MALANG POSCO MEDIA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto melakukan dialog dengan puluhan korban banjir Kota Denpasar di posko pengungsian Banjar Sedana Mertha Ubung Bali, hari Kamis ini.
Ia membahas upaya-upaya yang bisa dibantu pemerintah untuk para penyintas dan ditemukan bahwa untuk korban di wilayah ini paling dibutuhkan adalah tempat tinggal selanjutnya karena rumah yang hancur dihantam air sungai dan hujan adalah rumah kos.
“Memang ada yang spesifik ini di Bali ini, karena ternyata masyarakat yang terdampak ini bukan yang memiliki rumah, tapi mereka penyewa begitu,” kata Suhariyanto.
Kepala BNPB membuka ruang diskusi juga dengan pemerintah daerah (pemda) dalam menangani hal ini, sebab umumnya di daerah lain kerusakan bangunan akibat bencana dialami pemilik rumah langsung, yang akhirnya bisa diasesmen untuk diganti rugi.
Sementara bagi korban yang tinggal di rumah kos memerlukan bantuan tempat tinggal pengganti, karena harta bendanya sudah hanyut bersama rumah pemilik kos.
“Nah kalau di daerah lain kan sudah jelas, kalau yang rumah rusak berat diganti Rp60 juta, rusak sedang Rp30 juta, rusak ringan Rp15 juta, ini kan tidak, karena dia bukan pemilik rumah secara spesifik nanti harus dibicarakan terpadu dari mulai kepala desa, camat, wali kota, bupati sampai dengan gubernur,” ujarnya.
Untuk permohonan bantuan ini, Kepala BNPB meminta masyarakat bersabar karena harus ditentukan skema yang tepat, salah satu opsi yang ditawarkan, seperti kondisi saat Gunung Lewotobi Laki-laki meletus, masyarakat diberikan uang pengganti untuk biaya mengontrak sementara hingga rumah kos pulih.
“Kalau seperti di Lewotobi kan rumahnya hilang, hanyut, rusak, rumahnya diganti, sambil menunggu rumahnya dibangun masyarakat dikasih namanya dana tunggunia atau uang mengontrak, sebulan satu KK Rp600 ribu, apa bisa seperti itu nanti kita diskusi berikan kami waktu,” kata Suharyanto.
Pada masa sepekan Bali berstatus tanggap darurat bencana, BNPB mengarahkan langkah terpenting adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat di pengungsian.
Oleh karena itu selain membahas langkah lanjutan rekonstruksi dan rehabilitasi bangunan dan infrastruktur publik, Kepala BNPB ingin memastikan logistik di tiap-tiap posko terpenuhi.
Adapun logistik yang dibawa seperti sembako dan perlengkapan istirahat, dan selanjutnya yang dibutuhkan berdasarkan permintaan masyarakat adalah pakaian dan perlengkapan ibu dan anak.
Di posko Banjar Sedana Mertha sendiri terdapat 29 warga Kelurahan Ubung yang dievakuasi sejak kemarin dan turut didatangkan penyintas yang dievakuasi di Kelurahan Peguyangan yang sebanyak 48 orang untuk bertemu Kepala BNPB.
Deby (24) salah satu pengungsi yang membawa bayinya yang baru berusia 7 bulan menyampaikan harapan bantuan dari pemerintah untuk mencarikan rumah kos bagi keluarga kecilnya.
Sebab saat hujan lebat mengguyur Denpasar pada Rabu (10/10) dini hari kemarin, banjir langsung datang dan menghanyutkan seluruh barang dan merusak rumah kos di Jalan Cokroaminoto Gang Mawar tersebut.
“Kosnya hancur tidak bisa dihuni lagi, kejadian itu sekitar jam 2 malam kami tidur tidak sadar, tiba-tiba airnya sudah naik. Kami bangun tidak bawa apa-apa hanya gendong anak langsung keluar,” tuturnya.
“Kosnya ada 10 kamar hancur semua tapi selamat semua, hanya barang-barang tidak selamat, kasur, lemari, semuanya hanyut. Jadi kami minta bantuannya itu, terutama tempat tinggal,” sambung ibu rumah tangga asal Kupang, NTT itu. (ntr/nug)