Jejak Karya Drh Dyah Ayu Oktavianie AP, M.Biotech, AP.Vet di Kancah Riset Luar Negeri
Belum lama ini Drh Dyah Ayu Oktavianie AP, M.Biotech, AP.Vetmenghasilkan catatan prestasi penting. Ia berhasil membawa pulang penghargaan Best Oral Presenter dalam ajang bergengsi 11th Asian Society of Veterinary Pathology (ASVP) – 16th Malaysian Association of Veterinary Pathology (MAVP) Joint Conference.
MALANG POSCO MEDIA- Suatu pagi di sebuah ruang konferensi di Sepang, Malaysia, Drh Dyah Ayu Oktavianie AP, M.Biotech, AP.Vet berdiri di depan ratusan peserta. Dengan suara tenang namun penuh keyakinan, ia memaparkan hasil risetnya.
Di balik tatapan fokusnya, tersimpan perjalanan panjang sebagai akademisi, peneliti, sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH UB).
Tanggal 25 hingga 27 Juni 2025 lalu menjadi catatan penting. Ia berhasil membawa pulang penghargaan Best Oral Presenter dalam ajang bergengsi 11th Asian Society of Veterinary Pathology (ASVP) – 16th Malaysian Association of Veterinary Pathology (MAVP) Joint Conference.Inisebuah pengakuan internasional yang sekaligus mengangkat nama UB di kancah global.
Drh. Dyah Ayu, kepada Malang Posco Media, Senin, (18/8) lalu mengatakan prestasi yang ia raih merupakan hasil dari konferensi rutin dua tahunan. Diikuti lebih dari 150 peneliti, akademisi, dan praktisi dari berbagai negara di Asia.
“Dari Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, Jepang, India, hingga China, semua hadir dengan semangat yang sama yakni berbagi ilmu, riset, dan inovasi terbaru di bidang patologi veteriner,” ujarnya.
Dalam forum bergengsi tersebut, Drh Dyah Ayu menyampaikan penelitian kolaborasi lintas universitas dan negara. Ia menjelaskan, bahwa peserta dapat mempresentasikan karya ilmiah mereka dalam dua format yakni oral presentation dan poster presentation.
“Proses seleksi dilakukan secara ketat oleh scientific committee yang menilai kualitas penelitian, kebaruan inovasi, ketepatan metodologi, serta kemampuan penyampaian materi,” imbuhnya.
Sejak 2023 hingga 2024, ia bersama tim Riset Kolaborasi Indonesia (RKI) yang melibatkan UGM, ITB, dan Universiti Putra Malaysia mengembangkan terapi regeneratif inovatif.
Terobosan tersebut diharapkan mampu menjadi alternatif yang lebih aman dan praktis dibanding terapi berbasis sel hidup yang selama ini terbatas penggunaannya.
Keberhasilannya bukan semata-mata dari kualitas riset. Namun cara ia menyampaikan materi jelas, ringkas, dan komunikatif membuat juri dan audiens terkesan.
“Persaingannya sangat ketat. Tantangannya adalah menyampaikan penelitian agar bisa dipahami oleh audiens dari berbagai latar belakang,” ujarnya.
Namun di balik panggung internasional tersebut, ada sisi manusiawi yang jarang terlihat. Sebagai dekan, Drh. Dyah Ayu harus pandai membagi waktu antara urusan administrasi fakultas dengan persiapan presentasi.
Malam panjang ia habiskan untuk merapikan slide, menyusun poin inti, sambil tetap memastikan roda organisasi fakultas terus berjalan.
“Saya tetap menjalankan tanggung jawab sebagai dekan sambil menyiapkan core points agar tampil maksimal,” ujarnya.
Baginya penghargaan tersebut bukan sekadar prestasi pribadi. Ia menyebutnya sebagai simbol motivasi. Menurutnya, capaian tersebut selaras dengan arah kebijakan UB yang sedang berupaya menembus jajaran 500 besar universitas dunia.
Bahkan lebih luas lagi, penelitian yang ia bawakan juga mendukung misi Sustainable Development Goals (SDGs), terutama pada aspek inovasi kesehatan dan kerja sama global.
“Prestasi ini bukan hanya untuk saya, tapi juga untuk sivitas akademika UB. Kami harus terus meningkatkan scientific thinking, memperluas jejaring riset, dan memperkuat publikasi internasional bereputasi tinggi,” imbuhnya.
Drh Dyah Ayu juga mendorong dosen, mahasiswa, hingga peneliti muda untuk berani melangkah ke panggung internasional.
“Masih banyak PR kami untuk memperkuat posisi Indonesia di riset global. Konferensi internasional adalah ruang penting untuk membangun jejaring sekaligus mengasah kualitas penelitian,” pungkasnya. (hud/van)