MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Sekolah Rakyat (SR) di Kota Batu masih minim peminat. Tercatat sampai saat ini masih ada 19 pendaftar dari total 150 kuota di angkatan pertama jenjang SMP. Padahal untuk bangunan fisik dan fasilitas sudah ada di Panti Sosial Petirahan Anak (PSPA) Bhima Sakti Kota Batu.
Meski begitu, ada peluang pendaftar SR di Kota Batu bisa memenuhi kuota. Salah satunya dengan membuka pendaftaran bagi peserta didik dari wilayah Malang Barat. Hal itu ditegaskan oleh Kepala Dinsos Kota Batu Lilik Fariha.
“Kemarin dilaksanakan zoom meeting dengan Kementerian dan Provinsi membahas progres tentang SR. Kami mencatat ada empat poin yang perlu kami sampaikan ke masyarakat umum,” ujar Lilik kepada Malang Posco Media, Rabu (7/5) kemarin.
Empat poin hasil pembahasan meliputi, pertama hasil survey dari Kementerian PU, untuk UPT PPSPA Bimasakti bisa dipakai 6 rombel. Artinya kuota naik menjadi 150 orang. Awalnya Kota Batu ditarget hanya 1 rombel 75 orang atau peserta didik.
Kedua, lanjut dia, karena pendaftar yang masih minim, pendaftaran SR akan diperpanjang sampai tanggal 11 Mei 2025. Poin selanjutnya dengan adanya perpanjangan pendaftaran, maka Dinsos Kota Batu masih melanjutkan verifikasi sampai tanggal 11 Mei 2025.
“Kemudian kami juga sedang membangun komunikasi dengan Dinas Sosial Provinsi Jatim untuk membuka peluang pendaftaran bagi warga Kabupaten Malang (Malang Barat) yang tinggal di Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon untuk bisa mendaftar di Kota Batu,” ungkapnya.
Lilik menyampaikan bahwa SR di Kota Batu masih minim pendaftar. Tercatat sampai saat ini masih ada 19 pendaftar dari total 150 kuota di angkatan pertama jenjang SMP. “Dari 19 peserta didik yang mendaftar di SR dan 16 anak dalam proses pendaftaran. Serta ada sekitar 600 KK lagi yang sedang kami verifikasi dan kemungkinan juga akan ada tambahan dari panti asuhan,” imbuhnya.
Ia menjelaskan bahwa SR adalah lembaga pendidikan untuk warga tidak mampu. Artinya untuk warga tidak mampu tersebut yang ingin masuk dan dapat diterima di SR harus tercatat dalam Data Terpadu Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) Desil 1 dan 2.
“Dalam proses rekruitmen kemarin ada 100 nama dari Kemensos Desil 1 untuk gelombang pertama. Namun ternyata yang masuk DTSEN tidak semua punya anak kelas 6 SD. Selain itu tidak semua anak mau daftar, kemudian ada yang sudah masuk sekolah lain dan ada yang mondok,” bebernya.
Akhirnya dengan minimnya pendaftar tersebut, Kemensos mengirimkan kembali 100 nama yang masuk dalam DTSEN di gelombang kedua. Yang akhirnya ada 17 orang didapat masuk SR di Kota Batu.
Lebih lanjut, Lilik mengatakan bahwa angka kemiskinan Kota Batu termasuk yang terkecil di Jatim yakni 3,06 persen. Sehingga cenderung siswanya sedikit. Faktor lain yang membuat sepi peminat karena masyarakat menilai bahwa Bima Sakti adalah tempat anak bermasalah, sehingga membuat orang tua berpikir dua kali.(eri/lim)