Cerita Ernik Yustiana Warga Jalan Binor Kota Malang Tekuni Daur Ulang Sampah
Proses belajar mengajar tak memandang usia. Begitu pula dengan kreativitas. Di tangan Ernik Yustiana, ibu berusia 48 tahun asal Jalan Binor VIII Kecamatan Blimbing Kota Malang ini menyulap sampah rumah tangga menjadi karya handcraft bernilai ekonomis.
MALANG POSCO MEDIA-Di usia yang tidak lagi muda, semangat Yustin, sapaan akrab Ernik Yustiana tetap menggebu-gebu menciptakan karya. Buah hasil tangan yang teliti dan penuh kesabaran menciptakan produk daur ulang hingga dilirik wisatawan mancanegara yang datang ke Kota Malang.
Yustin juga kini sebagai penggerak terhadap warga sekitarnya untuk belajar mendaur ulang sampah.
Mulanya Yustin seorang pembatik lukis sejak dirinya mengikuti pelatihan tahun 2012. Ia kemudian menggeluti seni kebudayaan tanah Jawa ini.
Namun seiring berjalannya waktu, bahan untuk membatik yaitu minyak tanah mulai langka karena dikonversi menjadi gas. Hal ini membuat Yustin pusing bukan kepalang.
“Ada krisis minyak tanah konversi ke gas. Akhirnya minyak tanah sulit dicari dan saya setop membatik,” kata Yustin kepada Malang Posco Media saat ditemui di tempat produksi daur ulang miliknya, Kamis (10/7) pekan lalu.
Meski situasi sulit, ibu dua anak itu tak menyerah. Ia tak berhenti, tetap berkarya. Dia mencoba peluang lain dengan mendaur ulang sampah rumah tangga yang ditemuinya.
Ia memulai mencoba daur ulang pada tahun 2013 setelah setop membatik. Pada saat bersamaan, wilayah setempat mengadakan pameran kecil-kecilan untuk peringatan Hari Kartini.
“Kok menarik. Akhirnya saya mencoba membuat sendiri di rumah produk yang belum ada di pameran yaitu membuat tas, dompet, dan aksesoris lainnya,” lanjut Yustin.
Awal-awal Yustin memanfaatkan sampah seadanya seperti karung beras, keresek, kertas, dan bungkus kopi. “Karung beras saya urai kemudian saya rajut,” kata alumnus ITN Malang tersebut mencontohkan membuat taplak.
Setelah melihat karya Yustin, pihak kelurahan kemudian memilih karyanya untuk menjadi perwakilan di perlombaan Kampung Bersinar. Setelah itu, ia terus terlibat aktif di berbagai kegiatan maupun lembaga dalam pengelolaan daur ulang sampah.
Selain dari rumahnya, Yustin mendapat barang bekas atau sampah sebagai bahan untuk menciptakan karya dari tetangga yang senang hati memberikannya.
“Karena gratis dari mereka, saya pun mengajari mereka pelatihan mendaur ulang secara gratis biar bisa membuat sendiri,” lanjutnya.
Kini produk daur ulangnya berupa antara lain gantungan kunci, dompet, hingga costum yang dijual dan disewakan. Beberapa produknya pernah dibeli oleh warga Australia, Jepang, dan mahasiswa Thailand.
Turis itu membeli saat Yustin menggelar pameran di MOG Kota Malang. Ia pun mengakui bahwa turis sangat mengapresiasi tinggi terhadap produk daur ulang. Bahkan ketika membeli tanpa menawar.
“Orang Jepang memborong 10 gantungan kunci untuk dijadikan oleh-oleh,” beber Yustin. Lebih lanjut, ia ingin pemanfaatan sampah untuk didaur ulang diikuti oleh masyarakat lebih luas di sekitarnya. Bahkan dia ingin membentuk semacam kampung tematik edukasi daur ulang.
“Namun entah tahun berapa. Yang penting sekarang pelatihan gratis dulu ke warga,” katanya dengan penuh optimis.
Yustin juga kini melanjutkan keterampilannya membatik lukis karena telah ada kompor listrik. Ilmu yang didapat waktu pelatihan pada tahun 2012 kini didalami kembali.
“Saya kembali menekuni membatik dan ikut pelatihan lagi sampai mendapatkan sertifikat kompetensi dan saya mengajar ekskul membatik di sekolah- sekolah,” tutupnya. (den/van)