MALANG POSCO MEDIA– Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Huda yang akrab dikenal dengan sebutan Pondok Gading, menjadi salah satu pesantren tertua di Malang, bahkan di Indonesia. Berdiri sejak 1768 Masehi, pesantren ini baru saja menerima penghargaan sebagai pesantren tertua dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) beberapa waktu lalu.
Berdasarkan jejak sejarahnya, ponpes ini didirikan oleh KH. Hasan Munadi. Seiring berjalannya waktu, di tengah kemajuan di Kota Malang, Pondok Gading tetap berpegang teguh sebagai Pondok Salafiyah dengan berbagai karakteristik yang ada.
Wakil Kepala Madrasah PP. Miftahul Huda Gading Malang Ustadz Dr. H. M. Qusyairi, M.Pd menyebut bahwa pesantren ini tidak hanya menjadi pusat pendidikan Islam, tetapi juga memiliki peran penting dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Selain itu, Pondok Gading hingga saat ini masih terus mempertahankan metode mengajarnya dan tetap membentuk karakter santri dengan semangat Hubbul Wathon Minal Iman yang berarti cinta tanah air sebagai bagian dari iman.
Di Pondok Gading ini pada tahun 2025 memiliki sekitar 450 santri. Terdiri dari 350 santri putra dan sekitar 100 santri putri atau santriwati. Saat ini, Pondok Gading diasuh oleh KH Ahmad Arif Yahya yang merupakan generasi keempat.
Kurikulumnya tetap berpegang pada ajaran NU, termasuk kajian kitab kuning, ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, serta hisab untuk penentuan awal puasa dan hari raya. “Bahkan kami telah memiliki tim hisab sendiri,” ungkapnya.
Uniknya di Ponpes Gading ini mayoritas santri putra adalah seorang mahasiswa. Sementara sisanya ada yang masih menempuh pendidikan di jenjang sekolah dasar dan menengah, atau sudah bekerja.
Banyak alumni Pondok Gading yang berkontribusi bagi negara, termasuk mantan Wali Kota Malang Sutiaji, mantan Bupati Lumajang As’at Malik dan masih banyak lagi. Sementara itu, alumni Pondok Gading, Aris mengatakan bahwa ada berbagai karakteristik yang terus dipertahankan oleh Pondok Gading.
“Pertama, Pondok Gading dikenal sebagai pondok pesantren salaf yang telah berdiri selama hampir tiga abad, mempertahankan sistem pendidikan ngaji kitab kuning. Kemudian Pondok ini juga terkenal sebagai pondok Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, dengan para mursyid dari generasi ke generasi, mulai dari Kiai Yahya, KH. Abdurrahman Yahya hingga kini Gus Muhammad,” jelasnya.
Selain itu, Pondok Gading memiliki keahlian dalam ilmu hisab, khususnya dalam menentukan awal puasa dan awal bulan hijriah. Pondok ini berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU) dan memiliki tim hisab sendiri, serta mengajarkan kitab hisab kepada santri melalui program Diniyah Ulya. “Pendidikan di Pondok Gading juga menekankan akhlak dan tasawuf, mengajarkan santri untuk mengamalkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya. (rex/udi/bersambung)