peradaban manusia. Guru menjadi lentera yang menerangi jalan siswa untuk memahami bahwa kemajuan teknologi harus sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

          Mereka membantu siswa melihat teknologi bukan sebagai tujuan, tetapi sebagai alat untuk menemukan kebaikan dan memperbaiki kekurangan. Dalam kompleksitas kehidupan modern, guru menjadi kunci untuk menanamkan kecerdasan intelektual, emosional, dan moral pada siswa.

          Sebagai lentera di tengah kemodernan, guru tidak hanya membimbing siswa melewati tantangan dunia digital, tetapi juga membekali mereka dengan kebijaksanaan untuk menjalani hidup yang bermakna. Kata-kata bijak Nelson Mandela bahwa “pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia” hanya akan terwujud bila guru memahami perannya sebagai pilar utama pendidikan.

          Dalam konteks yang sama, guru adalah figur yang selalu memunculkan karakter positif di setiap waktu sehingga apapun yang dilakukan selalu diikuti oleh para siswa (Imam Robandi, 2020). Mendidik adalah memproses orang menjadi baik (educated) dan segala aspeknya.

          Pada akhirnya, peran guru tidak akan pernah tergantikan oleh kecanggihan teknologi. Justru, di tengah kemodernan, peran mereka semakin vital sebagai penjaga nilai dan pembentuk karakter. Hari Guru adalah momentum untuk terus mengobarkan semangat memperkaya ilmu, mendidik dengan bahagia, tidak hanya simbolis dan retorika belaka.       Kemampuan intelektual, sikap sosial, moral dan emosional murid sesungguhnya sebagai potret bagaimana seorang guru membersamai mereka dalam perjalanan belajarnya. Guru adalah lentera yang tidak pernah padam, pemandu yang selalu menerangi jalan menuju fase-fase baru, menuju level tinggi secara kepribadian dan keilmuan yang dicita-citakan.(*)

-Advertisement-

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img