Monday, March 10, 2025

Fokus Tangani Sampah, Galakan Teknologi dan Gandeng Bank Sampah serta TPS3R

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang

Masalah sampah di wilayah Kabupaten Malang masih belum diimbangi dengan fasilitas ataupun infrastruktur yang memadai. Hal ini benar-benar menjadi fokus Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang tahun ini.

Bagaimana fonemana permasalahan sampah  idealnya dapat ditangani secara  baik. Berikut  wawancara wartawan Malang Posco Media (MPM), Khalqinus Taaddin dengan Plt Kepala DLH Kabupaten Malang, Dr. Ahmad Dzulfikar Nurrahman, ST., MT.

-Advertisement- Satu Harga Tiga Media

MPM: Bagaimana permasalahan sampah di Kabupaten Malang sejauh ini?

Dzulfikar: Urusan sampah ini tidak bisa dipandang sebelah mata, walaupun sebenarnya urusan ini bukan urusan dasar, urusan wajib non dasar.

Jadi yang lebih diprioritaskan urusan wajib dasar. Contohnya kesehatan, pendidikan, kemiskinan dan infrastruktur. Tapi ini semua tidak akan maksimal kalau urusan sampah ini tidak tertangani.

Contohnya kemarin yang ramai di Pasar Lawang, sampahnya cuman pucuk gunung es, bagian bawahnya besar. Jadi kenapa orang buangnya di situ, karena kami tidak bisa menjangkau masyarakat untuk melakukan pelayanan. Saya melihat masyarakat bingung.

Di desa tidak ada pelayanan sehingga masyarakat membuang sampah di TPS pasar. Padahal fungsi TPS pasar itu hanya untuk pasar, bukan untuk masyarakat.

MPM: Bagaimana agar tidak terjadi seperti itu?

Dzulfikar: Kalau kita tidak ingin terjadi seperti di Lawang, artinya di level masyarakat harus tertangani. Syaratnya infrastruktrur harus memadai, truk sampah dan TPS ditambah.

Kemudian urusan di TPA tidak sederhana, bukan jadi tempat pembuangan akhir. Tapi TPA itu definisinya tempat pemrosesan akhir. Prosesnya menjadi sesuatu, salah satunya jadi energi, jadi barang bernilai.

Nah, yang ini mulai kita gerakkan dengan membuat infrastruktur di TPA. Jadi ketika sampah itu masuk, diolah. Kan sampah itu ada organik, anorganik yang punya nilai dan sampah residu.

Ketika kita bisa menyelesaikan semua ini, tidak perlu dibuang ke TPA. Contoh yang residu kita jadikan RDF, ini teknologi baru. Jadi RDF itu konsepnya sampah itu kita cacah, kemudian kita pack, kita press, lalu kita bakar di pabrik semen. Pabrik semen butuh buat pengganti batu bara. Jadi sampah kita dibeli.

MPM: Jumlah infrastuktur ataupun fasilitas saat ini ada berapa?

Dzulfikar: Sementara ini ada 69 truk pengangkut sampah. Untuk penanganan sampah minimal satu desa ada satu truk pengangkut sampah. Di Kabupaten Malang ada 390 desa, jadi idealnya 390 truk pengangkut sampah.

Minimal sekali angkut membutuhkan empat tenaga kerja ditambah satu sopir truk pengangkut sampah. Pelayanan kami dari TPS ke TPA.

MPM: Per hari rata-rata berapa jumlah sampah?

Dzulfikar: Yang bisa kami klaim masuk ke per TPA 200 ton sampah dari tiga TPA yang ada, yaitu TPA Randuagung, TPA Talangagung dan TPA Paras.

Mengacu pada hitungan jumlah penduduk Kabupaten Malang sekitar tiga juta penduduk, rata-rata per orang sampahnya setengah kilogram per hari. Artinya, tiga juta dikalikan setengah kilo itu 1.500 ton sampah per hari.

Tapi yang masuk ke kami hanya 600 ton sampah yang terkelola. Lainnya tidak terkelola. Kenapa bisa bocor, karena kemampuan infrastuktur kita kurang memadai.

Ideal yang dibutuhkan anggaran untuk penanganan sampah tiga persen dari APBD Rp 5 triliun. Tiga persen itu sama dengan Rp 150 miliar. Sementara ini penanganan untuk sampah Rp 14 miliar setahun.

MPM: Bagaimana untuk tetap berupaya mengurangi permasalahan sampah?

Dzulfikar: Yang kami galakkan untuk meningkatkan penanganan bisa dari donatur, program pemerintah pusat dan pelaku usaha. Kami juga ada program dengan pemerintah pusat dan dari program-program bank dunia. Tapi APBD juga harus mendukung.

Kami juga menggandeng semua komponen termasuk bank sampah dan TPS3R. Karena ini bisa mengelola. Bank Sampah jumlahnya di atas 300. Sedangkan, TPS3R sekitar 60. Cuma kalau kerja sendiri – sendiri tidak terukur, makanya kami gandeng semua.

Target kami tahun ini akan mengenakan konsep zero waste. Yaitu tidak ada sampah sisa.  Di masyarakat sudah dipilah, yang ada nilainya dijual ke pabrik – pabrik daur ulang. Dan juga kami akan mencoba mencari alternatif alat  pembakaran  yang bisa di level TPST.(den/jon)

-Advertisement-

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img