MALANG POSCO MEDIA – Arema FC membuat keputusan berani dengan memecat pelatih Joel Cornelli jelang laga melawan PSBS Biak di Stadion Soepriadi Kota Blitar, Sabtu (21/12) sore ini. Alhasil, laga pekan 16 BRI Liga 1 2024/2025 dilalui tanpa head coach. Sementara dipimpin oleh karteker Kuncoro.
Laga ini krusial bagi Tim Singo Edan, untuk membuktikan keputusan dari hasil evaluasi tersebut tepat dan bisa mengubah kondisi tim yang sedang menurun. Ini sekaligus mengembalikan tim ke persaingan di papan atas, atau tim masih berkutat dengan hasil minor.
Sebelum laga lawan PSBS Biak, Alfarizi dkk memang dalam periode negatif. Tiga laga beruntun tak menang, dengan dua kekalahan saat derbi Jatim melawan Persebaya dan Persik Kediri, serta sekali seri ketika menjamu Persis.
Setelah itu evaluasi dilakukan manajemen dan direksi klub. Keputusannya, mengakhiri kerja sama dengan Joel Cornelli tepat di H-2 laga. Padahal, belum ada sosok pengganti yang disiapkan klub dan kini menunjuk Kuncoro sebagai pelatih sementara, ditemani Siswantoro yang sebelumnya sama-sama menjadi asisten pelatih.
“Saat ini kami menunjuk Kuncoro untuk meneruskan perjuangan tim di Liga 1 sebelum ada pelatih yang baru,” kata General Manager Arema FC M. Yusrinal Fitriandi.
Pria yang akrab disapa Inal ini belum menyebutkan siapa calon pelatih dan kapan didatangkan. Setidaknya di dua pekan ini kepelatihan masih di tangan Kuncoro dan Siswantoro karena setelah itu kompetisi libur sepekan di momen Tahun Baru.
“Memang waktunya sangat mepet, tapi saat melakukan evaluasi pasti kami sudah mempertimbangkan hal-hal tersebut,” tegas dia.
Yang jelas, keputusan manajemen tersebut juga berdasarkan komunikasi intensif pascakekalahan dari Persik. Ada beberapa hal evaluasi untuk pelatih yang ujungnya kesepakatan mengakhiri kerja sama atau memecat sang pelatih.
Di sisi tim, Pelatih Kuncoro menyebutkan, timnya harus siap dalam segala kondisi. Termasuk persiapan lawan PSBS Biak, yang tiba-tiba tanpa pelatih kepala. Kuncoro pun kini didapuk sebagai juru taktikal.
“Kami ya seperti biasa, cuma melanjutkan. Karena sebelumnya, setiap pekan mau pertandingan pasti menyiapkan taktik. Ya normal, mau main besok kita akan bagaimana, misal jangan main bertahan, tapi memaksimalkan transisi,” tuturnya.
Kuncoro mengatakan, ia pun tak akan melakukan perubahan terkait gaya main tim. Hanya akan ada sejumlah penekanan atau penambahan.
“Bukan penambahan yang frontal. Paling misalkan cara pressing, terutama saat kalah bola. Tidak banyak, karena juga cuma dua hari saja latihannya,” jelasnya.
Pria asal Gondanglegi ini mengatakan, dia pun hanya sementara memimpin. Sebab, pasti ada penggantinya.
“Insya Allah pasti segera ada, sementara saya yang mengisi kekosongan setelah coach Joel. Dan mungkin 1-2 pekan manajemen akan mendatangkan pelatih baru sama seperti kemarin,” kata dia.
Dia lantas menyebutkan bagaimana timnya menyambut laga lawan PSBS. Setelah kalah dari Persik, tim pun sudah melakukan evaluasi. Bahkan, di hari pertama latihan sempat masih ada sosok Joel Cornelli sebelum menghilang di hari kedua.
“Saya tekankan ke anak-anak, bahwa besok adalah pertandingan final. Kenapa? Karena kami sudah tiga kali pertandingan tidak meraih kemenangan dan anak-anak harus fight dan harus satu tekad untuk meraih kemenangan,” tegas dia.
Kuncoro memastikan situasi di tim juga kondusif. Dia menilai pemain siap dengan kehilangan pelatih yang begitu cepat setelah hasil minor tiga laga.
“Insya Allah kalau berpengaruh tidak, karena sudah biasa di tim. Tadi pagi beliau (Joel) sudah pamit dan meminta kami fokus untuk pertandingan besok dan mungkin tidak berpengaruh besar tapi dikit saja,” tambahnya.
Kuncoro menyebutkan, di Arema FC nyaris setiap musim pelatih datang dan pergi. Bahkan, kerap kali terjadi di tengah musim. Misalnya tahun lalu, ada empat kali pergantian pelatih. Begitu pula di musim sebelumnya, terdapat tiga kali pergantian pelatih.
Menurutnya, pelatih atau pemain bisa berganti-ganti, akan tetapi penekanannya adalah karakter tim yang tidak boleh berganti.
“Meskipun pemain atau pelatih pergi, karakter Arema masih terbentuk, sejak dari era Galatama sampai sekarang. Kalau soal karakter seperti apa simpel saja, Arema harus menjadi Arema. Pemain Arema itu keluarga, tradisi kami (bermain) keras dan cepat,” urainya. (ley/van)