Febyan Ayudya Muharram, Peraih Perak Gantole Porprov IX Jatim
Langit bukanlah batas bagi Febyan Ayudya Muharram. Justru, di sanalah ia merasa paling hidup. Di antara angin, ketinggian, dan tali pengaman, mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini terbang, bukan sekadar secara harfiah, tapi juga dalam meraih impiannya.
MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Perempuan 20 tahun itu baru saja mengukir prestasi membanggakan. Ia sukses menyabet medali perak dalam cabang olahraga gantole nomor ketepatan mendarat di ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim IX 2025 dengan membawa nama besar kontingen Kabupaten Malang beberapa waktu lalu. Berbeda dengan cabang olahraga lainnya yang digelar di Malang Raya, khusus cabor gantole di gelar di Kabupaten Jember.
Prestasi ini bukan datang dari keberuntungan, melainkan hasil dari keberanian, ketekunan, dan semangat pantang menyerah. Senyum hangat Febyan menyembunyikan kisah perjuangan yang panjang dan penuh liku. Ia bukan atlet karbitan. Jiwa petualangnya sudah muncul sejak duduk di bangku SMA, saat pertama kali mencicipi ekstrakurikuler dirgantara. Ia jatuh cinta pada aeromodelling, dan sempat hampir berlaga di Porprov, sebelum akhirnya harus merelakan kesempatan itu karena berbenturan dengan ujian sekolah.
Tak hanya itu, ia juga sempat mengalami cedera saat latihan, yang membuatnya harus beristirahat cukup lama. Namun, semangatnya tak surut.
“Pernah cedera saat landing, karena sudah lama vakum latihan saat itu. Tapi, saya ikut saran dokter untuk tetap gerak agar otot tidak kaku. Alhamdulillah, sekarang sudah pulih,” ujarnya kepada Malang Posco Media, Selasa (29/7) kemarin.
Agustus 2023 menjadi titik balik. Ia kembali memeluk gantole sepenuh hati. Tak hanya Porprov, ia juga meraih medali perunggu pada Kejuaraan Daerah Gantole Jawa Timur 2024 di Bandara Notohadinegoro, Jember, untuk mata lomba Sambar Pita Kelas B.
Namun, di balik medali-medali itu, terdapat cerita tentang ratusan kilometer perjalanan setiap akhir pekan. Febyan rutin berlatih di Jember, menempuh perjalanan dari Malang hanya demi melatih ketepatan mendarat.
“Pernah cedera karena salah landing, tapi justru itu mengajariku untuk lebih disiplin,” katanya, mengenang masa pemulihan yang ia lalui dengan tetap bergerak meski nyeri masih terasa.
Bagi alumnus SMA Negeri 2 Malang ini, gantole adalah lebih dari sekadar olahraga. Ia menyebutnya sebagai bentuk ekspresi diri, keberanian, dan perjalanan spiritual melawan rasa takut.
“Ini tentang bagaimana kita mempercayai diri dan tim,” ujarnya.
Di ketinggian, Febyan menemukan keluarga baru, sesama pilot gantole yang tak hanya berbagi langit, tapi juga semangat dan solidaritas.
“Saya menemukan kekeluargaan yang sebenarnya di gantole. Apalagi memiliki tim yang solid, suportif, dan saling menguatkan satu dengan yang lain,” tuturnya.
Bagi Febyan, prestasi bukan semata medali. Ia ingin menginspirasi.
“Yang terpenting, aku bisa membuktikan bahwa olahraga ekstrem bukan cuma untuk laki-laki atau atlet profesional,” tegasnya.
Ia juga tak lupa menyebut dukungan yang ia dapat dari UMM sebagai bagian penting dalam perjalanannya.
“Dukungan UMM luar biasa jos, bahkan sejak persiapan Porprov. Buat teman-teman, jangan malas berprestasi. Kesempatan dan peluang itu banyak menanti, tinggal kita mau ambil atau tidak,” pungkasnya.
Langit bukanlah akhir. Bagi Febyan, itu adalah awal dari banyak mimpi yang masih akan ia kejar. Dengan gantole sebagai sayapnya, dan tekad sebagai mesinnya, ia terus terbang—melewati batas, dan membuktikan bahwa mimpi bisa digapai siapa saja yang berani melawan gravitasi. (huda/aim)