Zeefara Mahika Skater Remaja dari Kota Malang Peraih Raih Emas di Porprov IX
Hobi skateboard yang berawal dari hadiah ulang tahun, membawa Zeefara Mahika Darmawan menembus dunia internasional. Di usianya yang masih remaja, Zee, sapaan akrabnya, kini berjuang di pemusatan latihan nasional (pelatnas) untuk mewakili Indonesia di ajang Olimpiade 2028 mendatang.
MALANG POSCO MEDIA– Tak banyak anak perempuan berusia belasan tahun seperti Zee yang sudah harus terbiasa terbang sendiri ke luar negeri untuk bertanding. Apalagi bertarung di lintasan skateboard tingkat internasional, bersaing dengan atlet dewasa dari berbagai negara.
Lahir dan besar di Kota Malang, Zee menunjukkan bahwa usia muda bukan halangan untuk bermimpi besar. Dalam waktu dekat, ia akan berangkat ke Amerika Serikat dan kembali bergabung dalam Pelatnas Street Skateboard Indonesia, dan mengumpulkan poin menuju Olimpiade.
“Saat itu, usia saya baru 7 tahun. Berawal dari meminta hadiah ulang tahun berupa papan skate. Dari iseng-iseng mencoba, kemudian mulai serius saat bergabung dengan Bolang Skate School di Merjosari. Awalnya cuma main, tapi ternyata keterusan,” katanya didampingi sang ayah yang akrab disapa Riky Jabrik.
Bakatnya muncul dan diketahui, lantaran di usianya yang masih sangat muda sudah bisa meluncur dengan papan skateboard. Tak butuh waktu lama, bakatnya terasah. Usia 9 tahun, Zee mulai tampil di kejuaraan daerah.
Dari Bekasi hingga Grand Factory Jakarta, Zee tak pernah menyerah untuk berkompetisi dan meningkatkan kemampuannya. Ia berhasil mengoleksi berbagai medali dari kejuaraan daerah hingga juara tiga di Malaysia dan finalis di Singapura. Bahkan pernah masuk peringkat keempat di Filipina dan ikut World Skate Tour di Roma.
Sang ayah, Jabrik mengatakan prestasi demi prestasi membuka pintu seleksi Pelatnas Skateboard Indonesia. Pada 2024, anaknya lolos penyaringan ketat berbasis klasemen nasional. Dari 16 atlet yang tersaring saat itu, di 2025 ini hanya delapan skater yabg terdiri dari empat perempuan dan laki-laki yang dipilih, dan Zee termasuk di dalamnya.
“Saat ini, ia sedang mengikuti program Pelatnas sejak Juni 2025, dan dijadwalkan berlaga di World Skate Tour Amerika, setelah bermain di Roma, Juni lalu. Kompetisi ini untuk mengumpulkan poin menuju Olimpiade serta ajang SEA Games Thailand Desember nanti,” ceritanya.
Ia menyebut, kesempatan ini tak pernah disia-siakan oleh Zee. Kendati usianya yang baru saja duduk di bangku kelas 9 SMP,putrinya itu senang, tapi juga menyadari bahwa ini amanah besar. Bahkan Zee pulang ke Malang, hanya untuk berlaga di Porprov sebelum kembali mengikuti porsi latihan disiplin ala pelatnas.
“Kalau di Pelatnas itu, Zee tidak ada tekanan, jadi bisa benar-benar main dari hati. Tapi karena bawa nama Indonesia, harus siap all out. Dan saat ini, setelah dapat emas Kategori Street Putri di Porprov IX Jatim kemarin, langsung terbang ke Bali untuk kembali mengikuti pelatnas,” ujar pria dengan rambut mohawk khas pemain drum, itu.
Di tengah perjalanan kariernya, ada satu momen paling berkesan bagi Zee adalah saat bertanding di Filipina. Zee harus berangkat sendiri, tanpa pendamping orang tua. Ia dijemput komunitas skate lokal dan ditemani oleh skater asal Bali. Dari pengalaman itu, ia belajar banyak untuk selalu mandiri, percaya diri, dan siap menghadapi dunia
Di balik prestasi gemilang, jalan yang ditempuh Zee memang tak mudah. Sebagai skater perempuan,Zee harus menghadapi minimnya fasilitas, regenerasi atlet, bahkan stigma yang kurang bagus. Skatepark di Kota Malang yang kurang memadai membuat Zee harus pindah-pindah latihan, mulai dari Taman Merjosari dan bermuara di Apocalyse Skate and Bike Park.
“Skate itu bukan cuma olahraga, tapi ruang ekspresi. Sayangnya, edukasi dan dukungan buat atlet cewek masih minim. Saya punya harapan besar begitu juga dengan Zee, agar Kota Malang bisa ikut support dengan memiliki skatepark sendiri,” ungkapnya.
Jabrik mengatakan, bahwa semangat dan cita-cita Zee bukan hanya sekadar berprestasi hingga setinggi-tingginya. Namun, ia juga ikut mendorong agar fasilitas dan regenerasi atlet tak padam di kotanya sendiri. Gadis itu ingin kesempatan Kota Malang memiliki atlet skateboard berprestasi tidak terputus dan terhenti.
“Untuk Zee sendiri secara sosial, beberapa kali memberikan papan fullset miliknya kepada anak skater lain yang kurang beruntung. Kadang sepatu skate juga, atau hal lain seputar skateboard. Saya berpesan dan dilaksanakan oleh Zee, bahwa semakin tinggi kita naik, makin banyak godaan. Jadi tetap harus rendah hati dan berbagi,” kata Jabrik.
Gadis asal Jalan Pattimura Kecamatan Klojen Kota Malang itu tidak sekadar ingin juara. Ia ingin skateboarding tetap hidup di tanah kelahirannya.
“Prinsip kami yang timbul dari skate, kembali untuk skate. Regenerasi harus dijaga, karena belum banyak atlet cewek dari Malang,” lanjut ayah Zee itu. Dengan semangat yang tulus, Zee memainkan papannya di ajang skateboard bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk membuka jalan bagi anak-anak muda lain yang ingin menekuni skateboard sebagai jalan hidup. “Senang rasanya nantinya akan banyak anak-anak yang bermain skateboard. Mengingat olahraga ini memang potensi dan peluangnya besar, dan kesempatan ini harapannya bisa diteruskan oleh generasi mufa khususnya dari Kota Malang,” pungkasnya. (rex/van)