spot_img
Tuesday, July 1, 2025
spot_img

Kota Malang Bahas Feeder

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Untuk Mendukung Trans Jatim Koridor Malang Raya

MALANG POSCO MEDIA– Rencana operasional Trans Jatim Koridor Malang Raya disambut antusias pemda di Malang Raya. Bahkan Kota Malang mulai bahas adanya feeder. Di sisi lain, akademisi mengusulkan  awal operasional Tran Jatim digratiskan dulu. 

Dinas Perhubungan Kota Malang mengakui pernah berkomunikasi terkait persiapan Trans Jatim di Malang Raya. Bahkan Kepala Dishub Kota Malang  Widjaja Saleh Putra menyebut beberapa waktu lalu pihaknya sudah mulai membahas adanya feeder untuk mendukung Trans Jatim.

Untuk feeder ini, Dishub telah melakukan penjajakan bersama dengan paguyuban sopir angkot.

“Yang bisa kami dukung, adalah dengan feeder. Kami sudah membuat kajian feeder, nanti titik-titiknya dimana saja sudah mulai dibahas. Kami sudah berdiskusi sedikit dengan paguyuban,” ungkap Jaya, sapaannya, Rabu (4/6) kemarin.

Untuk diketahui, angkutan feeder  atau angkutan pengumpan, adalah jenis angkutan umum yang dirancang untuk mengangkut penumpang dari pemukiman atau area lokal menuju titik angkutan selanjutnya.

Seperti diberitakan Malang Posco Media sebelumnya,  Dinas Perhubungan (Dishub) Jatim sedang  menyiapkan proses mini kompetisi untuk menentukan Perusahaan Otobus (PO) yang akan melayani Trans Jatim Koridor 1 Malang Raya. Rencananya Trans Jatim Koridor Malang Raya mulai beroperasi Oktober tahun ini.

Lebih lanjut Jaya mengatakan dari komunikasi dan penjajakan bersama paguyuban, memang belum ada konsep feeder seperti apa nantinya yang disepakati. Namun demikian, setidaknya dari komunikasi awal itu ada respon positif.

“Konsep feedernya belum ada kesepakatan karena memang masih awal, tapi kata kuncinya adalah teman-teman ini ingin berubah. Yaitu berubah menjadi lebih bagus, ingin bisa bersaing dengan angkutan online juga,” beber Jaya

Ia menjelaskan, para sopir angkot ini sengaja diajak untuk menjadi feeder lantaran selama ini load factor atau tingkat keterisian angkot di Kota Malang hanya berkisar 20 sampai 30 persen saja. Apalagi 15 jalur trayek angkot yang ada di Kota Malang tidak semuanya aktif dengan baik.

Konsep feeder untuk Trans Jatim ini pun juga selaras dengan semangat Pemkot Malang untuk meremajakan angkot   yang ada di Kota Malang. Hal ini ditekankan dia memang perlu diskusi panjang, komunikasi yang intens agar rencana hadirnya feeder bisa disambut baik oleh para sopir angkot.

“Nanti berapa jumlah feedernya, tidak jadi masalah. Yang terpenting adalah bisa segera dimulai. Kami berusaha memulai, soal ada yang kurang bisa diperbaiki,” tuturnya.

Sementara itu Pemkab Malang menyambut baik rencana Trans Jatim untuk Malang Raya segera terwujud. Itu karena selain Trans Jatim ini memberikan fasilitas angkutan publik  murah, nyaman dan aman, juga dapat mengurai kemacetan yang ada di Malang Raya.

“Kami sangat mendukung rencana ini. Dan berharap dapat segera diwujudkan. Karena selain Trans Jatim ini dilengkapi fasilitas kendaraan yang representatif, juga dapat mengurai kemacetan,’’ kata Pj Sekretaris Daerah Kabupaten Malang Nurcahyo.

Nurcahyo mengatakan akan segera melakukan koordinasi dengan dua pemerintah daerah lainnya. Yakni Pemkot Malang dan Pemkot Batu. 

“Selama ini kami masih tahunya dari media. Untuk kepastian kami memang belum mendapatkan arahan apapun. Tapi yang jelas, kami sangat mendukung rencana itu,’’ katanya.

Disinggung Trans Jatim Malang Raya diwacanakan beroperasi pada Oktober 2025 mendatang? Nurcahyo mengaku belum tahu. Itu karena belum ada arahan dari pemerintah provinsi.

“Trans Jatim ini merupakan program dari Pemerintah Jawa Timur untuk memberikan kenyamanan dan keamanan kepada masyarakat naik angkutan umum. Sejauh ini wacana itu belum digulirkan ke bawah. Sehingga kami pun menunggu,’’ tambah pria yang juga menjabat sebagai Inspektur Pemkab Malang ini.

Tapi yang jelas, jika rencana itu direalisasikan dalam waktu dekat, Pemkab Malang sangat siap. “Saat ini belum tahu untuk terminalnya. Karena memang belum dibahas. Nanti, jika semuanya sudah klir, kami bisa berbicara. Kalau sekarang kami masih menunggu saja,’’ urainya.

Sementara Nurcahyo juga mengatakan wacana  Trans Jatim adalah sky train. Bahkan Pemkab Malang sudah melakukan perencanaan.

“Kalau sky train kami tahu. Karena sudah ada dalam perencanaan. Terminalnya di area exit tol Pakis. Saat ini juga sedang ditawarkan  ke badan usaha untuk mewujudkan,’’ katanya. Itu berbeda dengan yang bus. Saat ini belum ada arahan sama sekali,’’ pungkas Nurcahyo.

Konsep Trans Jatim ini juga disambut antusias Wali Kota Batu Nurochman.  Pasalnya  wacana tersebut sejalan dengan keinginan Wali Kota Batu Nurochman untuk mengatasi kemacetan di Malang Raya.

“Tentunya kami sangat mendukung penuh Dishub  Jatim yang segera me-launching Trans Jatim Koridor I Malang Raya. Ini bisa menjadi sebuah solusi untuk mengurai kemacetan di Malang Raya yang sekaligus menyediakan moda transportasi terintegrasi atau shuttle di Malang Raya,” ujar Cak Nur, sapaan akrab Wali Kota Batu Nurochman.

Dengan adanya Trans Jatim Koridor I Malang Raya, maka masyarakat Kota Malang dan Kabupaten Malang dapat memanfaatkannya ketika ingin berlibur ke Kota Batu. Pun sebaliknya bagi warga Kota Batu yang ingin ke kota maupun Kabupaten Malang.

“Karena Trans Jatim Koridor I Malang Raya telah diinisiasi oleh Dishub Jatim, maka Pemda di Malang Raya juga harus mendukung penuh. Salah satunya yang bisa dlakukan Pemda Malang Raya, khususnya Kota Batu dengan membuat atau melakukan penataan terhadap kantong-kantong parkir di Malang Raya,” bebernya.

Melalui langkah tersebut, maka kemacetan di Malang Raya akan teratasi. Pasalnya dengan adanya kantong-kantong parkir tersebut, lanjut Cak Nur, dapat digunakan sebagai transit Trans Jatim Koridor I Malang Raya.

“Kemudian wacana ini harus ditindaklanjuti oleh Pemda Malang Raya dengan melakukan peningkatan dan mengoptimalkan infrastruktur transportasi di jalur-jalur alternatif. Sehingga menjadi konektivitas penting dalam mengurai kemacetan,” kata dia.

Sementara itu, Pakar Transportasi Kota Malang, Dr Ir Nusa Sebayang MT mengatakan pola pergerakan masyarakat di Malang Raya harus dipelajari detail dan komperehensif jika berkaitan dengan rute Trans Jatim di Koridor Malang Raya yang saat ini tengah dibahas. Menurut dia,  analisanya akan lebih mengacu pada pola pergerakan berwisata.

Nusa, memperhatikan bahwa pola pergerakan masyarakat di Malang Raya tidak hanya untuk keseharian atau bekerja saja. Yang perlu diperhatikan adalah pola pergerakan kegiatan wisata. Ini penting untuk diperhatikan dalam menentukan rute untuk Trans Jatim.

“Kepentingan pergerakannya apa dulu? Menurut analisa kami, di Malang Raya dapat dikelompokkan pada pergerakan bekerja dan berwisata. Ini harus ada analisanya. Lalu yang perlu diperhatian lebih dalam adalah konektivitasnya,” jelas  Pakar Transportasi dari Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang ini.

Ia menyampaikan konektivitas sangat penting. Ini akan menentukan bagaimana efektivitas keberadaan Trans Jatim kedepannya. Ditegaskannya setelah menentukan pola pergerakannya apa, maka perlu disiapkan konektivitasnya.

Dikatakannya, jika rute yang ditentukan misalnya dari Terminal Hamid Rusdi menuju Kota Batu (PP) saja bisa jadi Trans Jatim tidak “menarik” bagi masyarakat.

“Seperti yang saya jelaskan, Malang Raya ini pergerakannya banyak ke arah berwisata. Jika dari Terminal Hamid Rusdi menuju terminal di Batu lalu sudah itu saja orang bisa jadi tidak mau pakai. Karena dari situ biasanya akan menuju objek wisata. Nah di sini lah harus ada angkutan lain yang meng konek an ke tempat objek wisata. Bisa diberdayakan angkot,” papar Nusa.

Jika tidak dipikirkan betul soal pola pergerakan masyarakat dan perangkat konektivitasnya, maka dikhawatirkan Trans Jatim tidak akan efisien dimanfaatkan masyarakat.

Pakar transportasi Universitas Brawijaya (UB) Ir Hendi Bowoputro ST MT IPU ASEAN Eng menyampaikan secara teori, rute yang ideal untuk Trans Jatim di Koridor Malang Raya adalah rute yang melalui Jalan provinsi dan/atau jalan nasional.

Dimana rute ini menghubungkan pusat Kota Malang, ke Kabupaten Malang dan ke pusat Kota Batu.  Dan sebaliknya.

“Akan tetapi praktisnya, harus disurvei  potensi demand dan pola pergerakan masyarakat. Yang dominan antardaerah di Malang Raya ini yang mana ke mana.  Kami belum tahu apakah ini sudah disurvei apa belum,”  kata Hendi.

Mengenai tarif, Hendi berpendapat idealnya pada satu tahun penerapannya, pemangku kebijakan perlu memberikan kemudahan. Seperti menggratiskan atau memberikan subisidi tarif.

“Idealnya satu tahun pertama digratiskan, supaya masyarakat yang berkendara pribadi selama ini mau beralih ke bus. Sebagai strategy pull untuk transportasi massal,” pungkas Hendi. (ian/ira/eri/ica/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img