Aliya Pelukis Berbakat Asal Lowokwaru
Tekun dan konsisten. Itu menjadi kunci bagi Aliya Sakina Murdoko gadis asal Lowokwaru Malang yang kini mulai dikenal sebagai pelukis cilik berbakat di Kota Malang. Tidak hanya indah, goresan cat akrilik dan cat minyak dari Aliya mudah memikat perhatian banyak orang.
MALANG POSCO MEDIA– Tidak heran, di usianya yang kini baru 15 tahun, karya lukisan Aliya sudah mendunia. Puluhan karya lukisnya seringkali menang dalam berbagai kompetisi lukis di mancanegara. Seperti World Habitat Day di Fukuoka Jepang 2021, lalu International Festival Art Seasons di Moskow Rusia 2021, Creative Brilliance Picaso India 2019, Natre Spirited Art Birmingham UK, International Visual Art Competition Latvia, dan 20 predikat juara lukis lainnya.
“Kalau karya lukis saya dihitung dari awal sampai sekarang, mungkin sudah ada sekitar 200-300-an lukisan. Termasuk dengan lukisan di kertas,” ujar Aliya
Awal mula Aliya menekuni dunia Lukis kala masih berusia 3,5 tahun. Saat itu ia selalu gemar mewarna sebuah gambar. Saking gemarnya mewarna, kebiasaan itu langsung disadari oleh orang tuanya. Di usianya 4 tahun, Aliya kemudian diikutkan les melukis.
Dengan fasilitas seperti itu, Aliya makin leluasa melukis dengan berbagai alat mewarna. Dari sebelumnya hanya menggunakan pensil warna, kemudian belajar menggunakan cat air, cat akrilik hingga cat minyak. Saat itu, Aliya sering melukis wajah orang, melukis tumbuh-tumbuhan, bunga dan sebagainya.
Selang beberapa waktu kemudian, saat menginjak usia 5 tahun, ternyata Aliya diikutkan ke suatu kompetisi melukis secara online. Meski sebenarnya iseng-iseng, ternyata hasil karya lukis Aliya sukses merebut juara.
“Pertama kali ikut kompetisi, belum terlalu ingat ya waktu itu melukis apa. Tapi setelah itu ternyata ikut kompetisi lagi, dapat (juara) terus,” kenang Aliya.
Sejak saat itu, sambil mengasah kemampuan melukisnya, Aliya beberapa kali ikut kompetisi melukis. Tidak hanya di ajang lokal maupun nasional, Aliya kemudian berani mengikuti kompetisi melukis di mancanegara.
“Lukisan saya ini lebih ke gaya impresionis dan ekspresionis. Tapi karena di umur saya masih segini, saya tetap lebih banyak eksplor. Di lain itu, saya bisa juga gaya realis. Sebenarnya pelukis tidak berpaku di situ, karena saya yakin pelukis lain juga bisa realis,” jelas Aliya.
Kedua orang tua Aliya pun sangat mendukung dan membantu segala kebutuhannya. Sembari mengikuti beragam kompetisi, Aliya berinisiatif menggelar pameran tunggal miliknya sendiri. Yakni digelar di Icon Mall Gresik pada 2021 lalu dengan mengangkat tema kehidupan.
“Jadi mulai pameran sejak kelas 6 SD. Waktu itu karena karya saya bertambah banyak, akhirnya saya memutuskan untuk pameran. Sebelumnya memang ada beberapa karya saya yang terjual, tapi saya fokus membuat karya saja. Awal pameran ya nervous (grogi, red), kemudian lama-lama terbiasa. Ya senang juga,” beber dia.
Tidak disangka antusiasme masyarakat sangat positif. Aliya lantas bersemangat untuk kembali mengadakan pameran tunggalnya lagi. Pameran tunggal kedua, diadakan di Malang Creative Center (MCC) awal 2024 lalu dengan mengangkat tema Cerita Panji.
Tidak berhenti disitu, Aliya kembali menggelar pameran ketiganya, yakni di Soga Too Titik Koma Shalimar dengan mengangkat bunga-bunga. Berlanjut lagi pameran tunggal keempat di Malang Creative Center (MCC) dengan mengangkat tema Topeng Panji mulai 3 Agustus 2025 kemarin hingga 16 Agustus 2025 mendatang.
Selain karena Cerita Panji adalah budaya khas Malang, Aliya senang membuat karya bertema Panji karena banyak tantangan yang dirasakannya.
“Sebenarnya bukan susah. Untuk menuangkannya tidak susah, cuma susahnya itu dirisetnya. Jadi harus ke penggiat topeng dulu, pernah ke perajin topeng di Tumpang pak Sukani, lalu ke Museum Panji sama searching di internet untuk literasi lain,” ungkapnya.
Setelah pameran tunggal keempatnya ini nanti, Aliya sudah berencana untuk kembali mengadakan pameran tunggal lagi untuk kelima kalinya. Pilihannya tetap digelar di MCC atau ke Kediri. Dengan padatnya kegiatan melukis yang ia lakukan secara konsisten, Aliya juga tidak meninggalkan soal pendidikannya.
Ia selalu ketat membagi waktu setiap harinya antara melukis dan belajar. Kegiatan melukis, hanya dilakukannya setiap pulang sekolah dan akhir pekan saja.
“Ya tidak perlu waktu lama, mungkin sejam, dua jam atau tiga jam paling lama. Atau kalau mungkin mood saya lagi parah, ya dikit-dikit saja tidak apa-apa. Makanya ada beberapa karya saya itu yang selesai digarapnya selama berhari-hari,” tutur dia.
Di usianya yang masih sangat muda, Aliya berharap banyak generasi yang seangkatannya untuk mengejar prestasi di bidangnya masing masing. “Ya setidaknya sesama anak muda, saya berharap anak-anak lain juga harus lebih menghasilkan karya dan memikirkan masa depannya. Saya pun ada waktu main game, tapi harus tahu porsi dan waktunya,” tandasnya. (ian/van)