.
Sunday, December 15, 2024

Awas, Inilah Dampak Buruk Jika Sembarangan Gunakan Antibiotik

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIAAntibiotik adalah senjata ampuh dalam melawan infeksi bakteri. Tapi, penggunaannya harus dilakukan dengan bijak dan berdasarkan rekomendasi dokter.

Demikian ditegaskan oleh Ketua Departemen Hubungan Lembaga Pemerintah PB IDI Brigjen TNI Purn DR Dr Soroy Lardo, SpPD KPTI FINASIM.

Ditambahkan, ada beberapa dampak buruk yang bisa terjadi jika antibiotik digunakan sembarangan, termasuk risiko resistensi antibiotik.

“Saya kira tetap kalau antibiotik itu harus berdasarkan pemeriksaan dokter ya, karena kita melihat bahwa antibiotik itu bukan semata obat untuk membunuh kuman, tetapi juga melihat proses yang terjadi pada tubuh,” kata Dokter lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran tersebut saat diskusi daring di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, penggunaan antibiotik tidak boleh dilakukan secara mandiri tanpa pengawasan medis, sebab antibiotik bukan hanya sekadar obat untuk membunuh kuman, tetapi juga berkaitan dengan proses kompleks di dalam tubuh, seperti patofisiologi dan patogenesis.

Oleh karena itu, pemberian antibiotik harus didasarkan pada diagnosis yang akurat oleh tenaga medis profesional.

Masyarakat diingatkan bahwa tidak semua demam atau infeksi membutuhkan antibiotik. Infeksi akibat virus, misalnya, tidak akan sembuh dengan antibiotik.

Namun, jika demam atau gejala infeksi berlangsung lebih dari lima hari, penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan penyebabnya dan menentukan apakah antibiotik memang diperlukan.

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, baik dalam hal jenis, dosis, maupun durasi, dapat memicu mutasi bakteri yang menyebabkan resistensi.

Kondisi ini bisa berdampak serius, seperti tidak tersedianya antibiotik yang efektif saat terjadi infeksi berat, dan masyarakat diminta untuk tidak membeli antibiotik secara sembarangan, termasuk melalui platform daring, tanpa resep dokter.

Dokter Soroy juga menekankan pentingnya kesabaran dalam menjalani terapi antibiotik, karena membutuhkan waktu untuk bekerja dengan membantu tubuh melawan kuman, dan proses ini tidak bisa terjadi dalam hitungan jam.

“Jadi saya menghadapi pasien-pasien itu, kuncinya itu masalah kesabaran. Jadi kesabaran itu memang tidak mudah karena variasi genjala klinis setiap pasien atau individu kan berbeda dalam menghadapi infeksi dan antibiotik itu kan bukan sesuatu yang diberikan saat ini, dalam satu jam akan mampu membunuh kuman,” ungkapnya.

Mengganti antibiotik tanpa indikasi yang jelas hanya akan mengurangi efektivitas pengobatan.

Akhirnya, edukasi mengenai penggunaan antibiotik harus terus ditingkatkan, pengetahuan masyarakat tentang resistensi antibiotik (antimicrobial resistance) memang penting, tetapi keputusan akhir tetap ada di tangan dokter yang telah dididik untuk memahami kompleksitas penyakit dan menentukan terapi yang paling tepat.

Dengan penggunaan antibiotik yang bijak dan terkontrol, masyarakat dapat berkontribusi dalam mencegah resistensi antibiotik, melindungi diri sendiri, dan menjaga kesehatan komunitas secara keseluruhan.(ntr/nug)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img