MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Pemerintah Pusat mewajibkan 20 persen dari Dana Desa (DD) tahun 2025 dialokasikan untuk ketahanan pangan. Ini sebagaimana diatur dalam Permendes No. 2 Tahun 2024. Menindaklanjuti aturan tersebut, Pemerintah desa di Kota Batu langsung gerak cepat alias gercep.
Salah satunya Pemdes Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu yang telah siap untuk mengeksekusi program tersebut. Hal itu ditegaskan oleh Kepala Desa Giripurno Suntoro. “Sesuai instruksi Presiden untuk mendukung Maka Bergizi Gratis (MBG) Pemerintah Pusat mewajibkan 20 persen dari Dana Desa (DD) tahun 2025 dialokasikan untuk ketahanan pangan. Untuk Giripurno sendiri telah menyisihkan Rp 280 juta atau 20 persen dari total DD yang diterima tahun ini sebesar Rp 1,3 miliar,” ujar Suntoro kepada Malang Posco Media, Rabu (9/4) kemarin.
Lebih lanjut, nantinya program ketahanan pangan tersebut akan dikelola oleh BUMDES Giripurno. Dengan dua bidang yang akan digarap, yakni pertanian dan peternakan. “Untuk Giripurno kami telah memetakan untuk sektor peternakan maupun pertanian yang cocok untuk dikelola oleh BUMDES ke depan. Di peternakan kami akan kembangkan peternakan ayam petelur. Sedangkan untuk pertanian melakukan penanaman jagung dan umbi,” bebernya.
Begitu juga untuk lahan, bukan jadi masalah. Pemdes Giripurno akan menggunakan Tanah Kas Desa (TKD) yang ada. Suntoro menerangkan bahwa pilihan untuk beternak ayam petelur karena ada salah satu anggota LPMD yang sukses di bidang tersebut. Dalam sehari dari salah anggota LPMD yang memiliki ayam petelur 1.200 ekor di kandang seluas 8×24 meter mampu menghasilkan 50 Kg telur dengan omset Rp 1 juta.
“Selain itu kami pilih ayam petelur karena memang dibutuhkan masyarakat. Bisa dijual bijian, pasar luas bahkan permintaan di satu dusun saja tidak bisa mencukupi. Serta bahan pokok yang dibutuhkan dalam MBG adalah telur,” ungkapnya.
Kemudian di sektor pertanian pihaknya memilih jagung dan umbi karena bisa digunakan sebagai bahan baku pakan ayam petelur. Apalagi permintaan pakan untuk 1.200 ayam dalam sehari butuh sekitar 600 ribu dan ternyata yang suplai pakan ayam saat ini kesulitan bahan baku.
“Melihat hal itu kami pilih menanam jagung dan umbi sebagai bahan baku pakan ayam. Belum lagi nanti kotoran ayam juga sangat dibutuhkan oleh petani karena harga pupuk saat ini sangat mahal,” imbuhnya.
Meski sudah siap menjalankan program tersebut, Suntoro mengungkapkan ada satu kendala. Yaitu BUMDES tidak boleh menjalankan programnya untuk pembangunan fisik (kandang ayam, red) dari penyertaan modal yang didapat.
“Lahan sudah ada, anggaran untuk program ketahanan pangan juga sudah. Tinggal kami bangun kandang yang baru bisa dilaksanakan di Perubahan APBDes 2025 untuk support program tersebut. Sesuai ukuran kandang 8×24 meter dan kebutuhan 1.200 ayam petelur, maka kami butuh anggaran sekitar Rp 150 juta di Perubahan APBDes 2025 nanti,” pungkasnya.(eri/lim)