spot_img
Tuesday, June 17, 2025
spot_img

Menantang Ketinggian, Menyulam Keberanian

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Aksi Komunitas Malang High Ropes

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Menantang maut dari ketinggian, adrenalin dipacu naik dan turun hanya dengan bertumpu pada seutas tali. Aksi ekstrem ini tak hanya dilakukan di jurang atau tebing, tetapi juga di gedung-gedung tinggi yang tersebar di Kota Malang.

Itulah yang menjadi keseharian para anggota Malang High Ropes (MHR), komunitas penggiat aktivitas vertikal yang tak hanya terlibat dalam kegiatan pelatihan, tetapi juga misi-misi penyelamatan. Bagi mereka, bukan sekadar keterampilan teknik yang utama, tetapi juga komitmen pada aspek keselamatan.

“Yang terpenting dari kegiatan seperti ini kuncinya adalah safety (keamanan). Makanya kami rutin latihan, supaya ketika ada kejadian atau kegiatan, bisa berjalan lancar dan aman,”
ujar Muhammad Amin, Koordinator MHR.

Didirikan pada tahun 2020, komunitas ini berawal dari hobi segelintir orang yang memiliki ketertarikan sama terhadap dunia ketinggian. Seiring waktu, anggotanya bertambah hingga kini mencapai sekitar 60 orang.

Amin menjelaskan bahwa aktivitas vertikal terbagi dalam beberapa kategori. Mulai dari aktivitas industri seperti pembersih kaca gedung dan teknisi tambang, hingga panjat tebing – baik untuk prestasi, hobi, maupun panjat taktis seperti yang dilakukan militer. Ada juga vertical rescue, atau penyelamatan korban dari lokasi ekstrem seperti jurang, sumur, hingga gedung bertingkat. Bahkan kini berkembang ke ranah wisata ekstrem seperti rappelling di air terjun.

Aktivitas-aktivitas ini, lanjut Amin, membutuhkan sertifikasi dari lembaga yang berwenang. Untuk sektor industri, sertifikasi dikeluarkan oleh Kemenaker. Sementara untuk rescue dari Vertical Rescue Indonesia (VRI), dan aktivitas olahraga dari federasi masing-masing.

“Di MHR ini kami ada (anggota) yang sudah ikut pelatihan industri, ada yang sudah ikut vertikal rescue, ada juga yang ikut pelatihan High Angle Rescue dari Basarnas. Semua keilmuan itu dikolaborasikan di MHR, kami saling sharing,”
beber Amin.

MHR juga dikenal aktif mengadakan pengibaran bendera Merah Putih di Lembah Kera setiap 17 Agustus bersama berbagai komunitas lain. Selain itu, latihan rutin dan pelatihan bersama instansi seperti BPBD dan Damkar menjadi agenda wajib.

“Kami pernah latihan sampai 50 meter ketinggiannya. Tantangannya adalah kita harus mengalahkan diri sendiri. Adrenalin kita akan terpacu untuk berpikir cepat untuk menangani masalah. Setiap medan punya tantangan berbeda-beda,”
ungkapnya.

Meski sudah terbiasa, rasa takut tetap menjadi bagian dari pengalaman para anggota. Amin menyebut, rasa takut terhadap ketinggian tetap ada, namun bisa diredam dengan pemahaman terhadap fungsi alat dan prosedur keamanan.

Salah satu risiko yang paling diwaspadai adalah suspension trauma, yaitu kondisi terganggunya aliran darah akibat posisi tubuh yang tergantung terlalu lama.

“Dalam kondisi itu, punya waktu 5 sampai 10 menit untuk menyelamatkan diri. Kalau tidak segera diatasi, bisa suspension trauma, darah tidak mengalir karena tertahan harnes yang terikat di paha. Kalau salah penanganan bisa sampai meninggal,”
sebutnya.

Namun, bagi Amin, risiko itu justru menjadi tantangan yang membentuk karakter dan kerjasama tim. Solidaritas pun terbentuk dengan kuat antaranggota.

“Paling muda anggota usia 9 tahun kelas 3 SD, kemarin waktu pengibaran bendera di Lembah Kera, dia itu yang mengibarkan. Ayahnya juga di MHR, akhirnya jadi ikut latihan. Semua solid di MHR,” tuturnya bangga.

Komunitas ini terbuka untuk siapa saja. Tidak perlu memiliki sertifikasi di awal. Asalkan punya kemauan belajar, semua bisa bergabung. Bahkan, beberapa anggota MHR memulai dari nol. Dengan semangat berbagi ilmu dan keberanian, Malang High Ropes terus meniti tali kehidupan  tinggi di udara, namun tetap menapak di tanah solidaritas. “Dengan anggota yang solid, kami itu pernah sukses melakukan penyelamatan vertical rescue tercepat. Dengan ketinggian 2 lantai, ada banyak kabel-kabel di bawahnya, kami bisa rescue tidak sampai 15 menit. Semua terkoordinasi baik, bahkan banyak yang kaget ternyata rescue sudah selesai,” pungkas Amin. (ian/aim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img