MALANG POSCO MEDIA – Kekalahan memang tak diinginkan banyak orang. Apalagi target menang di depan mata bisa diwujudkan. Namun dunia olahraga mengajarkan sportivitas tinggi. Siapa pun yang terlibat, baik itu pemain, pelatih, official, manajemen tim serta penonton harus bisa menerima kekalahan.
Kekalahan memang pahit dan menyakitkan. Apalagi kekalahan Arema FC terjadi di depan pendukungnya sendiri. Lebih ironis lagi, kalah di laga perdana di Stadion Kanjuruhan. Kalah dengan tim yang harusnya bisa dikalahkan oleh Arema FC yang juga butuh tampil edan di depan Aremania dan pecinta bola di Malang Raya.
Namun bola memang bundar. Target menang melawan Persik Kediri justru berubah total. Bukannya menang, Arema FC justru dihajar dengan skor 0-3 oleh Persik. Ini bukan hanya membuat tim dan manajemen tertunduk lesu. Aremania dan pecinta bola, terutama yang hadir di stadion pasti sangat kecewa.
Betapa tidak, sudah mengeluarkan uang untuk menonton Arema FC, eh hasilnya kalah. Lebih menyakitkan lagi, kalahnya bukan 0-1, tapi 0-3, sesuatu yang terasa aneh dan janggal dalam pertandingan di kandang sendiri. Padahal Arema FC sedang berusaha menarik simpati dan antusiasme Aremania untuk kembali ke Stadion Kanjuruhan.
Ini pekerjaan rumah besar yang harus dipecahkan oleh manajemen Arema FC dan pelatih. Bagaimana Arema FC bisa kembali menang, menang dan menang. Menang dalam pertandingan memang bukan perkara mudah. Tapi setidaknya jangan membuat Aremania dan pecinta bola, yang sudah berkorban membeli tiket, kecewa berat.
Pekerjaan berat semakin bertambah manakala masih ada oknum yang berbuat jahat. Pelemparan batu terhadap bus yang ditumpangi Persik Kediri adalah tindakan brutal yang berimbas pada Arema FC. Usaha yang dibangun secara pelan untuk meyakinkan banyak pihak, bisa tak ada gunanya bila masih ada aksi kekerasan, perusakan dan segala tindakan yang mengancam keselamatan pemain dan official tim tamu.
Stop aksi anarkis. Kecewa atas kekalahan boleh. Tapi jangan bertindak yang merugikan semuanya. Pelemparan batu terhadap bus lawan adalah tindakan menyulut ‘perang’ yang tak berujung. Aksi ini bisa menyulut balas dendam tim yang dilempari. Mari menanam persaudaraan bukan permusuhan. Cinta damai lebih indah.(*)