spot_img
Thursday, July 3, 2025
spot_img

Kini Sambal Buatannya Dipasarkan di Luar Negeri, Omzetnya Puluhan Juta Per Bulan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Noviana Rahmawati Warga Pakisaji Berhenti Kerja untuk Tekuni Usaha Sambal

Konsisten. Itulah yang menggambarkan Noviana Rahmawati, warga Desa Kebonagung Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Ia membuat usaha sambal yang dipasarkan di luar negeri. Perbulan ia meraup omzet Rp 25 juta.

MALANG POSCO MEDIA – Keuntungan dan kerugian tak menentu kapan tibanya. Itu  adalah risiko seorang dalam berusaha. Namun dengan ketekunan dan inovasi bisa menjadi cara untuk mencapai sesuatu yang diharapkan.

Ketekunan dan inovasi itulah yang ada pada diri Noviana Rahmawati. Perempuan berusia 29 tahun ini rela meninggalkan pekerjaannya sebagai distributor perlengkapan safety untuk menekuni usaha sambel hingga kini.

“Saya berhenti bekerja pada bidang distributor barang safety di Kelurahan Mulyorejo Kota Malang setelah kerja dua tahun di sana,” kata Novi saat ditemui di dapur produksinya beberapa waktu lalu.

Novi menceritakan, pada mulanya ia membuat sambel dimasukan ke dalam kemasan botol lalu diposting di jejaring WhatsApp (WA) pada tahun 2018. Namun tak disangkanya, teman-temannya tertarik untuk mencoba merasakan sambel produksinya.

Hingga waktu berikutnya terjadi getok tular atau penyebaran informasi produk melalui mulut ke mulut. Maka banyak yang mulai tertarik sehingga mengharuskan Novi untuk membuka pre order atau pesan dulu baru diproduksi. 

“Open PO Senin sampai Jumat. Hari Sabtu saya produksi, Minggu edar. Hal ini terus berlangsung selama satu tahun setengah,” katanya.

Pada awal-awal merintis usaha, Novi melakukannya saat pulang bekerja. Ia memproduksi berkisar 25 sampai 30 botol dengan bahan cabai di bawah lima kilogram (kg).

“Pelanggan mulai banyak dengan sistem PO. Akhirnya saya memutuskan berhenti kerja pada bidang distributor safety  tersebut. Saya memilih fokus pada usaha sambal,” jelasnya lagi.

Di samping itu,  Novi terus mencoba varian rasa dan bermain pada bumbu untuk menemukan ciri khasnya. Namun seiring berjalannya usaha, Novi tak luput mengalami penurunan pembeli.

“Kalau orang jualan harus mengambil risiko,” imbuh alumnus SMKN 7 Malang tersebut. Kini usaha sambalnya berkembang.

Diawali sambal bawang, kemudian berkembang memproduksi sambel tuna asap, dan sambel cumi. Sambel ini telah dipasarkan di Hongkong, Singapura, Taiwan, dan Malaysia.

“Pada tahun 2021 nomor asing menghubungi saya melalui WhatsApp untuk memesan sambal dikirim ke Hongkong,” lanjut Novi, menceritakan awal dirinya menerima pesanan dari luar negeri.

Pada saat itu Novi belum mengetahui cara mengirim ke luar negeri. Namun pemesan dari Hongkong yang merupakan TKW tapi menikah di sana itu, memberi petunjuk untuk mengirim lewat ekspedisi di Kota Malang.

“Awalnya satu kilo empat botol saya kirim. Ternyata meskipun skala kecil bisa mengirim,” kata alumnus  Wearnes Kota Malang ini. 

Pemesan yang bernama Nadin itu mengetahui sambel buatan Novi dari media sosial jejaring Instagram. Saat sambal tiba di Hongkong, pemesan kemudian mencoba mengkonsumi.

“Sambelnya enak, Minggu depan kirim lagi,” ujar pemesan kepada Novi pada waktu itu.

Sejak saat itulah pemesan yang dari Hongkong berlangganan memesan sambalbuatan Novi sampai sekarang.

“Sampai sekarang setiap bulan saya kirim dua kali, bahkan empat kali. Paling banyak diorder 50 botol per sekali kirim,” urai Novi.

Sambel dalam kemasan botol 220 mililiter (ml). Novi tidak menyangka sambalbuatannya dipesan secara berlangganan ke luar negeri.

Di ranah nasional, Novi mengirim ke wilayah Jabodetabek, Jatim, dan Kalimantan.

Di samping itu, Bupati Malang HM Sanusi bila ada pameran UMKM, selalu mengincar sambel buatan Novi.

Usaha sambal Novi juga dilirik oleh pihak Bea Cukai dan Disperindag Kabupaten Malang seiring ekspor berkelanjutan. Bahkan pihak Bea Cukai sempat mengundang Novi untuk acara seremonial melepas ekspor produk UMKM asal Kabupaten Malang.

Meskipun ia tidak memiliki latar belakang keluarga berusaha, namun dengan kesukaannya pada kuliner Novi belajar secara mandiri. Ia menjelaskan sambel buatannya lebih menitikberatkan pada bumbu.

Kini ia memiliki dapur khusus buntuk memproduksi sambal dibantu dengan warga sekitar. “Awalnya saya tidak pernah menghitung HPP, terus diberi edukasi literasi keuangan. Sekarang per bulan omzet Rp 25 juta,” tutup Novi. (den/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img