MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tim peneliti dari Politeknik Negeri Malang (Polinema) berkolaborasi dengan PT Rapid Plast Indonesia untuk mengembangkan teknologi daur ulang plastik yang inovatif. Kolaborasi ini dalam upaya mendukung keberlanjutan lingkungan sekaligus menjawab tantangan dalam pengelolaan limbah plastik.
Penelitian ini merupakan bagian dari program Matching Fund (Dana Padanan) dari Direktorat Jendral Vokasi APTV Kemendikbud Ristek, batch 3 tahun 2024. Kegiatan dimulai sejak bulan Juli sampai Desember 2024, di Bengkel Teknik Mesin Polinema dan di PT. Rapidplast, Kompleks Brebek Industri Rungkut, Surabaya.
Tim peneliti ini terdiri dari beberapa dosen. Mereka adalah Dr. Ir. Drs. Moh. Hartono, M.T., R.N, Akhsanu Takwim, S.T., M.T., Ir. Subagijo, M.T, Etik Puspitasari, S.T., M.T, Nila Alia, S.Pd., M.Pd.,M.Tr, Prof. Ratih Indri Hapsari, S.T., M.T. PhD dan Dr. Ir Eko Naryono, M.T. “Penelitian ini difokuskan pada optimalisasi proses daur ulang plastik regrind melalui implementasi mesin pemisah debu,” ujar Dr. Ir. Drs. Moh. Hartono, M.T., R.N, selaku ketua tim.
Tim peneliti ini melibatkan tujuh dosen dari berbagai disiplin ilmu, yaitu teknik mesin, teknik industri, teknik kimia, dan teknik sipil. Pendekatan multi-disiplin ini memungkinkan tim untuk menciptakan solusi komprehensif dalam menyelesaikan masalah utama pada proses daur ulang plastik. “Kolaborasi ini menghasilkan empat mesin utama, yakni mesin hisap, mesin cyclone, mesin washing, dan mesin dryer, yang bekerja secara sinergis dalam satu sistem terintegrasi,” terangnya.
Hartono menjelaskan, mesin hisap berfungsi untuk memisahkan debu halus dari plastik regrind, sedangkan mesin cyclone menggunakan gaya sentrifugal untuk menyaring partikel debu yang lebih kecil. Mesin washing kemudian membersihkan plastik menggunakan air untuk menghilangkan sisa-sisa kontaminan, sementara mesin dryer memastikan plastik yang dihasilkan dalam kondisi kering sebelum digunakan kembali.
Diharapkan dengan digunakannya mesin pemisah debu ini maka proses pemisahan debu menjadi lebih singkat, lebih efisien, lebih hemat dan lebih bersih dibandingkan dengan proses pemisahan sebelumnya yang menggunakan cara manual. Dengan demikian, kata Hartono, potensi cacat bintik hitam pada hasil produk cetak plastik dengan material regrind akan dapat diminimalisir. “Dengan implementasi sistem ini, kualitas plastik daur ulang meningkat signifikan, sehingga lebih kompetitif di pasar,” ungkapnya.
Program penelitian ini tidak hanya menghasilkan inovasi teknologi, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi. Antara lain IKU 2, 3, 4, 5 dan 7. Kesuksesan program ini menjadi bukti bahwa sinergi antara akademisi dan industri dapat menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Hartono berharap, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi inisiatif serupa di masa depan, khususnya dalam mendukung prinsip ekonomi sirkular dan keberlanjutan lingkungan. “Di sisi lain, kolaborasi ini memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa dan dosen, mempertegas peran perguruan tinggi sebagai agen perubahan yang mendukung kemajuan industri dan lingkungan,” pungkasnya. (imm/udi)