MALANG POSCO MEDIA– Satu prinsip konten kreator yang mesti dipegang, utamanya jika seorang putra daerah asal Malang Raya. Khususnya Kota Malang, maka seorang konten kreator itu wajib mempromosikan daerahnya sendiri.
“Itu seperti sebuah kewajiban yang tidak tertulis ya. Jika kamu adalah konten kreator, memiliki sosial media, disebut sebagai influencer asal Malang, maka wajib untuk mempromosikan hal-hal positif daerah mu sendiri,” papar Jona.
Inilah yang dipegang teguh seluruh anggota di NCreators. Bahwa kontribusi bagi pegembangan daerahnya sendiri juga penting dilakukan. Hal itu tidak hanya membawa manfaat bagi perkembangan daerah, juga memberikan citra positif bagi sang konten kreator sendiri.
Dimana kecintaannya pada daerah dengan konten original asal daerahnya sendiri akan mengundang “endorse”. Ini dirasakan oleh Jona sendiri.
“Di 2024 saya balik untuk berpikir menjadi diri sendiri. Karena saya ini lebih ke musisi jadi personal branding saya di situ. Jadi saya bikin konten apapun yang ada di sekitar dan keseharian saya saja. Nah dari kejujuran itu akhirnya banyak yang ingin nunut promosi brand mereka. Yang penting orisinil saja,” papar Jona.
Ia juga turut memperhatikan apa-apa saja yang menjadi sisi negative konten kreator. Yang perlu dihindari. Kerap muncul istilah “Star Syndrome” dimana seorang konten kreator akan merasa lebih baik daripada yang lain ketika satu dua kontennya sudah “FYP”, lalu adanya salah paham masyarakat terhadap sebutan “Influencer” yang perlu diluruskan.
Terkadang ada yang menyebut diri atau mengaku sebagai influencer dengan mudahnya. Padahal, menurut Jona, influencer adalah julukan yang disematkan publik kepada seseorang.
“Jadi bukan datang tiba-tiba menyebut diri influencer. Influencer itu julukan yang diberikan ke kalian karena memiliki pengaruh. Ini yang perlu diluruskan. Kami di komunitas selalu mengajarkan itu. Dan jangan star syndrome. Meskipun konten sudah FYP tetap harus eksplor dan jangan mudah puas,” pungkas Jona. (ica/van)
