MALANG POSCO MEDIA – Nilai tukar (kurs) rupiah diprediksi menguat seiring harapan perdamaian atas perang di Ukraina.
Demikian dinyatakan analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong.
“Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS (Amerika Serikat) yang melemah tajam oleh harapan perdamaian perang di Ukraina,” ujarnya di Jakarta, Selasa.
Inggris dan Prancis bersepakat untuk bekerja sama dengan Ukraina dalam menyusun rencana perdamaian yang akan disampaikan kepada AS. Kesepakatan itu merupakan hasil diskusi antara Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Elemen utama dari usulan rencana perdamaian itu mencakup kemampuan pertahanan Ukraina yang kuat untuk mencegah agresi Rusia, jaminan keamanan Eropa, dan dukungan AS.
“Harapan dari dukungan penuh negara-negara EU (European Union) dan Inggris akan terus mendukung Ukraina dan usulan perdamaian dari mereka (memberikan sentimen positif terhadap penguatan rupiah),” kata Lukman.
Di samping itu, dolar AS juga tertekan data Purchasing Managers Index (PMI) oleh Institute of Supply Management (ISM) Manufaktur AS yang mencapai 50,3, lebih lemah dari perkiraan sebesar 50,5.
Menurut dia, pelemahan ini disebabkan oleh kekhawatiran terhadap kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, terutama terhadap impor baja dan aluminium yang akan meningkatkan biaya produksi, sehingga banyak manufaktur yang cenderung pesimis.
“Namun, penguatan akan terbatas oleh kebijakan tarif yang dikonfirmasikan oleh Trump akan efektif berlaku sesuai rencana (terhadap Kanada, Meksiko, dan China). (Kisaran rupiah pada hari ini diperkirakan) Rp16.400-Rp16.500,” ucap dia.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Selasa di Jakarta menguat hingga 44 poin atau 0,27 persen menjadi Rp16.436 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.480 per dolar AS.(ntr/nug)