MALANG POSCO MEDIA – Seni di SMK Putra Indonesia Malang (SMK PIM) bukan sekadar mata pelajaran, melainkan wadah bagi siswa untuk mengekspresikan diri. Mulai tahun ajaran 2025/2026, pembelajaran seni di kelas X menerapkan sistem peminatan sesuai bakat dan kebutuhan murid, sehingga setiap siswa dapat berkembang tanpa adanya paksaan.
Kepala SMK PIM, Eka Tries Yuliani, S.Si., menjelaskan, sebelumnya seluruh siswa diwajibkan mengikuti seni tari. Namun, sistem itu belum sepenuhnya menampung keberagaman minat siswa.

“Tahun lalu kami masih menerapkan semua siswa mengikuti mata pelajaran seni yang berfokus pada tari. Ternyata sistem tersebut belum sepenuhnya mewadahi bakat dan minat murid. Sekarang, dengan pembagian sesuai minat, capaian pembelajaran lebih mudah tercapai,” jelas Eka.
“Kami ingin setiap murid belajar sesuai kebutuhan mereka, sehingga dapat menghantarkan pada kesuksesan anak-anak, sesuai dengan janji kami touch your future. Anak-anak bebas memilih, dan dalam satu kelas bisa bertemu murid dari konsentrasi lain,” lanjutnya.
Sistem baru ini membagi pembelajaran seni ke dalam tiga bidang, Seni rupa (lukisan dua dimensi), Seni musik (seni suara) dan Seni tari (tari kreasi). Guru-guru yang mendampingi pun merupakan seniman berprestasi.
Rizki Nilam Sari, guru seni tari, adalah seniman tari di Malang dan lulusan SMK PIM. Reyyin Veno Mega, guru seni rupa, dikenal sebagai seniman lukis arsiran, sementara Elisabeth Kristiawati, S.Pd., MM., guru seni musik, merupakan koordinator tim paduan suara Gereja Immanuel Malang.
Sistem peminatan ini mendapat respons positif dari para siswa. Irene Putri Angellita, alumni SMPN 22 Malang, mengaku pembelajaran seni di SMK PIM lebih menyenangkan dibanding sekolah lain.
“Pembelajaran ini asik sih. Soalnya biasanya di sekolah lain pelajaran seni digabung jadi satu. Kalau di SMK PIM dipisah-pisah, jadinya enak kalau mau mengembangkan seni yang saya mau, yaitu seni rupa aliran surealisme, realisme, dan ekspresionisme. Terus, kalau dipisah, saya juga bisa kenalan dengan anak-anak dari kelas lain,” ungkap Irene.
Hal serupa disampaikan Dea Afrilia Puji Utami, siswi kelas seni tari dan alumni SMPN 1 Puri Mojokerto. “Sejak TK saya sudah punya minat tersendiri dalam menari. Sampai sekarang menari menjadi minat sekaligus bakat saya yang terus saya asah,” ujarnya.

Sementara itu, Aditya Juan Timothy, siswa asal SMPN 1 Kotabaru, Kalimantan Selatan, memilih seni musik. “Sering nyanyi di gereja dan karena memang sudah jadi bakat, akhirnya saya memilih kelas seni suara. Menurut saya, pembagian kelas seni ini bagus untuk menyalurkan minat anak yang berbeda agar bisa mengembangkan bakatnya dengan maksimal. Saya sendiri ingin belajar teknik menyanyi dengan baik,” katanya.
Dengan sistem pembelajaran berbasis minat ini, SMK PIM berharap setiap siswa dapat menemukan jalannya di dunia seni, mengembangkan bakat, sekaligus meraih prestasi di bidang yang mereka cintai. Bagi SMK PIM, seni bukan sekadar pelajaran, melainkan perjalanan menemukan jati diri. (adv/bua)