Wednesday, March 12, 2025

Adakah Kita Orang yang Dirindukan Ramadan?

Berita Lainnya

Berita Terbaru

TADARUS

Oleh: Gus Achmad Shampton, M.Ag

-Advertisement- Satu Harga Tiga Media

Kepala Kemenag Kota Malang

RAMADAN dengan berbagai macam keistimewaannya membagi manusia sesuai tipologinya dalam menyambutnya. Ada yang disebut kelompok beruntung dan diterima ibadahnya, ada yang disebut kelompok yang terhalang dan ditolak. Rasulullah menegaskan “Barangsiapa yang bertemu dengan Ramadan dan Allah tidak mengampunkannya maka sesungguhnya Ramadan menjauhkan dirinya dari Allah.

Kelompok pertama yang diterima dan menjadi kelompok yang beruntung adalah kelompok yang berbahagia dengan kedatangan Ramadan dan menyambutnya dengan mengagungkan sebagaimana diperintahkan Allah.

Mereka ini tidak menyisakan waktu sedetikpun selama Ramadan untuk berleha-leha. Sepanjang siang diisi dengan kegiatan positif dan sepanjang malam disibukkan dengan meramaikan rumah-rumah Allah baik musalla, surau ataupun masjid. Semua kewajiban dilaksanakan dengan baik semampu dan sebisanya. Salat lima waktu dijaga dengan senantiasa berjamaah, Salat Tarawih, Qiyamullail, sunnah salat, adab puasa mulai dengan memperbanyak membaca Al-Quran maupun berdzikir.

Kelompok kedua adalah orang yang tidak mengenal Ramadan kecuali mengisinya dengan tidur sepanjang siang dan malam-malam dilewati dengan permainan yang tiada guna atau bahkan yang sesungguhnya haram dilaksanakan. Allah mensifati mereka ini dalam surat Luqman 6-7: “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan percakapan kosong untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” “Dan apabila dibacakan kepadanya1 ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya, maka gembirakanlah dia dengan azab yang pedih.”

Kelompok yang ketiga adalah orang yang tidak mengisi waktu untuk ibadah kecuali hanya bermain-main dengan media sosial atau giat yang tidak jelas memberikan manfaat bagi dirinya.

Kelompok yang keempat, orang yang memandang Ramadan sebagai bulan berdagang. Karena Ramadan memberi kesempatan banyak orang untuk bermewah-mewah dengan pakaian, bersenang-senang dengan berbagai macam kesenangan makanan berbuka, sehingga tidak sedikit yang memahami Ramadan sebagai peluang bisnis yang menggiurkan.

Kelompok yang kelima adalah orang-orang yang tidak mengenal Ramadan kecuali peluang bermain-main yang lebih banyak karena kesempatan waktu kerja dikurangi, jadwal sekolah dikurangi. Mereka merubah citarasa Ramadan dari penuh dengan tadarus, menambah keimanan dengan hal-hal yang sama sekali tidak menambah keimanan. Anak-anak jarang ada yang ke Masjid dengan suka cita, hingga banyak generasi muda yang tidak merasakan nikmatanya iman dan tidak mengenal kemuliaan Ramadan.

Dari sini kita melihat, kelompok mana yang beruntung dan kelompok yang merasakan Ramadan seperti bulan-bulan yang lain yang tidak ada sama sekali pengaruh ber-Ramadan dan tidak ada sama sekali semangat untuk menambah kebaikan atau menumbuhkan spirit beribadah. Ada pula yang tidak ‘mengenal tuhan’ kecuali dibulan Ramadan. Ketika bulan Ramadan datang dia baru mengintip masjid dan mendatanginya dan mau membaca Quran tetapi saat Ramadan pergi ia berhenti menyambangi masjid atau sekedar membaca ayat-ayat Tuhan.

Kadang kita lupa, saat kita enggan beribadah, sesungguhnya Ramadan tidak menginginkannya, dan saat kita punya harap dan suka cita menyambut Ramadan dengan ibadah dengan penuh semangat seperti baru bertemu kekasih yang lama tidak bertemu sesungguhnya Ramadan menunggunya dan meridlainya. Seorang Kiai dari Ungaran pernah berkata pada saya; “hawa Ramadan itu terasa dan sangat beda dengan bulan-bulan lain Gus. Hanya orang-orang merugilah yang tidak merasakan hawa sejuk Ramadan menyapa kita.” Termasuk yang manakah kita? (*)

-Advertisement-

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img