Friday, October 10, 2025
spot_img

Menyeduh Harapan, Meracik Perubahan untuk Kopi Lokal

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Di balik cangkir kopi yang kita nikmati, ada cerita panjang yang jarang terdengar. Bagi Arif Murachman, atau yang lebih akrab disapa Arif Ipong, kopi bukan sekadar minuman. Sejak 2015, ia melangkah dari satu kedai ke kedai lainnya di Malang, bukan untuk mencari suasana baru, tapi untuk membangun jejaring demi satu tujuan: membantu petani kopi.

“Niat awalnya bantu para petani kopi di Dampit. Selain itu, kopi dari Malang juga harus menjadi juara di Malang,” ujar Arif Ipong.

-Advertisement- HUT

Kala itu, para petani kopi enggan menjual hasil panen mereka ke tengkulak. Harganya terlalu rendah, dan jelas tak sebanding dengan keringat yang mereka keluarkan. Arif melihat ini sebagai masalah serius, dan ia memilih bertindak lewat jalur yang ia pahami: komunitas dan kolaborasi.

Langkah Arif dari kedai ke kedai tak sia-sia. Dari obrolan ringan di balik meja barista, lahirlah komunitas kopi yang beranggotakan para pemilik kedai di Kota Malang. Komunitas ini bukan sekadar wadah, tetapi ruang temu yang mempertemukan ide, semangat, dan tentu saja cinta pada kopi.

Hingga kini, komunitas tersebut masih aktif. Sekali dalam sebulan, mereka mengadakan pertemuan keliling dari satu kedai ke kedai lainnya. Topiknya beragam, mulai dari tren kopi terbaru hingga diskusi soal alat seduh manual seperti Moka Pot, V60, Aeropress, dan lain-lain.

“Kami sering menggelar kegiatan. Sharing tentang kopi dan alat seduh. Apalagi harga kopi saat ini luar biasa,” ujar Arif Ipong, sambil menyesap kopi buatannya.

Pandemi sempat memukul komunitas ini cukup keras. Banyak kedai kopi tutup, dan aktivitas melambat drastis. Namun, semangat mereka tak ikut mati. Hubungan antarpemilik kedai tetap terjaga, bahkan menjadi lebih kuat.

Menariknya, kini komunitas tersebut tak hanya diisi oleh pemilik kedai. Sejumlah pegawai kantoran, bahkan penyeduh kopi rumahan, juga bergabung. Home brewer dari berbagai latar belakang berkumpul, berbagi cerita dan secangkir kopi.

“Siapapun boleh bergabung dengan kami. Tanpa harus punya alat dulu. Semua kami rangkul. Yang terpenting tetap ngopi,” imbuhnya.

Ke depan, Arif dan komunitasnya tak ingin berhenti pada diskusi dan pertemuan rutin. Mereka ingin membawa kopi asli Malang ke lebih banyak lidah, baik lewat kedai maupun secara personal. Nama-nama seperti Kopi Arjuno, Kopi Gunung Kawi, dan lainnya harus lebih dikenal, tak hanya di Malang, tapi juga di luar kota.

“Kopi Malang harus lebih terkenal daripada kopi lain. Dengan kebersamaan akan tumbuh bersama,” pungkasnya.

Dari halaman rumah yang wangi kopinya menyebar ke jalan, hingga meja kayu di kedai-kedai kecil kota, semangat Arif Ipong tetap sama: menyeduh perubahan, seteguk demi seteguk.(hud/aim)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img