MALANG POSCO MEDIA – Suasana Khidmat terasa di Klenteng Eng An Kiong saat tahun baru Imlek, Rabu (29/1) kemarin.
Umat Tridharma di Malang menjalankan sembahyang bersama Sin Cia, tepat pada pukul 11 siang. Sementara umat yang tidak berkesempatan sembahyang bersama, bisa menjalankannya di luar waktu tersebut, sejak pagi hingga sore.
“Sembahyang Sin Cia ini, semua klenteng hampir sama. Kenapa jam 11, karena kalau orang Tionghoa itu ada Wu Tse, yaitu hari paling cerah, paling di atas,” terang Herman Subiyanto, Ketua Bidang Agama dan Pengawas Klenteng Eng An Kiong.
Sembahyang Imlek ini dijelaskan Herman mulai muncul sejak zaman Dinasti Xia (2070–1600 SM) hingga Dinasti Shang pada 1600-1046 sebelum masehi (SM). Raja yang berkuasa saat itu, Huang Ti, menemukan ada waktu yang tepat untuk memulai cocok tanam karena hampir selalu banyak hujan di saat tersebut. Kemudian Raja Huang Ti pun mengumpulkan semua petani untuk bercocok tanam dan menetapkan pada saat itu tanggal 1, bulan 1 dan tahun 1 Tionghoa sebagai hari Imlek.
Tiap Imlek, tradisi tahun baru itu menjadi sebuah ritual penghormatan kepada dewa-dewa dan leluhur, yang mencerminkan pentingnya harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas. Yakni dengan ritual sembahyang Sin Cia yang sampai saat ini dilakukan oleh umat Tridharma.
Prosesi sembahyang tahun baru ini diawali dengan terlebih dahulu berkumpul semua umat Tridharma. Yakni umat Buddha, Konghucu dan Tao. Lalu sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dilanjutkan dengan berdoa minta izin kepada Dewa Bumi. Setelah itu dilanjutkan ke dewa lain.
“Setelah itu kalau tidak ada kesibukan ya pulang, keliling ke tetangga, famili-famili atau saudara saudara mereka. Namanya Pai Cia,” jelas Herman.
Umat Tridharma yang menjalankan sembahyang Sin Cia di Klenteng Eng An Kiong ini hampir seluruhnya berasal dari Malang dan sekitarnya. Mereka rata-rata bersembahyang bersama seluruh anggota keluarga dan berdoa ke seluruh altar dewa yang ada di klenteng. Total ada 24 patung dewa yang ada di Klenteng Eng An Kiong.
“Jadi setiap Klenteng itu dewanya tidak sama banyaknya. Seperti di sini kan satu ruangan ada yang dua ada yang tiga, totalnya 24. Tapi di klenteng lain ada yang 50 dan sebagainya. Sebenarnya dewa ada ratusan, tapi karena keterbatasan tempat ya sebisanya,” jelasnya.
Selama seharian penuh pada Imlek, Herman memperkirakan biasanya ada ribuan umat Tridharma yang menjalankan sembahyang tahun baru ini. Paling akhir, terkadang ada umat Tridharma yang menjalankan sembahyang pada malam hari. “Tapi hanya sedikit. Itu pun kalau sudah di atas jam 8 malam, kami sarankan untuk sembahyang besoknya saja juga tidak apa-apa,” beber dia.
Di tahun ular kayu ini, Herman berharap sembahyang tahun baru seperti ini kedepan bisa lebih baik dan lebih ramai diikuti oleh umat. Terutama oleh umat yang muda. “Karena bisa dilihat sendiri, lebih banyak yang sembahyang itu orang yang tua. Anak mudanya ada, tapi tidak sebanyak orang tua,” harapnya.
Sementara itu Malang Town Square (Matos) kembali menghadirkan kemeriahan perayaan Imlek. Tema yang diusung “The Wise of Wooden Snake”. Berlangsung mulai 29 Januari hingga 3 Februari 2025.
Marketing Communications Manager Matos, Sasmitha Rahayu, menyampaikan bahwa perayaan ini dirancang untuk memperkenalkan tradisi budaya Imlek sekaligus menarik perhatian masyarakat dengan berbagai hiburan menarik.
“Imlek selalu menjadi momen spesial. Tahun ini, kami menghadirkan rangkaian acara yang beragam, mulai dari atraksi barongsai, tarian tradisional, hingga kompetisi kreatif untuk anak-anak dan keluarga,” ujarnya.
Kemeriahan dimulai pada 29 Januari 2025, dengan atraksi barongsai dan leang leong dari South Lion, pertunjukan wushu oleh Lima Benua, serta Oriental Dance and Cross Culture oleh Athena Flame. Atraksi barongsai digelar dalam dua sesi, yaitu pukul 10.00–11.30 di Sky Garden dan pukul 13.00–15.00 di Hall Lower Ground depan Hypermart.
“Pengunjung sudah memadati mal sejak pagi hari. Mereka sangat antusias untuk mengikuti berbagai rangkaian acara yang digelar oleh Matos dalam perayaan Tahun Baru Imlek ini. Dibanding dengan tahun sebelumnya, ini yang paling ramai,” paparnya.
Hampir 55 ribu pengunjung mal menikmati berbagai tampilan yang disajikan oleh Matos. Hal itu dimungkinkan akan berlangsung sampai dengan enam hari kedepan selama acara berlangsung. Disamping penampilan barongsai, juga ada penampilan lainnya.
Penampilan ini akan berlanjut pada 30 Januari 2025, Matos menggandeng Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB) untuk menyuguhkan perayaan lintas budaya.
“Acara ini melibatkan berbagai hiburan, seperti Tari Sufi, Tari Hadra, Tari Hindu Bali, hingga Tari Oriental. Semua ditutup dengan doa bersama sebagai simbol keberagaman,” jelas Sasmitha.
Perayaan berlanjut dengan acara bertema pendidikan pada 1–2 Februari 2025. Sekolah-sekolah seperti Bina Budi Mulia, Gracia School, dan See Me Grow akan menampilkan berbagai pertunjukan Imlek.
Selain itu, pada 1 Februari akan ada kompetisi K-Pop Dance yang dimulai pukul 16.00 hingga selesai, sementara 2 Februari menghadirkan lomba menyanyi dan kompetisi Fashion Oriental Look
Puncak acara pada 3 Februari 2025 menghadirkan lomba mewarnai untuk Mom and Kids dengan total 300 peserta serta Teacher Class yang diikuti oleh 500 guru dalam dua sesi.
“Kami juga menambahkan mini bazar kuliner untuk pengunjung agar dapat menikmati suasana Imlek secara lengkap,” tambahnya
Selain menghadirkan hiburan, Matos berharap momen Imlek ini dapat mendongkrak jumlah pengunjung dan memulihkan sektor perekonomian.
“Harapannya, tenant-tenant di Matos lebih ramai dengan bergabungnya banyak brand nasional, sehingga semakin meramaikan pusat perbelanjaan,” imbuhnya. Rangkaian acara ini tidak hanya menjadi bentuk perayaan tradisional Imlek, tetapi juga mengusung semangat kolaborasi budaya dan edukasi. Dengan kehadiran berbagai hiburan dan aktivitas interaktif, Matos siap memberikan pengalaman berkesan bagi pengunjung di momen spesial ini. (ian/adm/van)