MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Refuse Derived Fuel (TPST-RDF) dari program pemerintah pusat Local Service Delivery Improvement Program (LSDP) diperkirakan bakal tertunda lagi. Sebab sampai pertengahan tahun ini anggaran fisik untuk pelaksanaan 2026 tidak segera muncul.
“Secara pagu indikatif, peruntukannya memang sudah muncul dalam kode rekening pusat. Tapi anggarannya yang belum muncul. Padahal target kami sebelumnya, 2026 sudah bisa mulai jalan,” terang Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, Noer Rahman Widjaya, Rabu (18/6) kemarin.
Sebelumnya, program LSDP ini juga sudah mengalami penundaan. Dari awalnya ditargetkan bisa mulai berjalan untuk tahap awal 2025, kemudian harus tertunda di 2026 karena pada 2024 lalu, belum teralokasikan anggaran pendamping di APBD, Kota Malang dinilai masih perlu peningkatan sarana prasarana dan SDM pendukungnya.
Sedangkan untuk tahun ini, Rahman juga memahami saat ini kondisi anggaran nasional dinilai memang belum memungkinkan. Apalagi postur anggaran nasional yang banyak terjadi efisiensi anggaran. “Jadi, secara penganggaran, yang dulu sempat ditarget bisa mulai dilakukan pada Januari tahun 2026, kami lihat sekarang masih belum bisa teranggarkan di 2026 nanti,” tambahnya.
Kendati begitu, Rahman menegaskan DLH Kota Malang tetap menjaga komitmen untuk mendorong sistem pengelolaan sampah yang menyeluruh. Mulai dari hulu hingga hilir.
Di TPA Supit Urang telah menerapkan sistem sanitary landfill dalam pengelolaan sampahnya. Yang memastikan penanganan limbah dilakukan lebih ramah lingkungan. Selain itu residu sampah juga sebagian telah berhasil diubah menjadi produk bernilai ekonomi berupa pupuk kompos.
Apabila program LSDP yang diinisiasi sejak tahun 2024 lalu dapat terealisasi, DLH Kota Malang memproyeksikan TPA Supit Urang mampu mengolah hingga 250 ton sampah per hari. Di mana jumlah ini mencakup lebih dari 50 persen total volume sampah yang masuk setiap harinya.
“Kapasitasnya (yang telah dikelola) sekarang 35 ton. Bisa naik jadi sekitar 200 ton – 250 ton. Per hari yang masuk ke TPA Supit Urang itu 500 ton. Kalau total sebelum dipilah, malah 700an ton per hari sekarang,” sebut dia.
Ia pun terus mendorong kesadaran masyarakat melalui edukasi pemilahan sampah. Salah satunya lewat optimalisasi Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) yang tersebar di Kota Malang. Ini sesuai dengan visi misi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang, yang dituangkan dalam program Dhasa Bakti, khususnya dalam dua pilar lingkungan hidup, yaitu Ngalam Rijik dan Ngalam Seger.
“Tetapi semangat itu harus terus kami junjung tinggi. Harus terus kami jaga. Sebagaimana Pemkot Malang harus mempunyai program terkait dengan pengelolaan persampahan terpadu,” pungkasnya. (ian/aim)