Oleh: Gus H. Achmad Shampton, M.Ag
Kepala Kemenag Kota Malang
MALANG POSCO MEDIA– Ada hal menarik dari penjelasan Sheikh Izzuddin Ibn Abdissalam dalam Kitab Maqashid al-Shaum tentang faidah puasa. Beliau menyebutkan bahwa diantara faidah puasa adalah membuat seseorang memperbanyak shadaqah.
Seseorang yang tidak pernah mengalami situasi sulit dia tidak akan mampu menyelami kondisi seseorang yang dalam masa-masa sulit. Itulah Sheikh Izzuddin kemudian menyatakan: “Orang yang berpuasa akan membuat rasa lapar yang dirasanya mengingat beratnya rasa lapar ditengah aktifitas yang harus dilakukan, maka hal itu akan mendorongnya untuk berbagi dengan orang yang lapar atau mempunyai kebutuhan. Orang yang pernah merasakan akan mudah empati para mereka yang kesulitan.
Kita mengenal Nabi Sulaiman maupun Nabi Yusuf. Nabi Sulaiman AS dan Nabi Yusuf AS adalah dua sosok nabi yang diberikan kedudukan tinggi dalam pemerintahan pada zamannya. Nabi Sulaiman AS adalah seorang raja yang sangat berkuasa. Beliau mewarisi kerajaan dari ayahnya, Nabi Daud AS, dan memperluas wilayah kekuasaannya.
Yang menarik kedua Nabi sekaligus pejabat ini adalah dua sosok yang menurut Sheikh Izzudin Ibn Abdissalam tidak pernah makan sebelum memastikan semua orang yang berhubungan atau terkait dengannya sudah makan. Saat ditanya tentang kebiasaannya ini, Nabi Sulaiman menyatakan: “Saya khawatir kenyang dan saya lupa rasa lapar.”
Bila menggunakan logika Sheikh Izzuddin Ibn Abdissalam, kebiasaan lapar inilah yang mungkin menjadikan Nabi Sulaiman mempunyai keistimewaan dalam memimpin kerajaannya. Beliau menggunakan kekuasaannya untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.
Tidak berbeda dengan Nabi Yusuf. Berbagai ujian dalam hidupnya, termasuk dijual sebagai budak dan dipenjarakan menjadikan beliau sosok yang mampu menjadi sosok pejabat tinggi di Mesir yang dikenal sangat adil. Beliau dipercaya untuk mengelola persediaan makanan pada masa paceklik. Nabi Yusuf AS menunjukkan kepemimpinan yang bijaksana dan adil dalam menjalankan tugasnya. Beliau berhasil menyelamatkan rakyat Mesir dari kelaparan.
Kedua nabi ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang beriman dapat menggunakan kekuasaannya untuk kebaikan. Mereka menjadi teladan bagi para pemimpin dalam menjalankan tugas dengan adil dan bijaksana.
Terlepas dari keistimewaan Nabi Yusuf dan Nabi Sulaiman sebagai seorang Rasulullah, yang pasti mempunyai keistimewaan dibanding orang biasa, tetapi riyadlah puasa atau tidak makan sebelum orang lain makan atau pengalaman kehidupan yang berat membuat keduanya mempunyai beberapa keistimewaan secara teori diluar keistimewaannya memiliki mukjizat.
Riyadloh Nabi Yusuf dan Nabi Sulaiman memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi dan permasalahan yang dihadapi masyarakat kelas bawah. Pengalaman hidupnya membuat mereka memiliki empati yang lebih besar terhadap kesulitan yang dialami masyarakat, karena pernah mengalaminya sendiri. Sosok dengan pengalaman berat seringkali memiliki motivasi yang kuat untuk memperbaiki kondisi masyarakat, karena merasakan langsung dampaknya. Allah menempa Nabi Yusuf dengan hidup sengsara membuat dakwah Nabi Yusuf bermodal aksesibilitas yang bagi seorang Nabi, ia harus lebih mudah diakses oleh masyarakat, karena memiliki latar belakang yang sama.