Sumber daya sebuah lembaga pendidikan menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Sumber daya yang dimiliki sebuah lembaga pendidikan pada dasarnya merupakan kekuatan yang bisa dijadikan bahan dasar perencanaan pengembanganya. Pengembangan program sekolah tentu saja tidak bisa dilepaskan dari kondisi sumber daya yang ada.
Berkaitan dengan hal ini maka potensi keunggulan di sekolah yang meliputi kompetensi pendidik, bakat minat peserta didik, partisipasi masyarakat akan menjadi modal dasar yang sangat bermakna. Namun harus disadari sepenuhnya bahwa masing-masing lembaga pendidikan mempunyai kondisi dan kekuatan yang berbeda.
Ketika sebuah lembaga tidak mempunyai kekuatan sumber daya dalam segala sisi, maka bisa dipastikan tidak akan mempunyai progres yang tertata dan mapan. Kondisi ini dipastikan juga akan berdampak pada peningkatan kualitas proses belajar mengajar.
Untuk mengatasi kondisi tersebut diperlukan sebuah strategi yang tepat sehingga keterbatasan tidak menjadi kendala pengembangan sebuah lembaga dan peningkatan kualitas proses belajar mengajar. Membangun kepercayaan masyarakat akan mempercepat pertumbuhan kekuatan sumber daya. Jika kepercayaan masyarakat menjadi kunci utama dalam masalah ini, maka kemampuan membangun kepercayaan masyarakat mutlak harus dikembangkan.
Masalahnya adalah tidak semua memiliki kemampuan membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat. Banyak faktor yang menyebabkan gagalnya sebuah tindak komunikasi. Daya persuasi yang kuat sangat diperlukan untuk bisa menjamin tercapainya tujuan komunikasi yang dimaksud. Dalam hal ini bukan lagi komunikasi personal namun lebih cenderung pada bentuk komunikasi sosial dengan karakter yang jauh lebih kompleks.
Beragam dan kompleksnya karakter masyarakat juga pasti akan memicu munculnya banyak sekali masalah. Di sinilah benar-benar dituntut kemampuan seorang pemimpin untuk bisa tampil menjadi seorang negosiator dan motivator yang baik. Tentu saja sekaligus harus mampu memberikan persuasi positif agar semua sumber daya bisa dikembangkan.
Namun realita tidak selamanya seindah harapan, kadang komunikasi tidak bersambut. Sering terjadi tindak komunikasi tidak sesuai dengan tujuan awal, malah menyimpang jauh dari ketetapan yang ada. Banyak sekali faktor yang menyebabkan kondisi tersebut, di antaranya adalah kesalahpahaman (miscommunication)atau kegagalan memahami tujuan komunikasi.
Dalam komunikasi yang dilakukan secara massal antara seorang pembicara dengan audiens kemungkinan kegagalan komunikasi bisa lebih sering terjadi. Ketidakpedulian terhadap tujuan komunikasi, kondisi ruangan yang tidak mendukung, fasilitas pengeras suara yang kurang memadai menjadi faktor penghambat yang tidak bisa disepelekan.
Terlepas dari semua faktor tersebut, kemampuan komunikasi harus benar-benar diperhatikan dan terus ditingkatkan agar bisa meminimalkan terjadinya kegagalan dalam berkomunikasi. Sudah dapat dipastikan bahwa kemampuan komunikasi di sebuah lembaga merupakan sebuah kekuatan dan sumber daya yang bisa mendukung kemajuan lembaga.
Kemampuan komunikasi yang efektif bukan hanya sekadar menjadi kemampuan individual melainkan dapat menjadi aset strategis dan berharga lembaga. Komunikasi terbuka, terarah, dan terukur dalam dinamika lembaga atau organisasi dapat memperkuat koordinasi dan kolaborasi antarlembaga. Kondisi ini akan membantu percepatan pengambilan keputusan dan kebijakan. Tentu saja akan berdampak pada terbangunnya kepercayaan antara pimpinan dan staf.
Lembaga yang mampu membangun dinamika komunikasi dengan baik tentu akan memberikan keleluasaan kepada semua yang berada dalam lembaga tersebut. Ketika setiap merasa mendapatkan apresiasi positif, maka sangat mungkin menstimulasi lahirnya inovasi-inovasi baru yang berkualitas untuk pengembangan lembaga.
Terlepas dari lahirnya inovasi, dinamika komunikasi yang baik akan meminimalkan terjadinya konflik internal dalam tubuh lembaga. Kalaupun terjadi konflik, maka akan dengan lebih mudah segera dikomunikasikan dan diselesaikan. Komunikasi yang aktif dan empatik akan menjadi kata kunci keberhasilan dalam memberdayakan sumber daya ini.
Lembaga yang mempunyai kemampuan membangun komunikasi internal yang baik tentu akan dapat membentuk daya kompetisi yang baik. Dalam kondisi tertentu daya komunikasi menjadi modal dasar penentu stabilitas dan responsibilitas lembaga. Kemampuan komunikasi internal pada akhirnya akan menentukan keberlangsungan sebuah bentuk manajerial.
Kondisi tersebut sesuai dengan konsep yang disampaikan oleh Hellrigel dan Slocum (dalam Djatmiko, 2002: 56) bahwa komunikasi pada dasarnya adalah proses pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Dengan membudayakan dialog terbuka, diskusi ilmiah, dan budaya komunikasi ilmiah lainnya baik secara tulis maupun lisan dipastikan akan dapat meningkatkan nilai dan kualitas personal dan kelembagaan.
Jika semuanya dapat dikomunikasikan dengan baik sesuai dengan ranah dan ketentuan yang ada, sangat mungkin akan lahir banyak inovasi dan prestasi unggul sesuai dengan bidang masing-masing. Tentu saja hal ini merupakan sebuah bentuk keberhasilan yang sangat luar biasa.
Kemampuan lembaga untuk mengembangkan sumber daya tentu saja tidak akan pernah terlepas dari dukungan pihak eksternal. Jika komunikasi internal membentuk daya kompetisi dan tatanan manajerial yang baik, maka komunikasi eksternal yang baik akan dapat memberikan dukungan untuk memperkuat sumber daya.
Dalam hal ini sistem kehumasan yang baik benar-benar harus dibangun agar bisa menjaga dan menjalin komunikasi yang baik dengan pihak eksternal. Ketika komunikasi internal dan eksternal bisa dijaga dan terjalin dengan baik, bisa dipastikan keberlangsungan sebuah lembaga terutama sekolah dapat dijamin.(*)