Dua pekan terakhir bulan Desember diperkirakan menjadi puncak musim liburan. Peringatan Natal dan awal Tahun Baru 2025 jatuh pada hari kerja, sehingga sejumlah sekolah, kampus, dan tempat usaha menetapkan dua pekan ini sebagai masa liburan atau cuti bersama. Kegiatan berkumpul, berwisata, dan makan bersama, seolah menjadi rutinitas baru. Namun, tak jarang momen liburan tidak berjalan sesuai rencana karena ada anggota keluarga yang mendadak sakit.
Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia WHO, makanan menjadi salah satu perantara paling signifikan sebagai penyebab penyakit, terutama penyakit yang menyerang saluran pencernaan. Keamanan pangan harus menjadi perhatian kita untuk memastikan liburan tetap nyaman dan bebas masalah.
Makanan aman adalah makanan yang tidak akan membahayakan kesehatan konsumen. Makanan dikatakan aman apabila terbebas dari cemaran fisik, kimia, dan mikroba yang tidak seharusnya ada dalam makanan. Cemaran fisik mencakup benda asing seperti potongan plastik kemasan, potongan logam, kerikil, termasuk serangga dan rambut yang tidak sengaja jatuh ke makanan saat pengolahan dan penyajian makanan.
Cemaran zat kimia berbahaya bisa berupa pestisida ataupun bahan tambahan (pengawet, pewarna, pembentuk tekstur) yang tidak diizinkan untuk makanan. Cemaran kelompok mikroba yang perlu diperhatikan antara lain adalah Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus, dan Listeria, yang menyebabkan diare, demam, dan muntah.
Tantangan Pelaku Usaha Makanan dan Minuman
Perayaan hari raya seringkali dimeriahkan dengan tradisi saling berkirim hantaran makanan, mulai dari kue kering hingga makanan berat. Musim liburan juga tak jarang membuat kita lebih sering menikmati hidangan di rumah makan dibandingkan hari biasa.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan signifikan pada volume produksi di berbagai usaha makanan dan minuman, sekaligus menjadi tantangan tersendiri untuk tetap menyediakan makanan yang aman. Walaupun konsumen yang tidak dapat melihat langsung proses pengolahan makanan di tempat usaha, pengawasan terhadap keamanan pangan harus tetap menjadi prioritas.
Dengan permintaan yang melonjak, pelaku usaha perlu tetap mempertahankan standar kebersihan dan standar pengolahan pangan yang tepat. Walaupun produksi dikebut, pelaku usaha harus menjaga kebersihan peralatan dapur agar tidak terjadi kontaminasi silang antara bahan mentah dan matang. Yaitu perpindahan mikroba dari bahan mentah ke makanan yang seharusnya sudah matang dan aman dikonsumsi.
Apabila rekrutmen pegawai tambahan mendesak dilakukan, pemilik usaha wajib memastikan mereka telah terlatih dan paham tentang prinsip keamanan pangan. Kebersihan para penjamah makanan dan tempat produksi sangat penting untuk diprioritaskan agar makanan yang dihasilkan tetap aman untuk dikonsumsi.
Proses pemasakan makanan tidak boleh dipersingkat, karena pemasakan sangat penting untuk memastikan keamanan makanan. Selain menjaga kandungan nutrisi, rasa, dan tekstur, pemasakan dengan panas juga berperan penting untuk membunuh mikroba berbahaya. Apabila makanan tidak langsung disajikan, maka kemasan makanan seharusnya dilengkapi dengan petunjuk yang jelas tentang suhu penyimpanan yang disarankan, serta batas waktu kadaluwarsanya.
Tips Menjaga Keamanan Pangan di rumah
Liburan sering kali juga menjadi momen di mana persediaan makanan menumpuk di dapur. Penanganan sisa hantaran, makanan yang dibeli, hingga stok bahan masakan harus dikelola dengan baik. Sisa makanan baiknya disimpan dalam wadah kedap udara, dan tidak berdekatan dengan bahan makanan mentah. Semua bahan makanan mentah berpotensi membawa mikroba berbahaya, seperti telur, daging, sayuran dan buah, bahkan tepung sekalipun.
Mengacu pada pedoman keamanan pangan internasional, masakan yang dibiarkan pada suhu ruang lebih dari dua jam berpotensi menjadi tempat hidup bakteri yang akan berkembang biak secara cepat. Batasan waktu ini sangat penting diperhatikan untuk makanan kaya protein dan bersifat basah (dengan kuah atau cairan).
Antara lain olahan berbasis daging atau ayam, olahan telur, olahan susu dan santan, makanan laut, juga makanan yang sudah dipanaskan berulang kali. Apalagi jika makanan tersebut sempat terpapar suhu panas saat dibawa dengan kendaraan, atau telah dihidangkan di hadapan banyak orang, maka sisa makanan harus segera dikelola dengan baik.
Aturan penyimpanan di kulkas pun perlu diperhatikan. Pastikan makanan tidak dalam keadaan panas saat dimasukkan ke dalam kulkas untuk menghindari kenaikan suhu di dalam kulkas. Kulkas sebaiknya juga tidak terlalu penuh terisi karena bisa jadi pendinginan tidak merata dan tidak maksimal.
Saat akan mengonsumsi kembali makanan dari kulkas, perhatikan tanggal kedaluwarsanya, dan sebaiknya kita mendulukan makanan yang telah lebih lama disimpan kulkas. Makanan perlu dihangatkan sebelum dikonsumsi. Perlu diketahui bahwa suhu dingin di dalam kulkas tidak bisa membunuh mikroba, namun hanya dapat memperlambat perkembangbiakan mikroba.
Keamanan Pangan adalah Investasi Bersama
Ketersediaan makanan yang aman tidak hanya bergantung pada upaya produsen ataupun konsumen saja, tetapi menjadi perhatian dan tanggung jawab kita bersama. Menjaga keamanan pangan selama liburan memang membutuhkan perhatian ekstra, tetapi langkah ini adalah investasi bersama untuk menjaga tubuh kita tetap sehat, sehingga liburan tetap nyaman dan menyenangkan.(*)