spot_img
Wednesday, February 5, 2025
spot_img

Kopi Arabica ‘Special Taste’ Lereng Arjuno Jadi Langganan Korea Selatan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, PASURUAN – Produk kopi Arabica dari lereng Gunung Arjuno yang dikenal dengan cita rasa ‘creamy’ dan lembut, makin berkembang hingga memikat pasar mancanegara. Terkini, hasil produksi kopi arabica dengan ‘spesial taste’ itu telah mencapai 12 ton kopi yang diimpor ke luar negeri.

Kopi Arabica ini merupakan hasil produksi dari kelompok tani Sumber Makmur Abadi (Sumadi) yang merupakan binaan dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI Malang) sejak 2018 lalu. Kelompok tani Sumadi ini tepatnya berlokasi di Desa Jatiarjo Kabupaten Pasuruan.

-Advertisement-
Kopi Arabica
MPM-IAN

“Kopi kami disukai karena rasa soft, lembut, dan ‘creamy’. Itu kami hasilkan dengan serangkaian proses dan pengeringan yang stabil. Yang tebaru ini, paling banyak diimpor ke Korea Selatan, itu yang ‘special taste’,” jelas Nur Hidayat, Ketua Kelompok Tani Sumadi.

Bukan suatu hal yang sederhana, kopi arabica ini ditanam dan diproses oleh para petani yang cukup gigih dan telaten. Ada sebanyak 54 petani yang mengelola kebun kopi seluas 54 hektar yang berada di ketinggian 1.500 mdpl.

Tiap petani harus melewati jalanan yang ekstrem dan memproses kopi dengan cekatan. Alhasil, kopi yang dihasilkan pun disebutnya memiliki rasa yang konsisten yang dibutuhkan oleh pasar luar negeri. Tiap hektar tanaman kopi mampu menghasilkan omzet ratusan juta.

“Harga tiap kilogramnya itu Rp 150 ribu. Biasanya Korea Selatan mengambilnya sampai 1 ton sendiri. (Selain Korea Selatan) ada juga dari Swiss, Perancis dan China,” tambah dia.

Nur bersyukur melalui produksi kopi dari Poktan Sumadi ini banyak dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat luas. Dari segi lingkungan, produksi kopi ini memperbanyak pohon kopi yang memperbaiki konservasi air di lereng gunung tersebut.

Selain itu, juga mampu menyerap 100 ton karbon di lingkungan tersebut. Sementara dari sisi ekonomi, banyak tenaga kerja yang diserap dari masyarakat sekitar.

“Dengan ratusan ribu bibit kopi, ini menciptakan peluang kerja lintas umur. Baik yang usia 50 tahun, yang tidak sekolah, itu bisa menyerap tenaga kerja. Bahkan sekarang produksi kopi ini diduplikasi desa lain dan ada 1500 petani yang menduplikasi,” tandasnya. (ian/nug)

-Advertisement-

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img