Oleh: Dr. Tutik Setianingsih, M.Si., Darjito, S.Si., M.Si., Drs. Budi Kamulyan, M.Sc.
Departemen Kimia FMIPA Universitas Brawijaya Malang

Malang Posco Media – Kopi dan teh adalah jenis minuman yang sangat popular di Indonesia. Cita rasanya yang khas sangat digemari oleh masyarakat di tanah air.
Di dunia kuliner kopi dan teh bukan cuma berperan sebagai minuman tetapi juga untuk campuran makanan, misalnya roti. Bahkan teh bisa ditambahkan ke masakan lauk pauk sebagai contoh sambal goreng, baceman tempe, atau untuk pewarnaan telur.
Kopi mengandung zat aktif kafein dan teh mengandung katekin. Katekin bersifat antioksidan yang dapat mencegah penyakit akibat radikal bebas dalam tubuh.

Kopi dan teh serbuk baik yang masih segar maupun yang sudah kedaluwarsa bisa diolah menjadi arang aktif, karbon aktif atau biochar aktif.
Proses karbonisasi teh atau kopi bisa secara kering (metode sintesis fasa padat) menggunakan tanur biasa atau microwave sehingga menghemat waktu reaksi.
Karbon aktif merupakan material berpori yang banyak sekali kegunaannya diantaranya sebagai adsorben, katalis atau matriks katalis yang disebut paduannya sebagai komposit.
Komposit karbon aktif – oksida logam dapat digunakan untuk meremediasi tanah tercemar pestisida atau polutan bahan organik di perairan.

Karbon aktif yang berbahan dasar kopi dan teh jika diolah lebih lanjut dengan cara didispersikan dalam air dengan menggunakan blender, mixer, sonikator, atau digerus dengan mortar-alu akan berubah menjadi karbon aktif yang lebih kecil ukuran partikel padatannya.
Jika ukuran partikel padatan tersebut berada dalam rentang 1 – 100 nm maka disebut karbon nanomaterial (CNM) atau karbon nanostruktur (CNS).
Dengan ukuran yang kecil ini dan menjadi koloid maka untuk aplikasi sebagai campuran pupuk cair akan memudahkan para petani menyemprotkannya ke tanaman di lahan pertanian. (*/nda)
NARASI DIDASARKAN PADA PENGALAMAN PENELITIAN PEMBUATAN CNS DARI KOPI DAN TEH (HDLK 2023)