Thursday, August 28, 2025

Sering Tak Terasa, Tiba-tiba Terdiagnosa Sudah Stadium 5

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Kasus gagal ginjal masih menjadi perhatian serius di Indonesia. Termasuk di Malang Raya. Tidak hanya menyerang orang dewasa, penyakit ini juga mulai marak ditemukan pada anak-anak. Bahkan, sebagian besar penderita datang ke rumah sakit saat kondisi sudah parah, sehingga menyulitkan penanganan medis.

Kementerian Kesehatan  juga menyoroti bahaya Penyakit Ginjal Kronis (PGK) Stadium 5 yang banyak menyerang orang dewasa. Berbeda dengan gagal ginjal akut pada anak, penyakit ginjal kronis sering tidak menimbulkan gejala sejak awal. Penderita baru menyadari saat kondisinya sudah masuk tahap berat.

Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain air seni berbusa atau berwarna kemerahan karena bercampur darah. Gejala penyakit ginjal kronis sering tidak terasa, dan tiba-tiba terdiagnosa sudah stadium 5.

Data kesehatan di Malang Raya juga menempatkan penyakit ginjal kronis stadium 5 sebagai kasus terbanyak dalam layanan rawat jalan rumah sakit sepanjang semester I 2025. Ribuan pasien tercatat menjalani perawatan akibat penyakit ini.

Dengan kondisi tersebut, masyarakat diimbau untuk lebih peduli pada kesehatan ginjal. Karena itu pemeriksaan rutin sangat penting, terutama bagi penderita diabetes, hipertensi, maupun mereka yang berisiko tinggi.

“Deteksi dini, pola hidup sehat, dan pemeriksaan rutin adalah kunci mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut,” ujar Sub-Koordinator Hukum, Humas, dan Ketertiban RSSA Malang Dony Iryan Vebry Prasetyo.

Sementara itu, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) Dr dr  Astrid Kristina Kardani, M.biomed , Sp.A, Subsp.Nefro(K) turut mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap maraknya kasus Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA). Penyakit ini banyak menyerang anak usia 2–5 tahun dengan gejala awal mirip flu, seperti demam, batuk, pilek, muntah, hingga diare.

“Kondisi lebih serius muncul ketika anak mulai jarang buang air kecil atau bahkan tidak mengeluarkan urin sama sekali,” bebernya.

Astrid menambahkan durasi dari gejala awal seperti demam, batuk, pilek hingga berkurangnya atau tidak munculnya urin sama sekali sekitar 4-7 hari. Durasi pengobatan juga tergantung pada respon tubuh terhadap terapi yang diterima. Dalam kondisi tertentu, pasien akan diberikan terapi hemodialisis (cuci darah) untuk membantu mengembalikan fungsi ginjal.

Sementara itu, diketahui kasus penyakit ginjal kronis pada anak sendiri diketahui mulai marak dan terus meningkat sejak pertengahan 2022 lalu. Hingga kini, masih banyak masyarakat yang mengalami kejadian tersebut.

“Orangtua jangan panik, tapi tetap waspada. Jika anak mengalami gejala tersebut, segera dibawa ke fasilitas kesehatan. Penanganan dini sangat menentukan proses pemulihan,” tambah dosen FK UB lainnya, Dr. dr. Krisni Subandiyah, Sp.A(K). Ia menambahkan, pencegahan bisa dilakukan dengan menjaga pola makan sehat, olahraga sesuai usia, dan mencukupi kebutuhan cairan. “Ginjal adalah organ yang sangat suka dengan air, sehingga wajib minum air putih yang cukup sesuai usia dan berat badan, hindari makanan yang membebani ginjal seperti pemanis, pengawet, MSG. Olahraga yang sesuai dengan usia anak, dan hindari juga konsumsi makanan yang terlalu asin. Tetap waspada namun sekali lagi, jangan panik,” pungkasnya. (rex/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img