spot_img
Thursday, February 6, 2025
spot_img

Di Bawah Telapak Kaki Ibu

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh: Mohamad Sinal

Dosen Politeknik Negeri Malang dan Pemerhati Bahasa Hukum.

-Advertisement-

Malang Posco Media – Ada lelah yang tak pernah dikeluhkan. Ada cinta tanpa meminta imbalan, serta kasih sayang yang penuh ketulusan. Tidak hanya pantas digugu dan ditiru, namun sangat pantas untuk dirindukan di sepanjang waktu. Itulah lelah, cinta, dan kasih sayang seorang ibu.

Betapa luas cinta dan kasih sayangnya, D. Zawawi Imron melalui puisi “Ibu” melukiskannya sebagai berikut: “Ibu, … kalau kasihmu ibarat samudera, sempit lautan teduh, tempatku mandi mencuci lumut pada diri, tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh, lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku, kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan, namamu ibu, yang kan kusebut paling dahulu, lantara aku tahu, engkau ibu dan aku anakmu….” (dalam “Semerbak Mayang”).

Puisi tersebut tentu bukan sekadar kiasan, tetapi pengingat betapa mulianya kedudukan seorang ibu dalam hidup ini. Ibu sumber kasih dan doa yang tak pernah putus. Kehadirannya membawa cinta yang begitu dalam, menjadi berkah bagi anak-anaknya yang tak pernah padam.

Telapak kakinya menyimpan cerita panjang tentang perjalanan hidupnya. Mulai langkah pertama ketika kita dalam gendongannya, hingga langkah-langkah berikutnya penuh pengorbanan yang tiada tandingannya. Bahkan, setiap kerutan di telapak kakinya adalah bukti tentang lelah yang tak pernah dikeluhkan. Ketulusan cinta tanpa meminta imbalan.

Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu

Di bawah telapak kaki ibu, tidak hanya ditemukan “surga.” Namun sejumlah pesan menuju kebahagiaan. Setiap langkahnya adalah pengorbanan. Setiap pengorbanannya adalah cinta. Yang mengajarkan bahwa hidup tidak hanya tentang menerima tetapi juga memberi.

Ia mengajarkan cinta yang tulus, serta kebaikan yang tak pernah putus. Keikhlasan untuk memberi tanpa pamrih dan pengorbanan tanpa ada pilih kasih. Seiring denyut nadi yang terus berdetak, tanpa sedikit pun ada keraguan untuk menolak. Menangis dalam doa, memohon kebahagiaan anak-anaknya.

“Surga di bawah telapak kaki ibu” mengandung pancaran makna yang dalam dan suci. Ia menggambarkan kemuliaan seorang ibu, yang melampaui batas-batas duniawi, menjangkau hingga ke langit cinta Ilahi. Di bawah telapak kakinya, tersimpan pintu menuju surga, yakni tempat segala kebaikan bermula serta segala keberkahan bermuara.

Telapak kaki ibu adalah saksi bisu dari perjalanan panjang yang ia tempuh. Melangkah di atas duri kehidupan, menahan lelah tanpa keluhan, dan memikul cinta penuh ketulusan. Ia adalah cermin dari perjuangan dan pengorbanan yang tak bertepi. Setiap langkahnya adalah cita, setiap lelahnya adalah cinta, dan setiap doanya adalah jalan menuju keridhaan Tuhan.

Bahagia di Balik  Setiap Airmata Ibu

Seorang ibu bukan sekadar sosok yang hanya melahirkan. Ia adalah tempat kembali untuk bercerita sesuatu yang telah terjadi, baik keberhasilan maupun kegagalan yang dihadapi.  Bahkan, luka terdalam sekalipun yang tidak mungkin diungkapkan kepada siapa pun, hanya kepada ibulah akan diceritakan.

Di hadapan ibu, kita lepaskan segala atribut yang  dipakai di luar sana. Hanya menjadi diri sendiri, dengan segala kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Ibu bagai gua yang senyap yang memberi ketenangan. Meski tidak selalu berkata banyak, dengan diamnya dapat ditemukan sejumlah jawaban.

Bahkan pelukannya mengisyaratkan bahwa ketenangan sejati bisa datang dari rasa. Lalu diterima tanpa syarat tanpa harus banyak mendebat.  Dalam konteks ini, D. Zawawi Imron, si penyair “Celurit Emas” melukiskannya sebagai berikut: “ibu adalah gua pertapaanku, dan ibulah yang meletakkan daku di sini, saat bunga kembang menyemerbak bau sayang, ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi, aku mengangguk meskipun kurang mengerti.”.

“Ibu adalah gua pertapaanku” adalah ungkapan yang menggambarkan kasih ibu menjadi tempat kita untuk menemukan kembali diri kita yang sebenarnya. Ia adalah rumah sekaligus cermin, tempat kita belajar memahami arti cinta, pengorbanan, dan keteguhan.

Meskipun suatu saat nanti kita tidak mungkin bisa kembali ke pelukannya, namun senyum dan tetes airmatanya akan selalu membasahi hati kita.  Memberi kesejukan yang takkan pernah sirna. Sebab kasih dan sayangnnya, akan selalu mengingatkan bahwa kehidupan di luar sana menanti dengan penuh kesetiaan.

Jadi, di bawah telapak kaki ibu, ada pelajaran tentang cinta yang sejati. Cinta yang tak menuntut balas. Cinta yang rela memberi segalanya demi kebahagiaan anak-anaknya. Surga yang tersembunyi di bawahnya adalah wujud keridoan Allah yang begitu dekat dengan rida seorang ibu.          Dengan menghormatinya, melayaninya, dan mencintainya sepenuh hati, tidak hanya mendekatkan diri pada rido ibu, tetapi juga pada rido Ilahi.  Di telapak kaki itu, terdapat surga kecil dan taman kehidupan dihiasi kehangatan cinta yang tak pernah pudar. Selamat hari ibu.(*)

-Advertisement-

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img