spot_img
Friday, July 18, 2025
spot_img

Sentra Layanan Universitas Terbuka (SALUT) Al-Islahiyah, Solusi Pendidikan Tinggi bagi para Santri

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Sentra Layanan Universitas Terbuka (SALUT) berbasis pesantren di Al-Islahiyah Singosari, menjadi terobosan inovatif bagi santri dan pengajar pesantren yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tanpa meninggalkan tugas pengabdiannya.

Program tersebut digagas sebagai upaya transformasi digital pesantren, sekaligus menjawab tantangan peningkatan kualitas SDM unggul di era teknologi. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua SALUT Al-Islahiyah Gus Ahsani Fathur Rohman. Ia menyampaikan, program tersebut merupakan langkah strategis untuk memadukan pendidikan tinggi dengan kesibukan para santri dan guru pesantren.

“Banyak santri senior atau pengajar yang ingin kuliah S1 tapi terkendala waktu karena harus mengajar. Melalui SALUT, mereka bisa menempuh pendidikan di Universitas Terbuka (UT) secara fleksibel,” ujaranya, Kamis, (17/7) kemarin.

Ia juga menyampaikan, SALUT Al-Islahiyah memanfaatkan sistem pendidikan jarak jauh (PJJ) dari UT, memungkinkan santri mengakses perkuliahan daring tanpa harus meninggalkan pesantren. Menurut Gus Ahsani, program ini telah menarik minat santri dari pesantren sekitar. “Mereka bisa tetap mengajar atau beraktivitas di pesantren sambil kuliah. Ini saling menguntungkan,” ujarnya. 

Program ini sejalan dengan visi pemerintah dalam mendorong literasi digital dan penguasaan bahasa sebagai fondasi SDM unggul. Seperti ditekankan Menteri Koordinator PMK Pratikno dalam kunjungannya ke Al-Ishlahiyah beberapa waktu lalu. Menurut Gus Ahsani, Pratikno menyampaikan bahwa penguasaan bahasa baik internasional maupun digital merupakan kunci di era teknologi. Karena santri harus adaptif, tidak hanya menguasai bahasa Arab atau Inggris, tapi juga bahasa pemrograman dan teknologi.

Selain itu, keberadaan SALUT di lingkungan pesantren dinilai sebagai solusi bagi alumni yang ingin melanjutkan studi namun terkendala biaya atau waktu. Dengan biaya terjangkau dan jadwal fleksibel, program ini membuka akses pendidikan tinggi yang lebih luas. 

“Kami berharap, model ini dapat direplikasi di pesantren lain guna memperkuat peran pesantren sebagai pusat pengembangan SDM unggul dan berdaya saing di era digital,” tutup Gus Ahsani.(hud/lim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img