MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Sebanyak 26 merek terindikasi berisi beras oplosan terus didalami oleh Satgas Pangan Kabupaten Malang di sejumlah toko maupun ritel. Beberapa merek sudah dilakukan penarikan untuk dijadikan sampel uji laboratorium.
Penarikan dilakukan Satgas Pangan Kabupaten Malang saat inspeksi mendadak (Sidak) di sejumlah tempat, salah satunya Pasar Kepanjen pada Selasa (22/7) lalu.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Malang Mahila Surya Dewi menjelaskan, terdapat enam merek beras dalam kemasan dilakukan penarikan untuk dijadikan sampel laboratorium.
“Dari satu toko, satu retail, itu hanya sekitar satu, dua saja. Jadi yang kami himpun enam (merek) itu dari beberapa toko dan retail,” jelasnya saat ditemui usai kegiatan penyaluran bantuan pangan di Makodim 0818/Malang – Batu, Kamis (24/7).
Hasil laboratorium sendiri akan keluar beberapa hari kedepan. Sedangkan 20 merek lainnya sudah tidak beredar. Total 26 merek terindaksi berisi beras oplosan tidak ada yang diproduksi di ranah lokal Kabupaten Malang.
“Tidak ada. Kalau yang namanya lokal itu berarti penghasilnya Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani). Kami sudah mengedukasi masyarakat agar mulai mengkonsumsi beras lokal,” kata Mahila.
Namun demikian, beras lokal disebutnya kurang glowing atau kurang segar. Hal ini karena Kabupaten Malang belum punya mesin kebi atau mesin pemoles beras.
Akan tetapi pada perkembangannya, Kabupaten Malang telah mendapat bantuan satu mesin kebi dari Bank Indonesia (BI) dan disampaikan ke asosiasi Amarta Padi.
“Kami sekarang sudah mulai kolaborasi menyampaikan pada dewan bahwa memang mesin kebi ini sangat dibutuhkan oleh petani,” imbuh Mahila.
Menurutnya, beras lokal Kabupaten Malang memiliki kualitas tinggi dan sebagai penyangga di Jawa Timur. Namun masih menjadi beras campuran.
“Sebetulnya kualitas beras kita tinggi, tapi tampilan dan polesannya kurang karena kita tidak punya mesin kebi,” jelas Mahila. (den/jon)