Kementerian Kesehatan Palestina mengeluarkan data terbaru korban tewas dan luka-luka akibat genosida Isreal sudah mencapai 56.600 jiwa sejak Oktober 2023. Data tersebut di atas belum termasuk kerugian yang berkaitan dengan material (bangunan dan fasilitas umum lain). Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Marwan Al-Sultan beserta istri dan anaknya tewas dalam serangan udara Israel.
Terkait kebiadaban Israel atas bangsa Palestina, kebanyakan warga dunia merasa geram. Hal ini disebabkan karena sudah banyak himbauan, saran, dan desakan agar konflik Israel-Palestina segera diakhiri. Namun demikian berbagai saran di atas seperti “jauh panggang dari api.” Akibat selanjutnya, Israel tetap menyerang dan “memusnahkan” bangsa Palestina.
Kebiadaban Israel itu bukan tak memunculkan simpati dunia. Berbagai dukungan dan bantuan juga telah dilakukan, tetapi “kekuasaan” besar Israel yang didukung oleh kekuasaan politik dan ekonomi membuat bangsa itu tetap bersikukuh untuk menyerang Palestina.
Tulisan ini tidak membahas konflik Israel dan Palestina tetapi lebih dari itu penting kiranya membahas bagaimana simpati masyarakat dunia atas konflik yang telah menelan korban jiwa raga dan material itu. Bukan soal apakah simpati itu akan menyelesaikan secara cepat atau tidak, tetapi simpati yang ada menggambarkan bahwa masyarakat dunia masih punya peradaban dan pilihan bahwa kejahatan apapun caranya berdampak buruk dan tidak layak untuk dipertahankan di dunia ini.
Bukti Kongkrit
Salah satu komunitas yang layak untuk disimak dan sedang digandrungi generasi muda dunia adalah Korean Pop (K-Pop). Beberapa grup yang populer di antaranya; BTS, Blackpink, NCT, Exo, Twice, Seventeen dan Stray Kids. Mengapa harus K-Pop dan apa kaitannya dengan Palestina? Artikel singkat ini mencoba untuk menjelaskan lebih detail.
K-Pop adalah genre musik populer yang berasal dari Korea Selatan. K-Pop bukan soal musik semata, tetapi juga mencakup aspek budaya (tarian, fashion dan gaya hidup). K-Pop menggabungkan genre musik seperti pop, dance, hip hop, R&B dan bahkan musik tradisional Korea. Para artisnya telah menjadi idola generasi muda di dunia, tidak saja tampan dan cantik tetapi juga telah menjadi inspirasi generasi muda.
Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan (MCST) pernah mengadakan survei dampak Korean wave (gelombang Korea atau hallyu) di sejumlah negara. Data menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara dengan tingkat ketertarikan tertinggi terhadap Korea (86,3 persen), diikuti India (84,5 persen), Thailand dan Uni Emirat Arab (83,0 persen) dan Vietnam (82,9 persen). Konsumen K-Pop di Indonesia sendiri terbesar di dunia (18,47 persen), menyusul Amerika Serikat (10,24 persen) Filipina (8,95 persen), Korea (7,12 persen), Thailand (6,84 persen), Brasil (6,32 persen), dan India (3,79 persen).
Memang, selama ini K-Pop diidentikan dengan glamour, hura-hura, hiburan dan hobi. Namun di balik itu semua K-Pop juga menyimpan sebuah kekuatan penting dalam memengaruhi perubahan di sekitar mereka. Bahkan peran dan kegitannya juga mendukung kegiatan kemanusiaan.
Penggemar K-Pop di Indonesia telah menunjukkan solidaritas untuk Palestina melalui berbagai penggalangan dana. BTS Army Indonesia (melalui akun instagram dengan tajuk “BTS Army Indonesia PEDULI PALESTINA”) pernah mengumpulkan lebih 1 miliar hanya beberapa saja untuk disalurkan ke Palestina melalui Human Initiative. Di Bandar Lampung K-Popers di sana menggalang dana dari 5.613 donatur dan terkumpul 230 juta untuk Palestina.
Penggalangan dana yang cepat tersebut juga dipengaruhi oleh peran idola-idola mereka. Para idola juga ikut mengampanyekan untuk penggalangan dana ke Palestina. Sebut saja idol K-Pop yang terlibat dalam penggalangan dana Palestina seperti Suho Exo, Sandara Park 2N1, Lisa Blackpink, Soo Yoo Jin, Kwon Eun Bi, Nayoung Gugudan dan lain-lain.
Serba Korea
Melihat fenomena K-Popers di atas ada beberapa hal yang bisa disimpulkan. Pertama, K-Popers tidak lagi menjadi sebuah aktivitas hiburan semata. Mereka yang terlibat dalam komunitas tidak saja untuk mencari hiburan dan penyaluran hobi tetapi juga menjadi kekuatan dinamis bagi perubahan sosial di sekitarnya. Penggalangan dana untuk Palestina salah satu di antara dampak positif dari keberadaan K-Popers.
Semua itu mudah dilakukan karena mereka mempunyai solidaritas tinggi satu sama lain yang disatukan dalam komunitas K-Popers. Komunitas ini terbentuk bukan karena kepentingan politik atau kekuasaan yang biasanya sangat tergantung dari kepentingan. Komunitas K-Popers disatukan tidak satu kebutuhan tetapi juga peran idola.
Penulis pernah melakukan penelitian bahwa perilaku idola K-Popers ikut memengaruhi perilaku mereka pula. Saat idola K-Pop ikut memberikan dukungan penggalangan dana Palestina mereka dengan senang hati ikut melakukannya, bisa jadi karena pengaruh idolanya itu.
Kedua, solidaritas K-Popers akan menjadi kekuatan dinamis untuk melakukan perubahan di sekitarnya karena ikatan mereka sangat kuat. Komunitaas itu akan menjadi kelompok yang menjadi variabel penting bagi perubahan masyarakat. Mereka ini tinggal digerakkan oleh sebuah letupan dan itu akan mempunyai dampak yang luar biasa.
Karena umumnya K-Popers adalah generasi muda, maka memberdayakan mereka untuk tujuan-tujuan positif menjadi langkah bijak. Jika memang mereka berperan dalam perubahan misalnya, bisa dilibatkan dalam usaha untuk kemajuan bangsa. Misalnya pendidikan dan kesadaran politik masyarakat. Karenanya pula, mereka yang akan ikut menentukan warga negara ini di masa datang.
Kasus penggalangan dana Palestina hanya salah satu contoh kasus dari konsekuensi komunitas K-Popers. Koreanized (serba Korea) sebuah keniscayaan bagi generasi muda Indonesia. Pemerintah dan masyarakat tinggal membijakinya secara cerdas.(*)