Hendrik Hari Santoso, Menemukan Kisah Bermakna dari Vespa
Bagi Hendrik Hari Santoso, vespa bukan sekadar kendaraan tua yang perlu diperbaiki. Setiap mesin yang ia restorasi, bodi yang dia sempurnakan adalah kisah bermakna. Yakni cerita tentang sejarah, ketekunan, dan ikatan persaudaraan yang erat.
MALANG POSCO MEDIA– Sejak jatuh cinta pada vespa klasik di tahun 2001, pria asli Malang Rajajowas ini tak hanya menemukan hobi. Namun juga keluarga baru di tengah komunitas pecinta vespa.
Hendrik memilih fokus pada vespa lawas seperti Sprint tahun 1956 atau model lain di atas tahun 90-an. Menurutnya, vespa klasik itu punya jiwa, menyimpan kenangan. Tugas bagi pecinta vespa adalah menghidupkannya kembali.
“Selian langka, vespa di tahun tersebut kebanyakan mesinnya bermasalah karena usianya sudah puluhan tahun. Dan ini membuat saya tertarik,” ujarnya kepada Malang Posco Media, Senin, (16/6) kemarin.
Namun, jalan yang ia tempuh tak selalu mulus. Selalu ada proses yang rumit dan njlimet untuk bisa ‘menghidupkan’ kembali memori pemilik vespa. Keterbatasan onderdil dan antrean panjang di bengkel bubut sering menjadi tantangan. Tapi justru di situlah letak keseruan baginya, proses menunggu dan berjuang adalah bagian dari kecintaan.
Baginya tantangan terbesarnya adalah mencari onderdil, karena tidak semua toko spare part menjual komponen vespa klasik. Selain itu, waktu restorasi tidak bisa diprediksi kapan selesainya. Karena saat proses bubut mesin diperlukan waktu yang lebih lama.
“Untuk onderdil yang paling lengkap di perumahan Araya. Terkadang, saya juga benerin vespa yang sudah tidak berbentuk. Asal mesin masih original, masih bisa diselamatkan, yang penting sabar,” imbuhnya.
Saat ini, beberapa pelanggan tidak hanya datang dari Malang. Peminat restorasi Vespa klasik datang dari berbagai kota, mulai Surabaya, Jakarta dan hingga Tangerang.
Beberapa pelanggan bahkan rela mengirim via paket ekspedisi untuk menikmati servis dari Hendrik. Ia meyakini, sesuatu yang dikerjakan dengan hati, teliti dan kesabaran akan memberikan suatu hal yang terbaik.
“Banyak dari komunitas yang waiting list. Pesan saya cuma satu, harap sabar dan tunggu antrean. Karena mengerjakan sebuah motor legendaris butuh ketelitian,” ujar pria dengan style rambut gondrong ini.
Saat disinggung motivasinya memilih vespa untuk restorasi, ia menyampaikan secara sederhana. Bahwa ini merupakan sebuah hobi. Sebuah hobi yang mendatangkan kesenangan.
Baginya, vespa klasik bukan sekadar proyek mekanik, melainkan cerita, komunitas, dan dedikasi yang tak ternilai.
Tak hanya merestorasi, ia juga membangun jaringan. Pelanggannya terus berdatangan setiap hari di rumahnya di Jalan Sawojajar Gang 9. Para pelanggan tersebut selain konsultasi tentang dunia vespa, tidak jarang saling berbagi cerita dengan para pemilik vespa lainnya. Mereka saling membantu mencari spare part, atau sekadar bertukar tips perawatan.
“Vespa itu perekat. Orang-orang yang tadinya tidak kenal, jadi akrab karena punya passion yang sama. Bagi saya, komunitas bukan sekadar kumpulan orang, melainkan keluarga yang saling mendukung,” ujarnya.
Ia percaya, dunia otomotif klasik akan terus hidup selama ada generasi yang mau belajar dan berbagi. Baginya, merestorasi vespa bukan cuma soal mengembalikan fungsi, tapi juga merawat warisan, menjalin persaudaraan, dan menginspirasi banyak orang untuk mencintai sesuatu dengan sepenuh hati.
“Jangan takut mulai dari kecil, yang penting konsisten dan terbuka untuk bekerja sama,” imbuhnya.
Saat ini, mimpi besarnya adalah membuka bengkel resmi, bukan hanya sebagai tempat servis, tetapi juga wadah berkumpulnya para pecinta vespa. Di tengah deru mesin dan gemerincing perkakas, ia terus menebarkan semangatnya. “Vespa itu seperti hidup, perlu perawatan, kesabaran, dan teman sejalan. Kalau kita memberinya yang terbaik, dia akan membawa kita ke tempat-tempat indah,” pungkasnya. (hud/van)