spot_img
Thursday, June 26, 2025
spot_img

PKBSI Minta Lembaga Konservasi Gandeng Swasta, Pelestarian Satwa Tanggungjawab Bersama

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Lembaga Konservasi (LK) satwa tidak boleh bergantung pada anggaran pemerintah. Terlebih saat ini Pemerintah tengah melakukan pengetatan anggaran atau efisiensi. Hal itu ditegaskan oleh Ketua Umum Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) Rahmat Shah saat berkunjung ke Batu Secret Zoo Jatim Park 2.

Menurutnya dengan efisiensi anggaran saat ini LK harus dapat menjaga sinergi antar LK. Termasuk kerja sama dengan pihak swasta yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian satwa.

“Sejauh ini kebun binatang atau LK swasta tidak mendapat bantuan dana dari pemerintah. Hanya lembaga konservasi milik pemerintah yang mendapatkan dukungan tersebut. Meski begitu kami tidak tergantung kepada anggaran negara, tapi harus tetap menjaga sinergi dengan pemerintah dan antar LK,” ujar Rahmat Shah kepada Malang Posco Media.

Ia mencontohkan sinergi yang sudah terjalin, seperti kerja sama antara Taman Safari Pematangsiantar dengan lembaga konservasi yang ia pimpin. Menurutnya, kolaborasi seperti ini menjadi model ideal dalam mendukung kesejahteraan satwa tanpa membebani anggaran negara.

“Satwa yang terlindungi bisa hidup sejahtera, berkembang biak dengan baik, dan pemerintah pun tidak perlu mengeluarkan dana. Namun Pemerintah bisa mendukung program-program yang telah dicanangkan LK agar pengembangbiakan satwa berjalan maksimal,” bebernya.

Rahmat Shah juga menyoroti pentingnya pengelolaan populasi satwa di lembaga konservasi. Ia menyoroti fenomena overpopulasi satwa di Kebun Binatang Surabaya (KBS) Jawa Timur, yang menurutnya justru berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup satwa itu sendiri.

“Kalau terlalu banyak satwa dalam satu tempat, bisa terjadi inbreeding atau perkawinan sedarah yang merusak genetik. Selain itu, biaya pakan akan membengkak dan bisa menimbulkan konflik antar-satwa hingga saling membunuh,” ungkapnya.

Untuk itu ia menekankan bahwa keberadaan kebun binatang bukan sekadar untuk pameran satwa, tetapi sebagai lembaga pendidikan dan pelestarian. Sehingga PKBSI mengusulkan agar lembaga konservasi menjalin kerja sama dengan institusi serupa di daerah terdekat.

Lebih jauh, Rahmat Shah menekankan bahwa pelestarian satwa bukan hanya menjadi tanggung jawab satu negara, melainkan kewajiban bersama sebagai bangsa beradab. Ia mengingatkan bahwa keberadaan satwa liar yang terancam punah harus dilestarikan karena merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang tak tergantikan. “Kita sudah ambil habitatnya, maka kewajiban kita untuk merawat mereka. Kalau tidak, maka akan punah. Bangsa yang beradab adalah bangsa yang peduli terhadap satwa liar,” tegasnya.

Rahmat Shah juga mengungkap fakta mengejutkan mengenai besarnya skala perdagangan satwa liar ilegal yang sebanding dengan bisnis narkotika. Ia menilai bahwa selama ini masih ada oknum-oknum pengusaha yang terlibat dalam penyelundupan satwa liar demi keuntungan pribadi.

“Saya baru tahu ternyata penyelundupan satwa liar itu hampir sebanding dengan perdagangan narkoba. Ribuan sudah ditangkap, banyak yang menyelundupkan burung kakak tua dan binatang lindung lainnya,” ujarnya.

Satwa hasil sitaan biasanya dititipkan ke lembaga konservasi. Namun, tidak semua satwa dapat dilepasliarkan kembali karena sudah kehilangan kemampuan hidup di alam liar. Di sisi lain, banyak habitat asli satwa juga telah rusak akibat aktivitas ilegal logging.

Di sisi lain, dalam waktu dekat PKBSI berencana membangun klinik kesehatan satwa. Klinik ini ditujukan untuk membantu masyarakat yang memiliki hewan peliharaan, terutama yang tergolong satwa liar atau dilindungi, agar dapat diperiksa kesehatannya secara berkala.

“Banyak masyarakat yang tidak sadar bahwa hewan peliharaan mereka bisa saja membawa penyakit. Ini sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak. Ada kasus burung atau kucing yang bisa menyebabkan gangguan kesuburan pada manusia,” imbuhnya.

Ia berharap media turut berperan dalam mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya konservasi satwa dan bahaya perdagangan ilegal. Menurutnya, pelestarian satwa bukan hanya soal menjaga hewan dari kepunahan, tetapi juga melindungi ekosistem dan kesehatan manusia secara luas. “Satwa liar itu bukan milik satu bangsa, tapi milik dunia. Oleh karena itu mari kita jaga bersama,” pungkasnya. (eri/lim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img