Belum Dinikmati Semua Siswa, MBG Masih Omon-Omon
Pengelola Kantin Sekolah Terpukul
MALANG POSCO MEDIA– Program Makan Bergizi Gratis (MBG) belum menyentuh semua siswa di Malang Raya. Padahal program andalan Presiden Prabowo Subianto itu sebelumnya digembar-gemborkan akan menyasar semua siswa. Kemarin pun susu diganti air putih. Padahal susu merupakan salah satu syarat gizi.
Di Kabupaten Malang misalnya, program ini hanya sebatas bikin penasaran. Sebab sejak direalisasi, Senin (6/1) lalu, hanya siswa di beberapa sekolah saja yang tersentuh.
Di Kecamatan Kepanjen misalnya, Program MBG baru terlaksana di 10 sekolah baik tingkat PAUD, TK, SD, SMP maupun SMK. Penyaluran MBG ini pun secara khusus dilakukan oleh SPPG Kepanjen.
Sedangkan di Kecamatan Singosari menyasar 27 sekolah. Terdiri dari 13 PAUD/TK, 10 SD, dua SMP, dan dua SMK.
Sementara jumlah sekolah di Kabupaten Malang sangat banyak. SD Negeri sejumlah 1.061 sekolah dan SD Swasta ada 94 sekolah. Kemudian SMP Negeri 97 sekolah, termasuk sekolah satu atap (Satap). Sedangkan SMP Swasta jumlahnya 265 sekolah dan TK-PAUD sejumlah 2.722 sekolah. Jumlah ini belum termasuk SMA dan SMK negeri maupun swasta.
Sementara itu sejak MBG bergulir dua hari menyasar, pedagang di kantin sekolah harus menanggung dampak program tersebut.
Adanya MBG diakui oleh pedagang di kantin SMPN 2 Kepanjen berdampak pada menurunnya jumlah penjualan kepada siswa. Erwin Bakrudin misalnya. “Biasanya saya masak nasi lebih dari lima kilo untuk dijual. Sekarang dua kilo saja tak habis,” ujarnya sembari menyampaikan sehari-harinya jualan nasi pecel, telur kremes, dan es jeruk.
Pihak sekolah telah memberikan informasi kepada pihak kantin agar berjualan seadanya saja karena adanya program MBG dari pemerintah pusat.
“Instruksi dari sekolah kami disuruh berjualan seadanya. Sebelum ada program ini penjualan 30 sampai 40 piring per hari. Tapi sekarang penjualan 20, 15 piring,” kata Erwin.
Pria berusia 48 tahun yang rumahnya tidak jauh dari SMPN 2 Kepanjen itu berharap agar dalam pengelolaan MBG dapat melibatkan para pedagang di kantin sekolah yang berjejer enam stan.
“Dari pemerintah setidaknya bisa bekerjasama dengan pihak kantin. Biar mengelola. Program ini memang bagus untuk anak-anak. Cuma kan masalah pengelolaannya itu. Kami juga tanya ke pihak sekolah,” tambah Erwin.
Wakil Kepala Urusan Kesiswaan SMPN 2 Kepanjen, Purwatiningsih mengatakan masih menunggu hasil evaluasi. Sebab, juknis baru turun sehingga pihak sekolah belum bisa menentukan.
“Kami melihat uji coba ini dulu seperti apa, baru sekolah bisa memberikan kebijakan. Karena kami belum tahu juga program ini akan berjalan satu atau dua minggu atau berapa,” urai Purwati.
Ia pun mengakui bila omzet pedagang kantin dari penjualan makanan ataupun minuman menurun. Sewa stan per tahun Rp 3 juta. Namun Purwati menyampaikan nantinya sewa stan kantin dapat diturunkan.
“Memang betul omzetnya turun. Berkaitan dengan sewa, kebijakannya nanti diturunkan. Jadi ini masih evaluasi,” kata dia.
Purwati menambahkan bahwa dalam pendistribusian MBG Selasa (7/1) kemarin terdapat menu tanpa susu.
“Hari ini (kemarin) minusnya susu diganti air putih. Air mineral gak papa, tapi harapannya selanjutnya susu lagi,” katanya sembari menyampaikan distribusi lancar.
Sementara itu penyaluran MBG di SDN 01 Panggungrejo Kecamatan Kepanjen ada perbedaan menu dari hari pertama, Senin (6/1) dengan hari Selasa (7/1) kemarin.
“Hari pertama menunya ada ayam dikecapi, eseng-esengnya wortel, buahnya semangka, dan ada susu kemasan,” urai Kepala SDN 01 Panggungrejo Kecamatan Kepanjen, Wiyastin.
“Sedangkan hari kedua menu makanannya ada tempe, ada telur, ada eseng-eseng dari jagung, buahnya salak, dan air mineral,” sambungnya.
Menurut Wiyastin, perbedaan menu dimungkinkan supaya anak-anak atau siswa tidak bosan. Pun MBG yang distribusi dihabiskan oleh siswa.
Namun beberapa siswa, lanjut Wiyastin, ada yang makannya sedikit sehingga disisakan. Hal ini pun menjadi evaluasinya.
“Anak-anak saya berikan wawasan sebelumnya. Apapun yang dikirim di sini anak-anak harus makan. Jadi rezekinya hari ini ya hari ini makan. Kalau kalian minta yang lebih-lebih, itu di warung,” tambahnya.
Sementara itu, salah satu petugas lapangan dari Kantor Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kepanjen menjelaskan, adanya perbedaan menu bahwa hal itu sudah disesuaikan kadar protein ataupun gizinya.
Sementara itu waktu memasak menjadi salah satu yang harus diperhatikan Lanud Abd Saleh untuk penyediaan makanan pada program MBG. Agar makanan untuk para siswa diterima tepat waktu dan dalam kondisi hangat. Hal ini disampaikan Danlanud Abd Saleh Marsma TNI Firman Wirayuda.
Diwawancara usai melakukan peninjauan program MBG di SMK Angkasa, Singosari kemarin Firman mengatakan di hari pertama pelaksanaan MBG Senin (6/1) kemarin, ada keterlambatan distribusi makanan. Terutama untuk siswa SD.
“Kami langsung melakukan evaluasi terkait hal itu,’’ katanya.
Masalahnya pun ditemukan. Yaitu jumlah siswa terlalu banyak untuk SD. Dia menyebutkan dari 10 SD yang dilayani, jumlah seluruh siswanya mencapai 1.700 an anak.
“Kami sebagai SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) mengikuti jadwal yang sudah dibagikan pusat. Termasuk sistem masaknya. Tapi faktanya itu kurang pas jika diterapkan di sini. Yang mana jumlah siswa SD sangat banyak, hampir 1.700-an,’’ katanya.
Firman pun menjelaskan, bahwa penyediaan makan untuk program MBG ini seperti program lainnya. Karena bahan baku baru dimasak dua jam sebelum didistribusikan. Tujuannya, agar makanan yang diterima para siswa masih dalam kondisi hangat.
“Karena komposisi jumlah siswanya yang lebih banyak dibandingkan jenjang yang lain, itulah yang membuat keteteran, dan akhirnya ada keterlambatan. Karena menyediakan makan untuk ribuan siswa dengan ratusan siswa itu berbeda,’’ ucapnya.
Agar hal itu tidak terjadi lagi, Firman pun meminta tim untuk memulai memasak 3,5 jam sebelum makanan dibagikan. “Alhamdulillah hari ini (kemarin) sudah tidak terjadi lagi. Tadi (kemarin) sudah dilakukan lebih awal memasaknya untuk siswa SD. Sehingga semuanya pun tepat waktu,’’ ungkapnya.
Selain itu, ada juga teknis penyediaan yang dievaluasi oleh Lanud Abd Saleh. Itu seiring dengan ditemukan adanya makanan tidak sesuai jenjangnya. “Kemarin juga ditemukan makanan yang harusnya untuk SD tapi didistribusikan ke TK. Ada tiga kotak kami temukan. Hari ini, kami minta tim untuk lebih teliti lagi,’’ ucapnya.
Selain dua hal itu, Firman mengatakan tidak ada lagi kendala yang serius. Namun demikian, pihaknya tetap melakukan evaluasi. Tujuannya agar pelayanan yang diberikan lebih baik lagi.
“Siang ini (kemarin) kami juga melakukan peninjauan ke dapur umum. Untuk melihat langsung ketersediaan bahan baku, dan tim menyediakan makanan,’’ ucapnya.
Dia mengatakan ketersediaan bahan baku sangat aman. Bahan baku untuk program MBG ini pihaknya telah bekerjasama dengan beberapa distributor. “Untuk bahan baku, terutama yang basah setiap hari datang. Bahan baku tidak boleh lama disimpan di lemari pendingin, karena dapat merusak komposisi atau kandungan gizi. Artinya, siang ini (kemarin) bahan baku datang, maka besok bisa langsung dimasak. Kalau bahan baku kering bisa disimpan lebih lama,’’ ungkapnya.
Disinggung dengan tidak adanya susu pada paket MBG Lanud Abd Saleh? Firman mengatakan bahwa sesuai aturan dari pemerintah pusat susu yang diberikan kepada siswa adalah susu murni. Sementara untuk susu murni tidak bisa langsung diberikan ke siswa. Melainkan harus lebih dulu melalui proses pendinginan.
“Bukan tidak ada susunya. Kemarin (Senin) susunya sudah datang. Tapi tidak bisa langsung diberikan. Susu murni yang baru kami terima harus lebih dulu didinginkan. Setelah itu tim melakukan pemeriksaan. Setelah oke baru dapat diberikan,’’ ucapnya. Karena itu dia pun memastikan pembangian susu untuk MBG akan dilakukan pada Rabu (8/1) hari ini.
Sementara itu meskipun terbatas cakupan pada radius 1,1 kilometer, Lanal Malang siap sukseskan program MBG. Selain jarak, MBG yang dinaungi Lanal Malang juga masih pada tingkatan SD dan SMP, meskipun ada rencana turut mencakup anak pada sekolah atau pendidikan usia dini.
“Dengan segala batasan yang ada, kami dari Lanal Malang sendiri telah menyiapkan dapur yang mampu menghasilkan 1.000 porsi dalam 1,5 jam. Untuk memenuhi target harian 3.000 porsi, kami memasak tiga kali,” ujar Paspotmar Lanal Malang, Mayor Laut (T) Hari Handoko.
Selain itu, pihaknya berusaha memaksimalkan nilai gizi yang seimbang, dalam satu porsi MBG seharga Rp 10 ribu. Pihaknya tetap berusaha mewujudkan makanan bergizi seimbang untuk para siswa.
Hal ini berkaca dari uji coba yang telah dilaksanakan sebelumnya. Sehingga proses evaluasi telah dilaksanakan sesuai rekomendasi yang diterima, serta perbaikan dalam persiapan dan memaksimalkan hasil dari keterbatasan yang ada.
“Kami fokus pada sekolah-sekolah terdekat agar distribusi tepat waktu. Kami berusaha memenuhi kebutuhan gizi harian tubuh, dengan empat sehat lima sempurna. Termasuk dengan susu, selain kebutuhan karbohidrat, protein, vitamin dan serat,” pungkasnya. (den/ira/rex/van)