Laita Roa’ti Masykuroh, Kiper Arema Women dan Timnas Indonesia
Nama Laita Ro’ati Masykuroh melejit di pengujung tahun 2024 ini. Dia jadi benteng terakhir di pertahanan Timnas Putri Indonesia .Di turnamen Piala AFF Wanita 2024 mendapatkan gelar best goalkeeper.
MALANG POSCO MEDIA – Laita Ro’ati Masykuroh adalah penjaga gawang Arema FC Women. Ia tiba-tiba banyak dikenal pecinta sepak bola Indonesia di semester kedua tahun ini. Awalnya, tak banyak yang mengenalnya kecuali pecinta sepak bola di Malang yang kerap melihat update Arema Women.
Namun semua berubah di tangan Satoru Mochizuki. Ketika Timnas Putri dilatih pria asal Jepang tersebut, Laita kerap mendapatkan panggilan timnas untuk pemusatan latihan. Dia menjadi pilihan utama, khususnya ketika tour Asia dan Eropa, lalu berlanjut di AFF Women Championship 2024, dari akhir November lalu hingga 5 Desember.
Di turnamen ini, Laita tak tergantikan. Perempuan asal Banyuwangi ini selalu bermain dari babak penyisihan hingga final. Penampilannya juga mendapatkan pengakuan ketika dianugerahi best goalkeeper.
“Aku gak nyangka sih bakalan jadi kiper utama di Timnas Putri. Apalagi, memang persaingan di sini bisa dibilang berat. Lalu, ketika jadi best goalkeeper, semakin tidak ekspektasi kesana,” kata Laita mengawali cerita.
Dia hanya bermain sebaik mungkin saja setiap dipercaya. Mengenai prestasi individual, itu adalah kejutan baginya. Sebab, sepanjang turnamen dia merasa masih banyak melakukan kesalahan.
“Tapi apapun itu aku tetap bersyukur banget karena kerja sama tim juga akhirnya kami bisa membuat sejarah buat Timnas Wanita Indonesia,” katanya.
“Yang pasti bersyukur banget, alhamdulillah akhirnya bisa jadi salah satu yang mewakili kejuaraan ini. Bagiku ini pengalaman pertama. Rasanya masih seperti mimpi gitu, gak pernah sedikitpun mikir bakal bisa ikut AFF, apalagi bisa sampai juara kayak gini,” sambung Laita yang baru sampai di Malang pekan ini.
Pemain berusia 25 tahun itu mengakui mengambil banyak pengalaman bersama Timnas Indonesia. Menurutnya, proses yang dijalani panjang dan tidak mudah. Bahkan, tentunya banyak yang mencibir. Salah satu contohnya ketika Timnas Putri berujicoba melawan Timnas Belanda. Lawan tim langganan Piala Dunia, dan nyaris semua pemain berkompetisi di kasta tertinggi Eropa, Garuda Pertiwi kalah 0-15. Dan Laita ada di dalam skuad, menjadi penjaga gawang utama sekalipun tidak semua gol ke gawang Indonesia terjadi saat dia berada di bawah mistar gawang.
Dia menyebut rasa nano-nano laga melawan Timnas Belanda tersebut. Menurutnya, salah satu pengalaman yang tidak akan pernah bisa dilupakan.
“Senang karena lawan tim sekelas Belanda. Tapi jadi salah satu pengalaman pahit yang pernah aku rasain. 15-0 itu bukan sesuatu hal yang bisa aku sangkal juga. Tapi mau bagaimana lagi itu pengalaman pertama melawan tim raksasa yang udah sering mentas di Piala Dunia,” jelas dia.
“Jadi bagi aku sendiri ini termasuk pelajaran berharga banget. Modal awal buat aku bisa improve lebih baik lagi kedepannya. Karena aku merasa masih belum cukup baik saat ini dan gak mau berhenti sampai sini saja,” sambung perempuan berusia 25 tahun tersebut.
Menurut pemain yang hobi naik gunung ini, rasa percaya dirinya meningkat. Sebab, dia juga mendapatkan motivasi serta semangat setelah itu. Bukan soal skor akhir, namun banyak juga aksinya yang mengundang decak kagum ketika melakukan penyelamatan dari serangan bertubi-tubi lawan.
“Setelah itu rasa percaya diri juga meningkat. Jadi lebih pede, lebih yakin lagi kalau bisa, pede bisa lebih baik lagi dari yang aku pikirkan,” tambahnya.
Laita mengakui, apa yang dia dapatkan kali ini sebenarnya jauh dari ekspektasinya. Terlebih, dia termasuk baru di dunia sepak bola. Kariernya dimulai di Malang, saat kuliah di Universitas Negeri Malang (UM). Namun, bukan juga dari sepak bola, melainkan futsal di awal kuliah.
“Pas ada Liga 1 Putri di tahun 2019 saya ikut seleksi. Hitungannya, ya belajar saat itu. Selain itu, saya dulu niatnya juga pemain futsal saja. Tapi karena ikut seleksi, diterima jadi pindah haluan,” ungkap Laita.
Dia bersyukur, karena keputusannya itu mendapatkan dukungan. Di Arema Women pun, dia tidak berawal jadi pilihan utama. Tapi hal ini tak menghalanginya terus belajar.
“Keluarga, teman semua mendukung. Apalagi pas saya mulai TC bersama timnas, selalu dapat support. Walaupun kalah, atau bagaimana, tetap diberikan semangat,” beber dia.
Kini, setelah prestasi pertamanya bersama Timnas Putri yang terhitung mengejutkan, karena sepak bola putri di Indonesia sudah lima tahun tanpa kompetisi, dia berharap bisa lagi memberikan prestasi untuk Garuda Pertiwi. Selain itu, dia mau juga kembali ke klub, berprestasi.
“Sama klub, tentunya mau Liga 1 Putri bergulir dan bisa juara. Untuk timnas, ingin buat sejarah baru. Sekarang, setelah timnas, kembali ke Arema, fokus latihan dan meningkatkan skill. Kalau dipanggil lagi timnas, terdekat mungkin persiapan Asean Women Championship,” tandas Sarjana Pendidikan Kepelatihan Olahraga ini. (ley/van)