MALANG POSCO MEDIA GROUP – Banyak orang menjalani kehamilan mengalami perubahan suasana hati dan hormon yang dapat memengaruhi kesehatan mental contohnya depresi antepartum.
Ditulis laman Well and Good, Kamis (6/2), depresi antepartum sejenis gangguan suasana hati dan kecemasan perinatal (PMAD) yang berkembang selama kehamilan. Meskipun kebanyakan orang pernah mendengar tentang depresi pascapersalinan (yang terjadi setelah melahirkan), depresi antepartum juga perlu mendapat perhatian.
50 persen kondisi ini mencakup kecemasan perinatal, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), dan gangguan stres pascatrauma (PTSD) yang dimulai selama kehamilan, dengan separuh lainnya muncul pascapersalinan, kata Paige Bellenbaum, LCSW , seorang advokat kesehatan mental ibu dan terapis di New York.
Meskipun penyebab pastinya dapat bervariasi, menurut Bellenbaum faktor-faktor tersebut meliputi riwayat kesehatan mental pribadi atau keluarga, peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kesulitan keuangan, tantangan hubungan, kehilangan pekerjaan, kekerasan fisik atau seksual, penggunaan zat terlarang, atau kesedihan yang belum terselesaikan.
Ada juga faktor lingkungan tempat seseorang tinggal, bekerja, dan usia, yang dapat memengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan, komplikasi pada kehamilan, persalinan, atau menyusui, pengalaman gangguan perinatal sebelumnya, kehamilan tidak direncanakan, hamil kembar atau perawatan infertilitas.
Studi menunjukkan bahwa meskipun prevalensinya tinggi, depresi selama kehamilan sering kali tidak terdiagnosis baik oleh penyedia layanan kesehatan maupun ibu hamil itu sendiri.
Mayo Clinic menyebutkan hal ini karena beberapa faktor seperti gejala depresi yang tumpang tindih dengan gejala kehamilan sehingga diabaikan, hanya fokus pada kesehatan fisik dan mengabaikan kesehatan mental dan stigma terhadap kesehatan mental saat kehamilan.
Konsultasi perlu dilakukan jika merasa sedih terus menerus selama dua minggu sepanjang hari, kehilangan minat beraktivitas, ada perasaan bersalah, perubahan nafsu makan yang menyebabkan penambahan atau penurunan berat badan serta kelelahan ekstrem.
Jika depresi selama kehamilan tidak diobati, hal itu dapat memengaruhi perawatan diri yang menyebabkan pemeriksaan prenatal yang terlewat, gizi buruk, dan kurang istirahat, menurut ACOG.
Depresi bukan sekadar “merasa sedih.” Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, jangan ragu untuk mencari bantuan—kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik Anda.(ntr/nug)