spot_img
Wednesday, February 5, 2025
spot_img

PEDAGANG ITU MULIA

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Belakangan ini ramai pemberitaan terkait penjual es teh yang dihina dengan ungkapan kurang pantas. Sontak para netizen mendoakan pedagang kecil tersebut agar usahanya senantiasa berkah meskipun dengan hasil yang tidak seberapa. Apakah disebabkan jualan es teh seseorang pantas di hina?.

Dalam Islam, seseorang dianjurkan untuk senantiasa aktif, produktif dan responsif terhadap perkembangan zaman dan dinamika kehidupan, tak terkecuali pada sektor ekonomi.

-Advertisement-

Kemandirian ekonomi sangat dianjurkan dan diutamakan. Oleh karena itu, meminta-minta merupakan hal yang perlu untuk dihindari, sebagaimana Rasulullah selalu berdoa agar terhindar dari meminta, atau butuh uluran tangan orang lain (al-‘afaf wal ghina ‘ani an-nas), bahkan meminta jika bukan karena kebutuhan yang mendesak diancam dengan api neraka.

Terkait dengan ini, khalifah ‘Umar bin Khattab pernah memarahi masyarakat yang menganggur sembari berteriak, “bekerjalah, sebab emas tidak akan tiba-tiba begitu saja turun dari langit.”

Luqman Hakim sebagaimana disitir oleh al-Ghazali dalam ihya’ ulumuddin berpesan kepada anaknya agar senantiasa berusaha dan bekerja sebab hal tersebut dapat menghindarkan seseorang dari empat hal; tumpul akal, dangkal pengetahuan, lemah iman, hingga dianggap hina oleh handai taulan.  

Rasululah saw sering menyinggung terkait pentingnya bekerja yang mendatangkan kemandirian ekonomi secara individu. Dinyatakan bahwa mata pencaharian (penghidupan) yang terbaik adalah dengan cara berdagang (enterpreneur) atau menjadi karyawan (amila ar-rajul biyadihi wa kullu bay’in mabrur).

Bekerja adalah juga salah satu bentuk dari jihad fi sabilillah, tidak kalah dengan berjihad dengan mengangkat senjata. Lelah akibat bekerja menjadi sarana penggugur dosa, sekaligus penebus raga dari nikmat sehat wal afiat karunia sang Maha Pencipta.

Bahkan dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda bahwa seseorang yang mencari kayu bakar di hutan, kemudian menjualnya ke pasar lebih baik dari pada meminta-minta walaupun hasil yang didapat kecil. Sebab memberi lebih mulia daripada menerima. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tanpa bekerja sulit bagi seseorang untuk memberi, begitupula untuk menyempurnakan rukun Islam seperti zakat dan haji.

Rasululullah adalah Pedagang

Terdapat sekian banyak literatur terkait dengan Karakter Rasulullah, baik sebagai pribadi maupun sebagai pedagang. Diantaranya adalah William Montgomery Watt, Muhammad: Prophet and Statesman (1961), Michael H. Hart, The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History, 1978), Francis E. Peters, Muhammad and the Origins of Islam (1994), Clinton Bennett, In Search of Muhammad (1998), Ismail Noor, Prophet  Muhammad’s  Leadership (1999), Richard A. Gabriel, Muhammad: Islam’s First Great General (2007).

Setidaknya terdapat dua prinsip utama yang patut dijadikan contoh dari perjalanan bisnis Rasulullah Saw yang merupakan seorang pelaku bisnis sukses di zamannya. Pertama, tanggungjawab dan terpercaya (amanah), maka tak heran jika beliau di masa mudanya dijuluki sebagai al-amin (yang dapat dipercaya) oleh penduduk Makkah. Dengan demikian uang bukanlah modal yang utama dalam berwirausaha, melainkan membangun kepercayaan dan dapat dipercaya.

Kedua, kompetensi dan kemampuan teknis terkait dengan bidang (jenis usaha) yang ditekuni. Sebagaimana Rasulullah Saw. mengenal dengan baik pasar-pasar dan tempat-tempat perdagangan di Wilayah Jazirah Arab. Beliau memiliki pengetahuan tentang seluk beluk aktivitas perdagangan dan perekonomian, pengetahuan mengenai untung dan ruginya perdangangan, bahaya riba sehingga beliau melarang praktik riba dalam perdagangan dan menggantinya dengan jual beli.

Kepercayaan merupakan modal yang ampuh, tanpanya dapat dipastikan bisnis perdagangan yang ditekuni Rasulullah Saw. akan berujung pada kegagalan. Besarnya kepercayaan masyarakat terhadap Rasulullah Saw. menjadikan bisnis beliau mengalami kemajuan dan kesuksesan.

Bukti sifat amanah yang dimiliki Rasulullah adalah adanya penuturan dari salah satu mitra bisnisnya yaitu Saib Ibn Saib, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa Abdullah Ibn Abdul Hamza telah menceritakan,

“Saya (Saib Ibn Saib) telah membeli sesuatu dari Muhammad sebelum dia menerima misi kenabiannya, dan karena masih ada sesuatu yang menjadi haknya, saya berjanji kepadanya bahwa saya akan membawanya ke tempatnya, tetapi saya lupa. Ketika saya ingat tiga hari kemudian saya pergi ke tempat itu, dan saya menemukannya di sana”.

Lalu Muhammad kemudian berkomentar, “Kamu telah membuat saya sedih. Aku sudah tiga hari di sini menunggumu. “

Menurut Alma, terdapat beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang Muslim dalam kegiatan usahanya, yaitu: taqwa, tawakal, zikir dan syukur.

Kedua, jujur dalam segala kegiatan bisnis (menimbang, mengukur, membagi, berjanji, membayar utang). Ketiga, niat suci dan ibadah. Keempat, keinginan yang kuat (Bangun Lebih pagi). Kelima, toleransi dan tidak kaku. Keenam, berzakat dan berinfaq. Ketujuh, bersilaturrahmi.

Berdasarkan hal ini, penghinaan terhadap seseorang yang berusaha untuk menafkahi keluarganya bukanlah suatu hal yang pantas. Betapapun kecil dan sedikitnya usaha yang dilakukan oleh seseorang selaras dengan kapasitasnya, haruslah di apresiasi. Sebagimana Allah menyatakan bahwa perilaku negatif mengumpat dan mencela adalah hal yang patut dihindari (QS. Al-Muthafifin[83]: 1). Jika tidak dapat berbuat baik, minimal tidak menyakiti. Jika tidak dapat mengapresisi minimal janganlah membully. Maka dari itu, bekerja itu mulia, apapun usahanya!.(*)

-Advertisement-

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img