Sunday, February 23, 2025

Di Kota Malang Setiap Hari Satu Kasus Baru HIV/AIDS

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIAKasus penularan HIV/AIDS di Malang Raya makin mengkhawatirkan. Di Kota Malang misalnya, setiap hari ada temuan kasus baru HIV/AIDS. (lihat grafis dibawah)

Menurut catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang sejak 2021 kasus HIV/AIDS di tercatat sebanyak 329 kasus. Tahun 2022 ditemukan sebanyak 482 kasus. Kemudian tahun 2023 terdapat 512 orang atau kasus. Tahun 2024, meski belum terekap, diketahui satu bulan ada satu kasus baru yang  tercatat.

-Advertisement- Pengumuman

“Di Kota Malang setiap hari ada satu laporan kasus baru HIV/AIDS. Jadi rata-rata setiap bulan ada 30 kasus baru,” tutur Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Malang, Miefta Eti Winindar saat menjelaskan kondisi perkembangan kasus HIV/AIDS di Kota Malang.

Meski diakui terus bertambah, hal ini dianggap  menunjukan bahwa semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk mau periksa dan berobat. Masyarakat semakin sadar untuk memeriksakan kesehatan tubuhnya.

HIV/AIDS

Seluruh Puskesmas di Kota Malang, kata Miefta, sudah  memiliki layanan melayani kebutuhan pengidap HIV/AIDS.

Pemkot  Malang juga membuka layanan panggilan jika dibutuhkan dalam kondisi darurat. Dan obat ARV pun masih digratiskan.

Menurut Profil Kesehatan (Profilkes) Kota Malang Tahun 2023 (dokumen dapat diaskes publik) dari total 512 kasus di 2023, rentang usia terbanyak pengidap HIV/AIDS di Kota Malang adalah usia produktif. Yakni 25 – 49 tahun  sebesar 52 persen.

Berikutnya rentang usia kedua terbanyak adalah pada usia 20-24 tahun sebanyak 27 persen. Di usia kurang dari 4 tahun pun juga ada sebanyak satu persen, yakni ditemukan tiga kasus di 2023.

Berdasarkan data ini pula dari 512 kasus tersebut sebanyak 408 pengidap HIV/AIDS adalah laki-laki dan 104  adalah perempuan.

“Kami selalu memberikan edukasi terus menerus ke sekolah-sekolah dan di setiap ada kesempatan. Dan mengajak anak-anak muda tidak salah pergaulan. HIV/AIDS tidak mudah menular kecuali dalam seks berisiko dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril,” jelas Miefta.

Sementara itu untuk menekan angka HIV/AIDS Kota Malang dan memperingati Hari AIDS sedunia, Minggu (1/12)  kemarin Dinkes Kota Malang bersama   komunitas masyarakat menggaungkan program Three Zero untuk memerangi HIV/AIDS di Car Free Day Ijen.

Kepala Dinkes  Kota Malang, dr Husnul Muarif mengatakan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengeliminasi kasus.

“Kerja sama ini sangat penting agar semua orang paham dan kerja-kerja menuju three zero terwujud. Kami di Dinkes telah berupaya menggandeng berbagai pihak mulai dari komunitas sampai lembaga. Kami juga hadir ke sekolah untuk memberikan edukasi mengenai HIV/AIDS,” terang Husnul.

Ia mengajak agar masyarakat Kota Malang tidak bersikap diskriminasi kepada pengidap HIV/AIDS. Orang-orang yang positif HIV/AIDS bisa produktif dan harus mendapatkan tempat untuk menopang kemandiriannya.

“Kita harus tempatkan hak mereka dengan benar. Jangan ada diskriminasi,” imbaunya.

Sementara di Kabupaten Malang juga kerja keras mencegah penularan HIV.  Sekalipun kasus HIV menurun dibandingkan tahun sebelumnya, namun kasus HIV tetap menjadi perhatian pemerintah. Dinas Kesehatan Kabupaten Malang mencatat kasus Orang Dengan HIV (ODHIV) di Kabupaten Malang tahun 2024 sebanyak 214 orang. Sedangkan tahun 2023 sebanyak 251 ODHIV.

“Kasus ODHIV seperti fenomena gunung es. Karena semakin banyak ditemukan berarti semakin banyak yang diobati,’’ kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Puji Hadi Prasetyo.

Dia mengatakan Pemkab Malang melalui Dinas Kesehatan terus melakukan skring  terhadap mereka yang berisiko terhadap HIV. Di antaranya  ibu hamil, penderita TBC, penderita Infeksi menular seksual (IMS), transgender, LSL (laki-laki seks laki-laki), PPS (Perempuan Pekerja Seks), Penasun (pengguna narkoba suntik) dan WBP (warga binaan pemasyarakatan).

“Contohnya ada temuan ODHIV, kami telusuri keluarganya, untuk kemudian kami edukasi, terkait HIV. Selain itu, kami juga menekankan kepada mereka untuk terus berobat,’’ ucapnya.

Puji melanjutkan bahwa di Kabupaten Malang ada 39 Puskesmas dan sembilan rumah sakit  yang membuka layanan pengobatan, perawatan dan dukungan (PDP) bagi ODHIV. Mereka dengan ODHIV dipastikan Puji mendapatkan pelayanan kesehatan.

“Kami juga melakukan deteksi dini HIV pada bayi lahir dari ibu dengan HIV, memberikan obat pencegahan bagi bayi lahir dari ibu dengan HIV dan bila bayi terbukti HIV positif maka diberikan pengobatan HIV seumur hidup,’’tambah Puji.

Selain itu, Dinas Kesehatan juga menyediakan layanan PreP (profilaksis pre exposure). 

“Ini paling penting. Kami juga melakukan penyuluhan kesehatan reproduksi pada remaja. Ini sebagai bentuk upaya perlindungan dengan penerapan kewaspadaan standar bagi tenaga kesehatan,’’ tambahnya.

Puji juga mengatakan jika seluruh Puskesmas di Kabupaten Malang juga melayani testing HIV. Mereka yang beresiko, dapat melakukan testing. “Total ada 67 layanan kesehatan di Kabupaten Malang menerima testing HIV. Yaitu 39 Puskesmas, 22 rumah sakit dan enam klinik,’’ ungkapnya.

Disinggung   ciri-ciri, Puji mengatakan tidak ada ciri-ciri khusus ODHIV  kecuali jika terkena salah satu penyakit oportunitis misalnya TBC maka gejalanya adalah gejala TBC yaitu batuk, penurunan berat badan.

“Untuk menentukan ODHIV harus dengan pemeriksaan tes HIV,’’ tandasnya. 

Sementara di Kota Batu,  Dinas Kesehatan (Dinkes)  mencatatkan jumlah orang dengan HIV (ODHIV) tahun 2023 mencapai 76. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Hal itu diungkapkan  Koordinator Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penanganan Bencana Dinkes Kota Batu, dr Susana Indahwati.

“Selama Januari – November ada 76 ODHIV baru. Saat ini ODHIV yang sedang dalam pengobatan di Kota Batu sebanyak 333 orang,” ujar Susan kepada Malang Posco Media.

Untuk menekan ODHIV Dinkes Kota Batu telah melakukan upaya deteksi dini dengan skrining mobile VCT pada kelompok kelompok berisiko dan layanan statis di puskesmas dan rumah sakit. serta edukasi pencegahan penularan ABCDE.

“Meliputi Abstinence, artinya tidak melakukan hubungan seksual bagi yang belum menikah, Be Faithful artinya setia pada satu pasangan yang tidak terinfeksi HIV,  menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks yang berisiko,” bebernya.

Kemudian tidak menggunakan narkoba, terutama melalui jarum suntik. Serta Education, artinya mendapatkan informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya.

“Kami juga memberikan layanan PDP atau Layanan Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (PDP) HIV adalah layanan kesehatan bagi Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) untuk dapat mengakses terapi Anti Retro Viral (ARV),” bebernya.

Terapi ARV diberikan secara gratis kepada ODHIV. Selain itu berbagai upaya pencegahan pun terus dilakukan secara holistik dengan melibatkan berbagai pihak agar memutus penularan virus. Kemudian upaya lainnya seperti menyebarluaskan pesan tentang pentingnya meningkatkan kualitas hidup ODHIV.

Tidak hanya itu Dinkes Kota Batu telah menyusun lima program penanggulangan dan pengendalian HIV di Kota Batu. Di antaranya upaya promotif untuk memberikan edukasi, mengurangi stigma dan diskriminasi, melalui penyuluhan di sekolah, masyarakat, dan di layanan kesehatan.

Kemudian menyebarluaskan informasi HIV secara digital melalui sosmed dan pemberitaan di media massa. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui acara-acara terkait HIV seperti Gebyar Hari AIDS Sedunia.

“Sedangkan untuk upaya preventif yang dilakukan melalui pengadaan kondom, reagen pemeriksaan HIV, penstandaran SOP penggunaan peralatan medis invasif yang steril untuk layanan kesehatan. Ketiga, upaya kuratif dengan memperbanyak layanan pengobatan HIV di Kota Batu,” paparnya.

Untuk layanan pengobatan HIV di Kota Batu tersedia di seluruh Puskemas. Meliputi Puskesmas Batu, Puskesmas Sisir, Puskesmas Bumiaji, Puskesmas Beji dan Puskemas Junrejo.

“Semua puskesmas sudah memiliki layanan pengobatan HIV komprehensif. Begitu juga empat rumah sakit yang ada seperti RSU Karsa Husada Batu, RS Bhayangkara Hasta Brata Batu, RS Baptis Batu, dan RSIA Haji Batu. Sementara RS dr Etty Asharto dan RS Punten Batu masih sebatas pelayanan testing dan konseling,” terangnya.

Langkah pengendalian selanjutnya melalui upaya rehabilitatif dan dukungan untuk mengurangi angka dan dampak IO (infeksi Oportunistik) melalui program Adherence (kepatuhan berobat), pengadaan nutrisi untuk ODHIV, dan program konseling serta pengembangan KDS (kelompok dukungan sebaya) untuk mendukung ODHIV secara bio-psiko-sosio-spiritual.

“Kami juga melakukan upaya jejaring untuk meningkatkan peran serta komunitas dalam program HIV. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait. Menggandeng organisasi remaja seperti GERPHA (Gerakan Remaja Peduli HIV AIDS), Duta Genre (Generasi Berencana), yayasan terkait HIV dan populasinya, LSM, dan komunitas lainnya. Bahu membahu dalam upaya preventif HIV, hingga ke dukungan untuk ODHIV,” pungkasnya. (ica/ira/eri/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img