Okupansi Hotel Turun, Pedagang Pasar Tradisional Takut Jualan, Kayutangan Tak Ramai
MALANG POSCO MEDIA – BerhembusĀ kabar rencana demo besar-besaran di Kota Malang, Senin (1/9) kemarin bikin ekonomi loyo. Kendati tak terjadi unjuk rasa besar-besaran, pasar terlanjur sepi.
Sejumlah sektor ekonomi terkena dampak. Mulai dari perhotelan, pasar tradisional hingga kawasan Kayutangan.
Tingkat hunian atau okupansi hotel di Kota Malang tercatat menurun, kemarin hanya berada di angka 10 sampai 15 persen saja. Ini menyusul isu demonstrasi besar di Kota Malang, Senin (1/9) kemarin.
Ini diakui Ketua Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) Kota Malang Agoes Basuki saat dikonfirmasi. Dia membenarkan adanya kondisi tersebut terjadi di hotel-hotel Kota Malang.
āBetul, ini terjadi di beberapa Hotel. Dikarenakan situasi kota yang saat ini dinilai kurang kondusif,ā ungkap Agoes kepada Malang Posco Media siang kemarin.
Dia menyampaikan secara detail pasti angka penurunan okupansi pada Senin kemarin berada 10 sampai 15 persen. Rata-rata angka okupansi hotel di Kota Malang per harinya ada di angka 50 persen.
Angka ini menunjukan penurunan okupansi yang sangat drastis, kata Agoes. Karena angka okupansi hotel di Kota Malang jarang menurun hingga sejauh itu dalam satu hari saja. Agoes menyampaikan beberapa hotel menerima permintaan cancel booking.
Tidak hanya itu, menurut laporan yang didapat PHRI Kota Malang beberapa pengelola hotel di Kota Malang mengaku ada beberapa event atau kegiatan di hotel yang dibatalkan.
āEvent di hotel juga terdampak. Ada yang melaporkan event-event di hotel banyak yang ditunda atau diundur waktunya. Detail berapa eventnya kami masih belum ada, yang jelas hari ini (kemarin) memang laporannya seperti itu event diundur,ā beber Agoes.
PHRI Kota Malang mengimbau seluruh stakeholder bisnis akomodasi dan hospitality di Kota Malang untuk tetap tenang dan tetap beraktivitas seperti biasa. Meskipun Ia tidak memungkiri bahwa usaha di bidang pariwisata khususnya perhotelan bergantung pada kondusifnya sebuah wilayah atau Kota.
āMaka dari itu diperlukan kolaborasi yang kuat dari semuanya, pemerintah, pelaku usaha, komunitas, dan juga media untuk menjaga kondusivitas bersama-sama,ākata pria yang juga General Affair Manager The Shalimar Boutique Hotel itu.
Kondisi menurunya okupansi hotel diakui pengelola hotel, salah satunya Whiz Prime Hotel Malang. Kemarin tingkat okupansi berada di angka 57 persen. Dari rata-rata okupansi harian di angka 96 persen. Ini ditegaskan Sales Marketing Whiz Prime Malang, Dika Ardiansyah.
Ia menyampaikan kondisi okupansi menurun benar diakibatkan adanya isu demonstrasi besar yang akan dilakukan di Kota Malang.
āRata rata okupansi kami 96 persen. Untuk hari ini (kemarin) di 57 persen,ā kata Dika sapaannya saat dikonfirmasi Malang Posco Media menunjukan penurunan okupansi di Whiz Prime Hotel Malang menurun sebanyak 39 persen dari biasanya.
Dijelaskannya lagi, kondisi yang terjadi adalah adanya beberapa reservasi individual maupun grup yang cancel dan postponed (ditunda/diundur). Tidak hanya cancel untuk room booking, ruang meeting yang seharusnya di-booked untuk event/kegiatan kemarin juga cancel.
āEvent di hari ini (kemarin) hingga hari Rabu di cancel oleh booker karena kondisi yang belum kondusif,ā kata Dika.
Pasar tradisional di Kota Malang juga terdampak.Sejumlah pedagang di pasar tradisional di Kota Malang memilih tidak berjualan Senin (1/9) kemarin. Ini diakibatkan isu demonstrasi besar-besaran yang akan dilaksanakan di Kota Malang kemarin. Itu terlihat di Pasar Kasin Kota Malang.
Yuliati, Pedagang Tahu Goreng di Pasar Kasin Kota Malang mengaku tiga sampai empat pedagang jajan-jajan basah di Pasar Kasin memilih libur. Ia mengatakan biasanya pedagang ini berjualan setiap harinya di pasar.
āIni yang lapak-lapak jajan, kue-kue basah di depan pasar tidak jualan hari ini. Katanya takut ada demo besar,ā papar Yuli sapaannya kepada Malang Posco Media saat ditemui, kemarin.
Dia memilih tetap berjualan karena merasa harus tetap menjual barang dagangannya karena membutuhkan pemasukan. Meski mengetahui ada isu demonstrasi yang direncanakan di Kota Malang kemarin.
Namun pada akhirnya diketahui rencana demonstrasi ini tidak jadi dilakukan. Yuli menganggap isu itu membuat banyak pedagang was-was. Ini juga disampaikan Herianto, salah satu pedagang di Pasar Sukun kemarin.
āGak banyak tapi teman-teman yang dagang di depan-depan (lapak yang berada dekat gerbang depan pasar) itu milih gak jualan. Takut isu demo itu,ā kata Heri.
Sementara itu menurut pantauan Malang Posco Media di lapangan, kondisi pasar, salah satunya di Pasar Kasin juga tidak terlihat ramai. Meskipun pagi, sekitar pukul 07.00 WIB. Biasanya kondisi pasar masih ramai pada jam-jam tersebut.
Beberapa pedagang mengatakan pembeli juga tidak terlihat memadati pasar di pagi hari sekitar pukul 05-00 sampai 06.00 WIB pagi kemarin.
Sementara itu merespons adanya informasi bakal adanya demo besar, toko-toko di Kayutangan, seperti resto dan kafe terpantau banyak yang tutup, Senin (1/9) sejak pagi hingga siang kemarin. Tidak hanya itu, suasana pedestrian yang biasanya mulai ramai pengunjung, kini tampak lengang.
Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kota Malang, Baihaqi mengakui kondisi salah satu destinasi wisata di Kota Malang itu memang sepi dibandingkan biasanya. Tutupnya toko-toko itu dipastikan merupakan inisiatif masing-masing usaha, tapi dengan memperhatikan informasi perkembangan situasi dari pemerintah.
“Sudah ada arahan dari Kemendagri kemarin, sudah sangat jelas sekali, dipertajam dengan SE dari Gubernur Jatim. Kemudian diteruskan ke bawah sampai RT RW, untuk menjaga keamanan dan ketertiban,” terang Baihaqi.
Ditengarai, para pelaku usaha khawatir terjadi bentrok seperti saat unjuk rasa di Mapolresta Malang Kota akhir pekan kemarin dan bisa meluas sampai Kayutangan.
Meski seharian kemarin aksi demo yang digelar hanya berskala kecil, namun situasi saat ini, memang masih cukup waspada karena sejumlah elemen seperti BEM Malang Raya, bukan membatalkan, namun menunda. Artinya belum diketahui situasi yang belum bisa dipastikan ini bakal berlangsung.
“Imbauan Wali Kota Malang itu dari tanggal 1 September sampai 4 September agar menjaga ketertiban dan keamanan. Serta waspada pada kemungkinan kejadian dan segala macamnya,” tutur Baihaqi.
Kendati begitu, Baihaqi yakin para pelaku usaha juga akan cermat mengikuti perkembangan situasi. Ia yakin para pelaku usaha bisa menyesuaikan keadaan, sehingga jika situasi sudah kondusif, toko- toko itu bisa buka kembali.
Terpisah, Ketua PHRI Kota Malang, Agoes Basoeki menyampaikan, meski pihaknya telah mengimbau resto kafe tetap buka, namun tidak dapat dihindari para pelaku usaha banyak yang memilih tutup. Diyakini tutupnya toko-toko ini lantaran suasana yang dikhawatirkan tidak kondusif.
“Banyak petugas keamanan di beberapa tempat. Meskipun belum ada aksi, tapi itu bentuk antisipasi. Sehingga banyak pengusaha memilih tutup sementara, tapi kami dari PHRI sarankan untuk tetap jalan dan beroprasi seperti biasa. Sebab, sasarannya kan bukan kita, melainkan DPR. Dan sepertinya aparat dan pemerintah sudah mengantisipasi,” ujar Agoes. Walaupun sempat tutup, berdasarkan pengamatan Malang Posco Media, beberapa toko memutuskan buka pada sore kemarin. Namun suasana di Kayutangan tetap tidak seramai biasanya. (ica/ian/van)