Aila Zahra Anjani, Atlet Balap Sepeda Kota Malang Panen Emas
Semangat Aila Zahra Anjani berlatih keras dalam dua tahun terakhir berbuah manis. Di ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) IX Jatim 2025, dia jadi salah satu atlet yang berhasil menyumbangkan dua medali emas dan satu perak dari Balap Sepeda.
MALANG POSCO MEDIA – Aila, sapaan akrab Aila Zahra Anjani baru lima tahun menekuni balap sepeda. Saat itu dia masih berusia 9 tahun. Awalnya tertarik karena melihat serunya latihan di Velodrome Kota Malang. Aila yang awalnya bersepeda hanya bersenang-senang, akhirnya mulai terpikat. tepatnya sejak 2023.
“Saya mungkin bersepeda sejak 2020 tapi dengan tujuan hobi saja. Awalnya saya melihat anak-anak yang berlatih di Velodrome, terus saya bersepeda tetapi bukan bertujuan menjadi atlet. Kemudian saya mencoba-coba berlatih selama dua kali seminggu,” kata Aila mengawali cerita.
Lambat laun semua berubah. Rasa cinta pada olaraga tampaknya tumbuh karena terbiasa. Di tahun-tahun berikutnya, karena dia sering melihat latihan di Velodrome, akhirnya mulai menekuninya.
“Lalu, berlatih yang rutin atau hampir setiap hari dimulai pada tahun 2023. Latihan rutin dimulai karena saya terpilih menjadi atlet untuk mengikuti Porprov IX Jatim 2025. Jadi harus aktif terhadap kegiatan ini untuk menjadi yg terbaik,” sebut dia.
Selama persiapan menuju Porprov, banyak lomba yang diikutinya. Baik yang digelar di Malang hingga luar kota bahkan luar provinsi. Prestasi pun mulai berdatangan. Tercatat, Aila
juara 3 BMX di Malang dan Lumajang, juara 4 BMX di Jepara, juara 5 di Malang dan Blitar serta 2 kali berturut di Jakarta.
“Saya ikut MTB XCO Open di Lumajang, juara 3 MTB XC Kejuaraan Provinsi di Jombang. Lalu juara 1 Kejurprov Sprint 500m di Lumajang dan juara 1 team sprint 600m putri saat Popda di Bangkalan,” sebutnya.
Dengan banyak sekali pengalaman lomba, Aila yang masih belia pun memiliki jiwa kompetitif dan ingin menang sangat tinggi. Saat bersepeda, yang dia pikirkan bagaimana bisa jadi yang terdepan. Lantas, berpikir pula bagaimana strateginya.
“Selain itu saya juga sudah mencoba tiga nomor yang di cabor balap sepeda ini. Yakni BMX, XC (cross country) dan road race. Alhamdulillah, pernah mendapatkan juara. Tapi saya sekarang fokus terhadap kedua nomor XC dan road race,” papar pelajar SMPN 20 Kota Malang itu.
Tentunya, prestasi Aila kini disempurnakan dengan apa yang dia capai di Porprov IX Jatim 2025. Dia mendapatkan medali emas di nomor team road race (TRR) dan team time trial (TTT), serta medali perak untuk nomor criterium.
Aila sangat bangga. Sebab, dia sudah mendapatkan banyak prestasi meskipun baru sekitar lima tahun menggeluti balap sepeda.
“Memang masih kejuaraan tingkat provinsi yang sering. Tapi saya juga pernah ikut kejuaraan nasional. Yang paling penting, saya merasakan atmosfer persaingan keras untuk juara,” tambah atlet yang tinggal di kawasan Kemirahan Kota Malang tersebut.
Selain itu, menurut Aila, menjadi juara itu layaknya reward dari pengorbanannya. Tak bisa dia pungkiri, banyak yang dikorbankan di masa dia mengejar mimpi menjadi atlet dan berprestasi. Misalnya sering meninggalkan jam belajar hingga nyaris tak memiliki waktu bermain.
Menurutnya, membagi waktu sekolah dan berlatih adalah tantangan. Apalagi setelah masuk SMP. Dia sering mengajukan dispen untuk latihan.
“Kadang juga izin tidak masuk hanya karena latihan. Tapi itu semua tergantikan prestasi saya. Saya juga jarang bermain dengan teman sekolah karena adanya kegiatan latihan dan hampir tidak pernah keluar hanya untuk bermain. Setiap harinya latihan, latihan dan latihan,” kenang dia.
Akan tetapi, selain prestasi, Aila mengakui berkompetisi menjadi salah satu momen suka dan memorable. Dia mengambil sisi positif dari pilihan menjadi atlet balap sepeda dengan aktivitas kompetisi dan mendapatkan banyak teman baru.
“Saya bisa belajar banyak hal. Misal tidak mudah menyerah, melatih konsentrasi, belajar mengatur strategi dan gantinya tak bisa banyak waktu bermain di sekolah adalah memiliki banyak teman dari luar kota atau dari satu negara,” katanya.
“Bersaing dengan atlet luar kota atau luar pulau, dan setelah bersaing pada perlombaan kita bisa menambah teman. Semakin sering mengikuti lomba, semakin banyak juga menemukan teman dari beberapa daerah,” sambung dia.
Diakuinya, masih banyak lagi hal positif lainnya sebenarnya dengan mengikuti balap sepeda.
Dia menyebutkan pertemanan dalam tim misalnya saat bersiap kejuaraan atau agenda Porprov. Di tim Kota Malang, sesama atlet balap sepeda juga seru. “Layaknya keluarga yang sedang berjuang bersama,” imbuhnya.
Sementara itu, Aila secara jujur mengakui pula pasti ada momen sedih. Misalnya momen jatuh dalam perjuangan atau gagal, juga jatuh dari sepeda saat berlomba. Itu adalah bagian yang tak bisa dia tolak. “Salah satu duka mengikuti olahraga ini pastinya kita sering jatuh, lalu berupaya bangkit. Mau itu terjatuh saat latihan atau lomba, atau karena tidak bisa membawa juara saat mengikuti ajang kompetisi,” pungkasnya. (ley/van)